Selasa, 15 Februari 2011

PERBEDAAN ITU INDAH

PERBEDAAN ITU INDAH
(Sebuah Percikan Permenungan)

Ibu Theresa dari Calcuta pernah memberi sekantong beras kepada seorang
petani beragama Hindu yang miskin sekali di pinggir kota Calcuta. Ibu
Theresa heran melihat bahwa tidak lama kemudian, petani itu membawa separuh
dari kantong itu keluar rumah. "Apa yang dilakukannya?" Ternyata, petani
Hindu itu memberikan
sebagian dari berasnya kepada seorang petani Kristen yang lebih miskin
lagi.

Motto negara Amerika yang berbunyi E pluribus unum yang aslinya dipilih
oleh John Adams, Benyamin Franklin dan Thomas Jefferson mengajak setiap
warga untuk saling menghargai perbedaan. Hal yang sama bisa dilihat pada
semboyan negara Indonesia "Bhineka Tunggal Ika" yang berarti Berbeda-beda
tetapi satu adanya atau Unity in diversity. Menghargai perbedaan memang
sungguh merupakan anugerah jika setiap pribadi menghayatinya. Sejak bumi
diciptakan, Tuhan tidak menciptakan semuanya seragam, melainkan suatu
perbedaan, sehingga makhluk hidup itu saling melengkapi. Penciptaan manusia
pertama, yaitu Adam dan Hawa konteks perbedaan, tetapi saling melengkapi
dan saling menghargai sehingga manusia itu diciptakan sederajat. Bertitik
tolak dari sanalah, maka John Gray dalam bukunya "Man from Mars and Woman
from Venus" mengajak para pembaca untuk bercermin bahwa dalam setiap
manusia itu memiliki kelebihan dan kekurangannya. Dengan demikian, itulah
yang menjadi alasan supaya dalam kelemahannya, manusia itu saling membantu
dan saling menolong.

Penghargaan perbedaan itu dalam filsafat China dikenal dengan yin-yang.
Istilah ini menunjuk pada prinsip aktif dan pasif dari dunia. Yang atau
laki-laki menghadirkan Terang, aktif. Sedangkan Yin atau wanita
menghadirkan suatu kegelapan dan pasif, penerimaan. Frans von
Mangnis-Susena pernah mengaplikasikan terang-gelap, hitam-putih, baik-buruk
dalam dunia pewayangan. Orang beranggapan bahwa Pandawa selalu di pihak
yang baik, sehingga tidak ada cela dalam diri mereka. Sedangkan Astina
selalu pada pihak yang buruk, sehingga yang ada hanyalah keserakahan,
dengki dan iri hati. Tetapi menurut Magnis-Susena, meskipun Pandawa
senantiasa dalam pihak yang benar, tidak jarang mereka juga bertindak
culas. Dalam lakon wayang, "Pandawa Dadu" Yudistira bertindak amat gegabah,
sehingga mempertaruhkan seluruh harta bendanya bahkan adik-adiknya serta
istrinya dalam permainan dadu tersebut.

Kalau dalam berpikir kita menggunakan "kaca mata kuda"maka dengan gampang
kita akan menolak perbedaan di antara umat manusia. Peter Rosler Garcia,
ahli Politik dan Ekonomi Luar Negeri dari Hamburg menulis demikian. Contoh
paling dahsyat tentu saja kelompok Nazi Jerman. Mula-mula mereka
mengasingkan kaum Yahudi. Jerman "asli" dilarang membeli barang di toko
milik Yahudi atau menikah dengan orang Yahudi. Kemudian sinagoga dan rumah
ibadah Yahudi dibakar. Juga, orang Yahudi dipaksa menjual rumah, tanah,toko
dan perusahaan mereka kepada orang Jerman "asli". Akhirnya, kelompok Nazi
membunuh dalam pabrik kematian mereka, kita-kira enam juta orang Yahudi
dari hampir seluruh negara Eropa (Kompas 3 Januari 2006). Dalam film "Hotel
Rwanda", kita menyaksikan, anggota suku Hutu membunuh lebih dari satu juta
warga suku Tutsi walaupun kedua suku itu punya bahasa, agama, kebudayaan
dan falsafah hidup yang sama. Dan banyak sekali di antara mereka kawin
campur. Satu-satunya perbedaan adalah bahwa suku Tutsi pada umumnya lebih
kaya.

Jaman sekarang ini di banyak tempat mengadakan dialog atau seminar tentang
masalah kerukunan beragama. Seperti yang dikemukakan oleh Komaruddin
Hidayat dalam artikelnya yang berjudul "Mengadili Keyakinan Agama." Ia
menulis demikian, "Oleh karena itu, jika kebenaran agama semata berdasarkan
keyakinan – bisa jadi berdasarkan Kitab Suci dan pencarian makna hidup –
sudah pasti kebenaran dan agama selalu bersifat plural dan tidak bisa
diseragamkan. Setiap pemeluk agama akan memandang dirinya sebagai titik
terdekat dan jalan pintas meraih keselamatan Tuhan. Orang lain (the others,
outsiders) bagaikan domba-domba sesat atau kelompok kafir yang harus
diselamatkan (Kompas 3 Januari 2006). Pengalaman pribadi saya dalam dialoq
dengan orang yang berkeyakinan lain, tidak pernah menyinggung tentang
doktrin fundamental. Adalah tidak mudah menerangkan makna trinitas kepada
orang yang beragama Hindu misalnya. Sebaliknya sulit juga menjelaskan makna
reinkarnasi kepada orang yang beragama Protestan. Namun, dalam setiap agama
memiliki nilai-nilai universal yang diterima, misalnya tentang cinta kasih,
kejujuran dan kesalehan. Cita-cita kita bersama adalah adanya hidup rukun
dan damai dalam perbedaan. Belum lama ini saya yang kebetulan seorang
Katolik berdialog dengan seorang Ustad. Percakapan kami tidak tentang
keyakinan, melainkan tentang hobby, makanan kesukaan, dan keluarga. Kami
merasa amat senang dan kunjungan dilanjutkan terus, sehingga sudah seperti
saudara sendiri.

Merauke, 9 Februari 2011

Markus Marlon msc

Senin, 07 Februari 2011

Strategi Bisnis dari SWOT ke TOWS

Strategi Bisnis dari SWOT ke TOWS

"Change is the law of life. And those who look only to the past or present
are certain to miss the future. - Perubahan adalah hukum kehidupan. Bila
mereka hanya melihat masa lalu atau masa sekarang, maka sudah pasti mereka
akan kehilangan masa depan."
John F. Kennedy, Presiden AS ke-35.

Selama ini SWOT Matrix selalu digunakan dalam analisa untuk strategi
perencanaan dan pemasaran. SWOT Matrix merupakan akronim dari Strengths
(kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (kesempatan) dan Threats
(ancaman). Metode analisa tersebut lebih menekankan pada faktor kondisi dan
situasi internal, yaitu kekuatan dan kelemahan diri sendiri atau perusahaan
(SW). Setelah itu baru dipelajari dan diperhitungkan faktor external,
ancaman dan kesempatan (OT).

Metode analisa SWOT Matrix memanfaatkan secara maksimal kekuatan internal
berupa sumber daya dan pengalaman untuk mencapai target. Tetapi seiring
perubahan kebutuhan manusia dan pertumbuhan tehnologi yang sudah beralih
dari konvensional ke digital, metode analisa SWOT Matrix tersebut mulai
ditinggalkan. Sebab kekuatan (internal) belum tentu dapat memenuhi peluang
pasar dengan baik dan mampu menghadapi tekanan atau tantangan.

Oleh sebab itu, para perencana dan pemasar sekarang beralih menggunakan
analisa TOWS Matrix. Mereka terlebih dulu mempelajari dan menginvestigasi
peluang faktor-faktor eksternal, karena dianggap bersifat lebih dinamis dan
bersaing. Faktor-faktor eksternal tersebut diantaranya adalah; cara promosi
para pesaing, budaya konsumen, daya beli masyarakat, nilai rupiah,
kebijakan pemerintah, iklim politik, perubahan sosio ekonomi, profil
populasi, gaya hidup, aturan sosial, perubahan tehnologi, dan lain
sebagainya.

Sesudah mendapatkan informasi eksternal, barulah dilakukan beberapa
penyesuaian sampai perbaikan potensi internal untuk menciptakan peluang
menguntungkan. Berdasarkan analisa TOWS Matix tersebut kemudian dilakukan 4
langkah berikutnya, yaitu;
1. Memaksimalkan potensi atau kekuatan
2. Memastikan kelemahan tidak membebani usaha atau kemajuan
3. Memaksimalkan peluang yang tersedia
4. Mengantisipasi segala bentuk tantangan & menyediakan beberapa solusi

Berdasarkan analisa TOWS Matix itu juga dihasilkan 4 strategi pencapaian
target, yaitu;
1. SO (Aggressive Strategy): Menggunakan kekuatan internal untuk mengambil
kesempatan yang ada di luar.
2. ST (Diversification strategy): Menggunakan kekuatan internal untuk
menghindari ancaman yang ada di luar.
3. WO (Turn Around) - Menggunakan kesempatan eksternal yang ada untuk
mengurangi kelemahan internal.
4. WT (Defensive strategy) - Meminimalkan kelemahan dan ancaman yang
mungkin ada.

Analisa TOWS Matrix lebih memastikan kita dapat memperhitungkan dan
memanfaatkan dengan baik setiap peluang di luar untuk peningkatan bisnis.
Di saat bersamaan kita juga dapat mengetahui dan memanfaatkan potensi
internal. Dengan menganalisa eksternal tersebut (TOWS Matrix) kita juga
mampu mengantisipasi tantangan dari setiap perubahan eksternal, bahkan
mengubahnya (tantangan) menjadi peluang baru.

Sedangkan dalam skala gambar yang lebih kecil, terutama di dunia persaingan
bisnis mungkin Anda pernah mendengar istilah zero sum games, dimana pihak
yang kalah sudah pasti merugi. Strategi saling mengalahkan seperti itu
seharusnya sudah harus ditinggalkan, karena hanya menguras banyak biaya,
tenaga, dan pikiran. Strategi terbaik yang seharusnya kita gunakan adalah
memenangkan suatu pertempuran tanpa ada peperangan.

Strategi tersebut dikenal dengan pola keluar dari persaingan Lautan Merah
(Red Ocean), dan berpindah ke Lautan Biru (Blue Ocean). Jadi masing-masing
pihak bukan berpikir dan berlaku saling mengalahkan, melainkan berusaha
saling mendukung dengan keunggulan masing-masing untuk mencapai suatu
target secara bersama-sama. Strategi kerjasama seperti itu lebih mampu
mendatangkan sinergi positif dan menguntungkan bagi kedua belah pihak.

Pada masa sekarang, menjalin kerjasama dengan pihak lain lebih menjamin
kemajuan bisnis. Ada bermacam bentuk kerjasama baik secara online atau
offline, dan salah satunya adalah membangun jaringan. Siapapun yang mampu
menguasai jaringan konsumen, maka dia pasti akan berhasil dalam bisnisnya.

Berikut ini merupakan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
menciptakan sebuah tim kerjasama bisnis yang baik;
1. Menciptakan target pencapaian yang jelas, sehingga masing-masing
individu maupun tim kolektif mengerti peran masing-masing dan meyakini tak
ada agenda atau tujuan tertentu yang tersembunyi.
2. Masing-masing pihak sama-sama bersikap konsisten dengan apa yang sudah
disepakati, sehingga terbangun rasa saling percaya.
3. Mempunyai rasa saling ketergantungan dan saling memiliki.
4. Tidak saling menonjolkan diri melainkan saling mendukung satu sama lain,
terutama ketika sedang menghadapi tantangan, sehingga tercipta rasa nyaman
dalam bekerja.
5. Memiliki tanggung jawab yang tinggi untuk menjalankan peran
masing-masing berdasarkan langkah-langkah bisnis yang sudah dirancang
sebelumnya.
6. Bersikap terbuka dan berusaha memahami apa yang dirasakan orang lain.

Saya menyimpulkan bahwa TOWS Matrix merupakan analisa bisnis yang paling
menguntungkan untuk menciptakan design strategi bisnis. Analisa TOWS Matrix
akan menghasilkan strategi bisnis terbaik jika dikombinasikan dengan pola
kerjasama, dimana satu sama lain saling membangun jaringan bisnis, saling
mengisi dan menerima, serta sama-sama fokus pada bisnis dan tujuan yang
sama.

Strategi bisnis yang dilandasi pola kerjasama tentunya juga harus memenuhi
aturan kerjasama yang baik. Beberapa aturan kerjasama yang telah saya
sebutkan di atas secara garis besar menekankan pentingnya kredibilitas,
untuk menarik minat banyak pihak bekerjasama dan menciptakan rasa saling
percaya yang kuat. Sebagaimana hal tersebut pernah diungkapkan oleh Walter
D. Scott, "Keberhasilan atau kegagalan bisnis sesungguhnya lebih
dipengaruhi oleh sikap mental daripada kapasitas mental." Tentunya design
strategi bisnis tersebut akan semakin sempurna jika benar-benar digunakan
dalam praktek di lapangan.

*Andrew Ho adalah seorang pengusaha, motivator, dan penulis buku-buku best
seller.Kunjungi websitenya di : www.andrewho-uol.com

GURU

G U R U
(Sebuah Percikan Permenungan)

Ingatanku pada para guru yang telah mendidikku selama ini, mendorongku,
"memaksaku" (urget me) untuk merenungkan, "Siapakah itu sang guru?"

Guru Buddhis yang terkenal dari India diundang datang ke Tibet untuk
"membabarkan" Dharma. Guru ini membawa serta seorang laki-laki yang tidak
hanya bawel dan tidak bertanggung jawab, tetapi juga sebagai tukang masak
yang "judes". Setelah mengamati selama beberapa waktu, orang-orang Tibet
mendekati sang guru dan berkata dengan penuh hormat, "Mengapa guru begitu
tenggang rasa dengan tukang masak yang tidak berguna itu? Ia kelihatannya
cuma menimbulkan masalah, alih-alih membantu guru." Sang Guru tersenyum dan
menjawab, "Ah, kalian tidak mengerti. Ia bukan pelayanku, ia adalah
guruku." Orang-orang Tibet kaget dan memohon penjelasan, "Kenapa bisa
begitu?" Sang guru menjelaskan, "Kalian lihat, perangainya yang rewel dan
tidak menyenangkan itu telah mengajariku untuk bersikap sabar dan
bertenggang rasa setiap hari. Karena itulah aku menghargainya dan
menyebutnya sebagai guruku."

Memang benar, banyak orang beranggapan bahwa seorang guru itu haruslah
seorang yang berdiri di depan kelas serta menerangkan pelbagai hal. Bahkan
orang Jawa mengatakan bahwa guru itu adalah akronim dari kata "digugu lan
ditiru" yang artinya seorang guru haruslah bisa dipercaya dan diteladani.
Seorang guru harus berpenampilan rapi, berbicara santun dan berbudi halus.
Memang benar bahwa bimbingan sang guru secara formal tersebut sangat
penting. Namun apakah kita juga sadar bahwa dalam hidup ini kita memilki
"guru-guru" yang bisa mengembangkan kepribadian kita. Semesta alam
menyimpan pelbagai inspirasi untuk dijadikan "guru". Dalam Ramayana,
wejangan seorang Guru kepada muridnya tercetus dalam "Hastabrata" yakni
delapan pedoman untuk meneladan kepada alam semesta. Seorang murid
diharapkan meneladan pada matahari yang memanasi bumi dengan cahayanya
secara sabar dan tanpa bosan, sehingga air menguap dan menyirami bumi serta
memberi rejeki yang melimpah ruah. Air, angin, tanah, api adalah guru-guru
yang diwejangkan dalam Hastabrata. Kisah ini merupakan wejangan Ramawijaya
kepada adik tirinya, Bharata agar bisa memerintah Kerajaan Ayodya dengan
baik, benar dan adil. (Bdk. Anak Bajang Menggiring Angin atau Ramayana
tulisan Nyoman Pendit atau buku yang terbaru tulisan C. Rajagopalachari).
Selain berguru pada alam semesta, manusia juga diajak untuk berguru pada
dunia binatang. Penulis yang kesohor dalam menulis kisah ini adalah Aesop
(620 - 560 s.M), berkebangsaan Yunani kuno. Melalui dongeng-dongeng yang
ditulisnya, ia mengajak kita untuk bercermin pada dunia fauna. Sebab dalam
dongeng itu, selain termaktub sikap kesetiaan, kejujuran, keadilan dan
kedamaian, mereka juga mengenal intrik, iri hati, keserakahan dan
kebusukan. Dongeng-dongeng seperti: Singa yang bodoh, balas budi burung
elang, ekor sapi, rubah dan anggur asam merupakan fable yang penuh dengan
ajaran moral yang tinggi. Kita juga bisa menyimak dongeng dari Grimm
Bersaudara (Jacob Grimm dan Wilhelm Grimm), H.C. Andersen (1805 - 1875),
kisah 1001 malam dan jangan lupa "Kancil nyolong timun" dongeng menjelang
tidurnya bagi anak-anak Jawa pada masa silam.

Berguru dalam arti magang sudah dikenal sejak zaman dulu kala. Dalam dunia
pendidikan ada istilah "nyantrik" yang artinya menjadi santri, agar ahli
dalam bidang bahasa atau sastra. Pondok-pondok pesantren merupakan tempat
yang ideal untuk "menggodok" anak-anak muda supaya militan sebagai murid.
Dalam magang di pondok pesantren, para murid langsung hidup bersama dengan
sang guru. Tempat tidur santri sama dengan tempat tidur kiyai dan apa yang
dimakan para santri tidak jauh berbeda dengan apa yang dimakan oleh kiyai.
Umberto Eco dalam "The Name of The Rose" mengisahkan perjalanan seorang
guru dan murid yang mengadakan investigasi di Biara kaya yang berlokasi di
Italia, yakni sehubungan dengan adanya kematian misterius. Dan memang
melalui petualangan dalam biara tersebut, terkuaklah tabir yang selama ini
disembuyikan. Dalam kisah itu, si murid mengikuti terus jejak gurunya.
Berguru, memang sebaiknya harus sendiri mengalami apa yang menjadi
pergumulan gurunya. Dari sini pula, saya baru menyadari, mengapa ketika
kuliah, para mahasiswa diberi banyak tugas, seperti: paper, riset dan
social mapping? Setelah terjun dalam masyarakat, tugas-tugas kuliah itu
baru terasa manfaatnya. Teori-teori bermunculan satu per satu dalam
pikiran, setelah berhadapan langsung dengan dunia nyata.

"Pengalaman berguru" yang satu ini barangkali agak lain. Henry Nouwen,
penulis buku yang amat produktif dalam "In The Name of Jesus" berkisah
bahwa pengalaman tinggal dan hidup bersama orang-orang yang hanya mampu
berbicara sedikit saja atau bahkan samasekali tidak mampu berbicara,
menyadarkan dirinya untuk "rela" dituntun oleh orang lain. Pencarian
hidupnya yang mau pindah dari Universitas Harward ke L'Arche merupakan
suatu perpindahan dari tempat yang paling bergengsi dan cemerlang yang
memiliki cita-cita untuk menguasai dunia kepada dunia yang paling lemah dan
tak berpengaruh. Apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad (570 - 632) dan
Sidharta Buddha Gautama (563 - 483) serta Yesus Kristus (± 6 SM - 30 SM),
supaya umat manusia berguru dan mencintai kepada yang lemah, rupanya tidak
tanpa alasan.

Pameo yang berbunyi, "Pengalaman adalah guru yang baik" maupun "Historia
est magistra" yang artinya sejarah adalah guru, perlu untuk kita renungkan.
Dunia ini memberikan banyak guru yang bijak. Untuk itu marilah kita berguru
kepada mereka dan tentunya langsung mengalami hidup bersama sang guru.


Merauke, 3 Februari 2011

Markus Marlon msc

Kamis, 03 Februari 2011

Sahabat

S A H A B A T
(Sebuah Percikan Permenungan)

"A friend in need is a friend indeed," yang berarti teman dalam kesusahan
adalah teman sejati, pantas untuk kita renungkan. Teman yang membantu,
mendampingi di saat "jatuh" serta benar-benar memberikan pertolongan adalah
teman yang tulus hati. Mereka akan tetap setia dalam suka maupun duka.
Marcus Tullius Cicero (106 - 43 SM), pernah berkata, "Amicus certus in re
incerta cernitur" yang berarti sahabat sejati ditentukan ketika ada hal
yang tidak pasti. Ini berarti pula bahwa sahabat sejati ditentukan ketika
seseorang sedang menghadapi permasalahan. Seorang sahabat tidak akan
meninggalkan sendiri dalam kemelut permasalahannya, namun dia akan
mendampingi.

Dongeng klasik tulisan H.C. Andersen (1805 - 1875) yang berjudul, "The
Travelling Companion" menceriterakan kisah John - yang walaupun - sebatang
kara
dan miskin, ia memberikan semua uangnya untuk menolong orang yang sudah
meninggal dunia. Setelah itu, ia menjalani hidup tanpa uang saku atau bekal
yang
berarti. Namun di tengah perjalanan ia menemukan teman, yaitu Tom. Teman
itu sangat baik dan banyak membantu John ketika menghadapi kesulitan.
Akhirnya
John bisa hidup bahagia berkat pertolongannya. Itulah cerita dari "The
Traveling Companion." Kalau ditilik dari asal katanya (etimologi), kata
"companion" berasal dari kata "cum" (bersama) dan "panis" (roti). Arti
harfiahnya adalah makan roti bersama, makan dari roti yang sama, sharing
bersama, berjalan bersama-sama. Kebersamaan - idealnya - selalu disertai
dengan makan bersama. Suasana hati yang sedang makan, tentu disertai dengan
rasa gembira. Jika dalam makan bersama itu ada ganjalan hati, tentu saja
makanan - bagaimana pun nikmatnya - tidak akan tertelan.

Sikap yang tulus dalam persahabatan dapat dirasakan oleh orang lain. Sikap
hidup yang penuh kasih itu dimulai dalam keluarga. Tatkala anak dalam
bimbingan orang tua dan diasuh dengan penuh kasih, di kemudian hari, anak
tersebut akan memberikan kasih dan perhatian juga kepada sesama. Dia akan
menjadi sahabat yang baik.

Belum lama berselang, saya mengunjungi sebuah Panti Asuhan yang mengasuh
anak-anak "yang kelahirannya tidak dikehendaki oleh orang tuanya". Di
pojokan taman ada anak yang menaruh curiga-prasangka terhadapku sewaktu
saya mendekati dan ingin memeluknya. Tetapi anak itu menolaknya. Barangkali
"pengalaman penolakan" dari kedua orang tuanya yang tidak bertanggung-jawab
itu terpateri dalam hatinya dan menganggap orang lain itu pantas untuk
dicurigai.

Sikap curiga yang berlebihan itu bagaikan dinding yang tinggi yang
menghalangi seseorang bergaul akrab dengan yang lain. Namun tidak dapat
diingkari bahwa kita seringkali menemukan kehangatan persahabatan dalam
sebuah keluarga. Seorang anak yang diasuh oleh pengasuh yang sederhana,
baik hati dan setia, bisa menumbuhkan sikap afeksi dalam diri anak terebut
dan menjadi pribadi "yang penuh cinta". Pengalaman ini bisa kita sandingkan
dengan "David Copperfield" karya Charles Dickens (1812 - 1870). Membaca
Novel tersebut, banyak orang tentu berdecak kagum dengan kesetiaan si
Peggotty. Kemurnian hati Peggotty dalam mengasuh David yang telah ditinggal
mati ayahnya dan ibunya sungguh luar biasa. Dave, panggilan kesayangan
David Copperfield itu pada waktu itu hanya memiliki sahabat sejati yang
terdapat dalam diri Peggotty. Dan setelah mencapai kesuksesannya sebagai
penulis, tentu saja David tidak mungkin melupakan jasa-jasanya.
Persahabatan yang sedemikian ini berlangsung abadi, karena tidak ada
tendensi apa pun. Peggotty dan David bukanlah saudara kandung. Itulah
sebabnya, ada orang yang mengatakan bahwa tetangga adalah sahabat terdekat
dari diri kita. Jika kita sakit, pertama-tama yang tahu adalah tetangga
sendiri. Sedangkan saudara kandung (kakak-adik) itu tidak bisa merawat kita
yang sedang sakit karena jarak yang jauh. Di sinilah kita diajak untuk
memberi arti sebuah nilai persahabatan.

"Persahabatan bagai kepompong, mengubah ulat menjadi kupu-kupu" adalah
sepenggal syair dari Sindentosca. Membangun persahabatan tidaklah mudah.
Tidak jarang kita temui persahabatan itu seperti "ulat" yang di dalamnya
ada konflik, perselisihan dan salah komunikasi. Kejadian seperti ini memang
dibutuhkan untuk memurnikan nilai sebuah persahabatan. Tetapi kemudian,
masing-masing pribadi perlu untuk berefleksdi diri yaitu dengan menjadi
"kepompong" dan hasilnya adalah seekor kupu-kupu yang indah.

Pada cerita lain kita kenal dengan film yang berjudul "Butterfly" yang
disutradarai oleh Nayato Fio Naula dengan lagu yang dinyanyikan oleh Melly
Guslaw dan Andhika Pratama. Film ini mengisahkan tentang tiga sahabat yaitu
Vano, Tia dan Desi yang mencari jati diri dalam perjalanan (companion) dan
mencari makna kehidupan. Klimaks dari cerita "Butterfly" ini adalah
kematian Desi yang dengan tulus "menyerahkan" Tia supaya menjadi sahabat
bahkan pasangan hidup bagi Vano yang juga dicintainya. Persahabatan memang
sungguh indah!!

Merauke, 27 Januari 2011

Markus Marlon MSC