Kamis, 16 Oktober 2008

Perbanyaklah perbendaharaan kata yang positif

Perbanyaklah Perbendaharaan Kata yang Positif!

Yacinta Senduk SE, SH, MBA, LLM

Principal of Yemayo – Advance Education Center

Jangan terkejut bila ternyata memang cukup banyak orang tidak percaya akan kekuatan kata-kata. Sebuah kata akan memberikan suatu pesan tersendiri di dalam otak. Contoh: kata 'dingin'. Walaupun kita tidak punya gambar yang jelas tentang dingin, tetapi perasaan kita bisa memberikan reaksi pada kata 'dingin' tersebut. Bila saya berikan anda serangkaian kata seperti ini: sadis, ngeri, seram, jijik, marah, dendam, benci, bau, murka, mengamuk, memukul, memaki, membunuh, gila, bodoh… Saya yakin kata-kata ini telah mulai membuat tubuh anda kaku atau mengeras. Kalau anda kurang percaya, coba baca sekali kata-kata di atas.

Sekarang ini, saya akan memberikan anda serangkaian kata: cerah, indah, gembira, bahagia, sukacita, damai, makmur, sejahtera, tertawa, kasih, menang, tentram, sehat, terang, berhasil, sukses, pandai…  Kembali, sadarilah keadaan tubuh anda, bukankah kekakuan tubuh anda yang disebabkan kata-kata negatif di atas sekarang sudah mulai melunak? Anda sudah mulai lebih tenang? Contoh ini memberikan suatu gambaran yang perlu dimengerti bahwa tubuh kita bereaksi terhadap satu kata, walaupun hanya kata yang kecil saja.

Ada seorang murid kami, saat baru bergabung di kelas, ia terlihat sangat kaku, tegang dan serius. Tatapan matanya seperti mata seekor elang yang selalu berjaga-jaga seolah akan terjadi sesuatu yang buruk. Pelatih sungguh harus berusaha keras membuat anak laki-laki kecil itu tertawa, tampaknya tidak ada yang bisa membuatnya gembira, ia tetap saja tampak tegang. Bila diberikan materi menggambar, pilihan warna-warnanya pun adalah warna-warna yang suram, walaupun sebenarnya gambarnya itu adalah suatu gambar yang indah, namun tetap saja tampak suram dan sedih.

Ketika kami memberikan materi kelas yaitu meminta para murid menulis kata-kata positif sebanyak-banyaknya dalam waktu 15 menit, sebut saja Andy, sang murid yang selalu tampak kaku tersebut tiba-tiba berkata kepada pelatih, 'Coach, aku merasa mual.' Andy berhenti menulis sejenak. 'OK. Tapi coach sangat menghargai bila Andy mau berusaha konsentrasi menyelesaikan tugas yang diminta untuk diselesaikan. Jangan terlalu dipaksakan, tetapi berusahalah sebisamu. Coach yakin Andy bisa', kata pelatih memberikan dorongan penyemangat. Dalam 15 menit Andy hanya mampu memberikan 15 kata positif, sementara teman-temannya yang lain mampu memberikan sampai 40 kata positif bahkan lebih.

Saat melakukan games bersama teman-temannya, pilihan kata-kata Andy pun terdengar kasar jika ia sedang kesal terhadap temannya, sehingga membuat teman-temannya kurang senang berada di dekatnya. Pelatih menegur dengan halus dan tetap memberikan alternatif kata-kata yang baik padanya, 'Ayo, daripada kamu berkata kasar, sebaiknya kamu fokus dan sabar di dalam melakukan games-mu, berikan semangat pada teman-teman tim-mu. Kalau sabar, kalian bisa menang loh.'

Setelah beberapa kali pertemuan, kami kembali memberikan materi tentang mencari kata positif dalam waktu 15 menit, kali ini Andy mampu memberikan 30 kata, ia sudah terlihat lebih santai dan tidak mengeluh mual lagi, yang lebih menggembirakan lagi, Andy sudah lebih luwes dalam berkomunikasi bahkan ia sudah mendapatkan seorang teman di kelasnya dan sudah lebih sering tersenyum.

Dari Andy kami ketahui bahwa di rumahnya, perkataan kasar adalah suatu bentuk komunikasi yang lazim. Kesalahan-kesalahan kecil akan dihujani dengan makian yang tak beralasan. Jika sudah dimaki, biasanya Andy pun akan menyerang balik  dengan kata-kata kasar juga. Andy tidak mempunyai banyak perbendaharaan kata-kata positif, jadi ketika harus mencari kata-kata positif, tubuhnya memberikan reaksi yang menimbulkan rasa mual. Ini tidak terjadi pada Andy saja, kaum remaja cukup sering mengeluh 'mual' saat harus mencari kata-kata positif. Para remaja yang tidak terbiasa dengan kata-kata positif; biasanya tumbuh menjadi pribadi-pribadi pemarah ataupun suka mengamuk, ketika ditanya mengapa, mereka sendiri tidak tahu apa sebabnya. Hal ini sebenarnya mudah diatasi, hanya perlu mengganti kebiasaan berkomunikasi saja.

Pada orangtua kami sarankan untuk menambah kata-kata yang positif, sebagai contoh: Hari ini kamu cantik. Papa akan bekerja dengan semangat dan kamu belajarlah yang rajin. Mama senang hari ini cerah, jadi bisa ke pasar untuk beli sayuran, mama akan buat makanan yang enak, kamu pasti senang. Kita pergi ke rumah nenek ya, pasti nenek gembira melihat kalian, nenek sayang pada kalian. Kata-kata negatif menunjukkan negatifnya suatu pikiran. Bila pikiran anda negatif, pastilah tindakan yang anda ambil akan negatif ataupun pasif. 

Pribadi-pribadi seperti ini  akan mempunyai masalah sosialisasi dimana tidak banyak orang ingin mendekat. Berlatihlah untuk menambah kata-kata positif. Awalnya mungkin saja anda akan merasa mual, tapi lihatlah… Jika anda sudah mulai terbiasa, jangan heran bila hidup anda berubah menjadi sangat menyenangkan dan ceria.

"Kau tak pernah bisa belajar lebih sedikit; kau hanya bisa belajar lebih banyak. Alasan mengapa aku tahu begitu banyak adalah karena aku telah melakukan begitu banyak kesalahan."

= Buckminster Fuller

Ahli Matematika dan filsuf yang tidak pernah lulus program sarjana muda tapi menerima 46 gelar doktor kehormatan

1 komentar:

J mengatakan...

like this..