Tren mode yang sedang diminati adalah sebuah kecermatan dalam memandang pasar yang harus dipunyai pengusaha mebel dan kerajinan. (Istimewa) |
INILAH.COM, Jakarta Anjloknya perekonomian Amerika Serikat menjadi sarana pendewasaan bagi pelaku pasar di Indonesia. Selama ini produsen Indonesia sangat tergantung pada pasar negara Paman Sam itu. Kini eksportir mesti pintar-pintar mencari alternatif pasar baru.
Salah satu pelaku pasar yang pintar menyiasati peluang itu adalah pelaku usaha kerajinan dan mebel. Setelah pesanan dari AS menurun drastis kini produsen mebel dan kerajinan Tanah Air mulai melirik peluang dari China.
Ketua Umum Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Ambar Tjahyono mengatakan, China adalah solusi untuk menggantikan pasar AS yang selama ini berada di posisi tertinggi. China dipilih sebagai alternatif pasar baru karena pertumbuhan ekonomi negara itu yang luar biasa.
Padahal China merupakan eksportir mebel terbesar tapi hingga kini negara itu masih mengimpor mebel buatan Italia sebanyak 25% dari total konsumsi domestiknya.
"Orang-orang berduit di China tetap menginginkan produk mebel impor. Mereka tidak peduli dari mana asalnya, termasuk juga dari Indonesia. Hotel-hotel di sana juga sudah banyak yang menggunakan mebel dari Indonesia," kata Ambar, hari ini, di Jakarta.
Sejak 2002 hingga 2006 Indonesia menempati urutan ketiga eksportir produk mebel dunia dengan perolehan pangsa pasar 4,26%. Sedangkan China sebagai eksportir produk mebel utama memiliki market share 15,75%. Urutan kedua hingga keempat ditempati Italia, Polandia, dan Jerman.
Sedangkan importir mebel terbesar ditempati Amerika Serikat dengan market share 29,93%, dengan nilai mencapai US$ 6,2 miliar di 2006. Pasar mebel dan kerajinan China mampu menyerap produk berbahan baku solid wood maupun plywood.
Konsumen mebel dan kerajinan China juga lebih menyukai produk yang unik atau aneh. Sehinga mendorong produsen mebel terus melakukan inovasi baik dari sisi desain motif maupun proses finishing.
Tren mode yang sedang diminati adalah sebuah kecermatan dalam memandang pasar yang harus dipunyai pengusaha mebel dan kerajinan. Saat ini model minimalis masih mendominasi tren yang disukai konsumen.
Sekretaris Eksekutif Asmindo Jawa Timur, Chilman Suaidi, mengatakan perlu kontribusi dari seluruh pemangku kepentingan agar industri mebel Indonesia bisa lebih kompetitif. "Kita harus merangkul China sebagai calon konsumen potensial. Tapi juga jangan lupa bahwa mereka harus dipandang sebagai kompetitor," tegas Chilman.
Dari sisi kualitas produk, kata Chilman, mebel buatan Indonesia jauh lebih baik karena menggunakan kayu tropis berkualitas prima. Sedangkan kualitas kayu dari produk mebel China tidak sebaik Indonesia karena merupakan produk massal.
Ketersediaan bahan baku produk mebel relatif tidak ada masalah. Dari sisi pasokan kini pengusaha mebel sudah dilindungi peraturan yang mengikat bahwa kayu hasil hutan tidak boleh diekspor dalam bentuk log atau gelondongan. Hal itu demi menjamin nilai tambah bagi pendapatan negara. [E1]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar