Senin, 20 Oktober 2008

Meja makan yang mulai ditinggalkan

Meja makan keluarga yang mulai ditinggalkan

Yacinta Senduk SE, SH, MBA, LLM

Principal of Yemayo – Advance Education Center

Ketika di dalam kelas, kami meminta anak-anak membuat jadwal tentang kegiatan mereka sehari-hari, sungguh kami, pengajar, dibuat terkejut dengan fakta bahwa hampir semua murid tidak pernah makan (baik makan pagi, siang ataupun malam) bersama secara lengkap dengan keluarga. Kebanyakan dari mereka makan bersama keluarga secara lengkap hanyalah bila sedang pergi ke restoran di akhir minggu. "Papaku kan pulangnya nggak menentu, biasanya sampai malam sekali. Jadi aku makan duluan. Kalau pagi, papaku masih tidur, jadi aku sarapan duluan sama mbak sebelum pergi ke sekolah." Inilah jawaban yang secara umum sering kami dapatkan dari anak-anak.

Tentunya, dengan berusaha segenap hati mengerti kesibukan orangtua, saya sangat menyayangkan hal ini. Di dalam keluarga, makan bersama di meja makan adalah ritual yang sebenarnya wajib dijalankan keluarga bersama. Mengapa saya sebut sebagai ritual? Sama halnya bila anda berada di kantor, meeting adalah sesuatu yang sering tidak bisa dihindarkan, karena meeting adalah sarana mempertemukan semua orang baik atasan maupun bawahan dan di sana tim kerja mulai membicarakan tantangan dan rintangan yang sering diakhiri dengan diskusi dan solusi. Hal ini dilakukan agar visi suatu usaha dapat secara langsung dimengerti oleh tim kerja.

Kecerdasan emosi adalah sesuatu yang sangat penting untuk kita miliki pada jaman ini. Jaman yang segala sesuatunya serba cepat, yang membutuhkan keputusan serba cepat, yang karenanya emosi pribadi sering dibuat naik-turun hanya di dalam jangka waktu singkat. Namun tidak perduli betapa gilanya jaman ini, suatu kenyataan yang tidak bisa kita pungkiri adalah dasar Kecerdasan emosi justru terbentuk dari rumah atau keluarga. Pada murid-murid kami yang memiliki antusiasme dan emosi yang positif, dengan jelas kami melihat pola didik orangtua yang sangat baik dan kompak. Sebaliknya, murid-murid yang bermasalah dengan pengendalian diri atau emosi, kami melihat pola didik orangtua yang terlihat hanya terbatas pada penyediaan material saja dan jarang melakukan interaksi yang positif.

Fakta yang kami dapati tanpa harus melakukan riset ataupun penelitian adalah pada anak-anak yang jarang makan bersama keluarga di meja makan rumah, mereka bermasalah dengan emosi, baik emosi yang meledak-ledak maupun emosi yang tertekan.

Pada saat kami meminta anak-anak membuat karangan singkat mengenai keluarganya, di situlah kami melihat pandangan-pandangan jujur anak-anak tentang keluarga mereka. Bagi anak yang mempunyai tradisi makan bersama, walaupun terkadang mereka lebih menyukai salah satu orangtua (misalnya lebih dekat ke papa atau ke mama); tetapi secara keseluruhan kami melihat anak tersebut mempunyai pandangan yang positif mengenai keluarganya, sebagai contoh mereka menulis: "Keluargaku asyik loh, kami sering bepergian. Papaku orangnya suka bercanda, mamaku lebih serius, tapi aku sangat sayang dengan keluargaku."

Dibanding dengan anak yang tidak makan bersama, mereka akan dengan sangat cepat memberikan penilaian kepada keluarganya secara keseluruhan, sebagai contoh : "Keluargaku biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa" atau "Aku merasa kurang akrab dengan keluargaku, biasanya aku lebih sering menghabiskan waktu di kamar."

Mengapa Makan bersama penting?

Seburuk-buruknya suatu keluarga, walaupun orangtua sangat tidak kompak, namun bila orangtua dapat mengusahakan kebiasaan makan bersama, anak-anak (juga orangtua) akan mampu menilai keluarganya secara utuh. Walaupun ayah seorang pemarah dan ibu seorang pembela (ini contoh ketidakkompakan orangtua), tetapi anak-anak akan mempelajari interaksi keluarganya secara keseluruhan justru pada saat semua berkumpul dan berinteraksi. Di meja makan, semua anggota keluarga dapat mempelajari ekspresi-ekspresi karena semua dapat saling melihat muka, di sini dapat ditanamkan berbagai macam nilai, baik nilai pendidikan, nilai moralitas, nilai kebaikan dan kebijaksanaan, nilai religi. Seringnya bila kita bisa saling menatap dan memahami ekspresi-ekspresi wajah, kita dapat mempunyai solusi-solusi yang lebih baik bila suatu masalah terjadi pada salah satu anggota keluarga kita. Saya sangat menganjurkan para keluarga mengusahakan ataupun menghidupkan tradisi makan bersama keluarga inti (ayah, ibu, anak).

Seringnya orangtua berkata bahwa mereka terlalu sibuk dan kesibukan itu sebenarnya untuk memberi makan anggota keluarganya. Namun hal yang sering dilupakan oleh orangtua yang sibuk, bila kesibukan itu sungguhlah ditujukan untuk keluarga mereka, mereka kurang menyadari bahwa perlahan-lahan mereka sedang kehilangan 'keluarganya'. Secara fisik anggota keluarga itu memang ada, namun secara hati, sebenarnya sudah lama hilang. Jadi bila orangtua terlalu sibuk mencari uang demi keluarga, nyatanya keluarga mereka sedang menghilang; lalu, ketika nanti benarlah uang telah didapat tapi keluarga itu sudah tidak ada lagi, maka apa gunanya semua kesibukan-kesibukan yang dilakukan? Bagaimanapun, saya yakin bahwa belum terlambat bagi para keluarga untuk membangun tradisi makan bersama keluarga setiap hari! Putuskanlah dan mulailah hari ini!

Jika anda tidak menyukai sesuatu, ubahlah! Jika anda tidak bisa mengubahnya, ubahlah sikap anda mengenainya. Jangan mengeluh karenanya.

= Maya Angelou

Tidak ada komentar: