Kamis, 30 Oktober 2008

Ma, aku jatuh cinta

Ma, aku jatuh cinta…

Yacinta Senduk SE, SH, MBA, LLM

Principal of Yemayo – Advance Education Center

Tanpa sadar seorang ibu telah mengulang-ulang pertanyaannya kepada saya, "Duh! Gimana yah, anak remaja saya berkata bahwa ia sedang jatuh cinta. Dia kan masih kecil, tapi kalau saya larang dia pasti tidak akan cerita lagi ke saya. Kalau saya tidak larang, saya takut dikiranya saya menyetujui cinta monyetnya", ujar sang ibu kebingungan.

Masalah jatuh cinta? Duh! Kayak nggak pernah muda aja nih… Tentu secara logika masalah percintaan anak muda bisa berakibat buruk pada pelajaran sekolahnya, tapi jangan juga terlalu membesar-besarkan sesuatu yang belum mungkin terjadi. Bila anak remaja anda jatuh cinta, saya sangat menyarankan anda untuk mau menjadi sahabat yang baik anak anda. Sayangnya, hal yang satu ini cukup rumit juga terutama bagi orangtua yang telah terbiasa memberikan perintah dan merasa 'tidak perlu' melakukan komunikasi terbuka.

Beberapa orangtua berkata bahwa mereka telah berusaha melakukan komunikasi terbuka namun sang anak tetap saja berkonflik. Usut punya usut ternyata pola komunikasi yang disebut sebagai komunikasi terbuka itu adalah komunikasi interogasi dan nasehat. Maksudnya, di depannya anak ditanyai secara halus seolah-olah anak bebas mengungkapkan apa saja, tapi setelah anak secara blak-blakan bercerita, akhirnya anak malah dinasehati habis-habisan sehingga akhirnya anak sulit bisa percaya lagi bila kelak akan ada suatu pembicaraan masalah pribadi dengan orangtua.

Jatuh cinta adalah hal yang wajar itu berarti anak anda tumbuh normal sebagai biologis. Jadi kalau kita melarang sesuatu yang normal dan menentangnya habis-habisan, justru sebenarnya kitalah yang tidak normal. Sekarang tinggal tergantung bagaimana kita menyikapinya.

Dibiarkan saja? Tentu jawabnya tidak. Dilarang saja? Tentu jawabnya tidak. Bila anda telah beberapa kali membaca artikel-artikel saya terdahulu, anda akan mengerti benar bahwa saya selalu mengemukakan 'cara'. Tidak boleh 'terlalu', baik terlalu lunak ataupun terlalu keras. Biarkan anak anda berbicara dari hati ke hati tentang pujaan hatinya; anda bisa menanggapinya dengan pertanyaan-pertanyaan datar, seperti bagaimana perasaanmu? Rumahnya dimana? Bagaimana ceritanya sampai kamu jatuh hati dengannya? Tentu saja sebagai orangtua anda wajib memberikan batasan yang sopan bagi anak berpacaran. Sebelum anak anda sempat bercerita tentang keinginannya dicium atau mencium pacarnya, anda bisa memberikan peringatan dengan nada bersahabat, "mama nggak larang kamu pacaran, tapi nggak perlu pakai cium-cium deh. Kalian ngobrol-ngobrol saja dulu." Ini adalah suatu peringatan yang halus tapi bersifat 'mencegah', dengan keterbukaan seperti ini, justru anak akan mudah mengingat perkataan anda sehingga pada saat benar ia ingin mencium atau dicium, bukan tidak mungkin ia berkata pada dirinya, 'mama bilang, nggak boleh cium dulu.' Hal ini juga berlaku bila anda ingin memberikan peringatan ringan agar anak anda tidak sembarangan mau 'pegang-pegangan', janganlah menggunakan nada tinggi, anda bisa bertanya tentang pendapat anak anda, "menurutmu, kalau pacaran sudah seenaknya pegang-pegangan, baik atau tidak?" Tentunya, anda tidak bisa sampai pada pertanyaan semacam itu bila anak anda tidak mempercayai anda, karena kalau anda langsung tiba-tiba bertanya seperti itu, pastilah mereka mencurigai anda sedang menginterogasi mereka.

Anda wajib memberikan teguran yang keras bila ternyata anak anda mulai terlihat tidak bertanggung jawab, seperti melalaikan tugas sekolahnya ataupun nilai-nilainya mulai menurun. Katakan pada anak anda bahwa anda kecewa karena ia melanggar batas kepercayaan yang anda berikan yaitu mampu membagi waktu untuk belajar dan berpacaran. Teguran keras juga wajib anda berikan bila anak pulang malam atau melanggar janji waktu pulang ke rumah yang telah disepakati, tegurlah secara fokus bahwa anda merasa kesal dengan pelanggaran yang dilakukannya, hindarilah menyindir-nyindir tentang ia berpacaran.

Walaupun kita perlu mengandalkan komunikasi yang terbuka, saya sangat mewajibkan agar orangtua juga mengetahui teman dekat atau 'pacar' sang anak, paling tidak anda perlu tahu dimana ia tinggal, nomor teleponnya, orangtuanya. Tentu sangat konyol bila kita membiarkan anak kita jatuh cinta dengan orang yang 'tidak beres'. Dalam hal ini orangtua wajib menegur. Istilahnya, kalau sudah tahu anak mau masuk ke jurang, sebaiknyalah segera ditarik, bukan malah diberi kesempatan supaya masuk jurang.

Untuk anak-anak kuat yang mengerti benar tentang prioritas hidupnya, perihal berpacaran tidak akan membuat orangtuanya pusing karena kebanyakan mereka mampu memutuskan mana yang terbaik bagi dirinya. Anak-anak yang kuat seperti ini justru terbentuk dari keluarga yang positif. Orangtua yang membiasakan komunikasi terbuka dengan anak-anak, rutin berkumpul bersama dimana anak merasa nyaman untuk mengemukakan pendapat, mampu menghadirkan kegembiraan dan canda saat berkumpul bersama, tetap menyentuh anak-anaknya dengan belaian, cium, colek atau mengelitik sebagai tanda keakraban yang hangat, akan menghadirkan pribadi-pribadi yang kuat dan jauh dari kehampaan. Kalau pacarnya 'macam-macam' mereka tak segan-segan menendangnya.

Hati, itulah yang membedakan antara yang baik dengan yang hebat.

= Michael Jordan

Tidak ada komentar: