Senin, 13 Oktober 2008

Pikir panjang untuk keluarga anda

Pikir panjang untuk keluarga anda !

Yacinta Senduk SE, SH, MBA, LLM

Principal of Yemayo – Advance Education Center

     Marak lagi berita poligami, marak lagi berita perselingkuhan, marak lagi berita-berita yang seharusnya tidak perlu dikonsumsi mata anak-anak. Rasanya ingin  menanggapi tayangan-tayangan gosip di TV dan mengkritik keras sisi komersil media, tapi nyatanya, realitas kehidupan sehari-hari juga sama saja buruknya menayangkan keretakan rumah tangga yang disuguhi sebagai reality show bagi anak-anak yang secara getir harus mereka jalani.

     Membentuk kepribadian seorang anak yang kuat di dalam rumah tangga yang utuh saja, sudah merupakan PR yang cukup kompleks untuk orangtua; apalagi harus membahas pola asuh anak dari orangtua yang bercerai?

     Cukup banyak orangtua bertanya kepada saya, mungkinkah seorang anak hidup bahagia bila orangtuanya bercerai? Menjawab pertanyaan ini, sama seperti menjawab pertanyaan, mungkinkah satu ditambah satu tidak sama dengan dua? Bisa dijawab "tidak mungkin" karena itu adalah suatu formula yang tidak bisa diganggu gugat, sebab bila dijawab 'mungkin', maka mungkinkah dua meter ditambah lima meter tidak sama dengan tujuh meter; seandainya formula awal kita bantah, tentunya para ahli tehnologi yang selalu membuat hitung-hitungan matematis setiap hari akan sulit menciptakan gedung-gedung tinggi, mesin, dsb karena tiada aturan yang jelas. Membantah satu formula awal berdampak negatif secara luas. Tapi kalau mau dipaksa menjadi  "mungkin" yah bisa saja, suka-suka yang menjawab sajalah.

     Saya tidak akan membahas tentang boleh tidaknya anda bercerai atau berselingkuh, dalam hal ini, andalkan hati nurani anda sajalah. Berpikirlah yang jernih agar jangan ada penyesalan di kemudian hari, jangan sampai ada masalah-masalah yang tidak selesai ketika ajal menjemput kita.

     Ingin sedikit saya berikan pandangan yang sesungguhnya dan bukan pendapat saya. Setidaknya seperlima jumlah murid kami, ternyata mempunyai kasus orangtua bercerai, single parent ataupun orangtua sering bertengkar kasar di rumah. Berat hati harus saya sampaikan bahwa anak-anak ini bermasalah dengan emosi walaupun secara intelijensi pandai; ada yang gemar berbohong, ada yang sangat penakut, ada yang sangat perasa, ada yang sangat pemarah, ada yang apatis.

     Anak-anak sering merasa stress bila ditanyakan teman-temannya tentang keluarganya, ia sulit menjawab tentang keluarganya yang retak; selain masalah pertanyaan orang lain, anak pun punya masalah menjawab pertanyaan dirinya sendiri, mengapa orangtuaku selalu bertengkar ataupun bercerai? Banyak orangtua yang pernikahannya bermasalah lupa bahwa anak belum cukup mampu 'dipaksa' mengerti permasalahan orangtuanya. Sebagian orangtua menganggap, "yah, nanti juga dia lama-lama tau siapa yang salah." Anak-anak selalu bersifat ego-sentris, mereka sulit mampu berpikir bahwa pertengkaran atau perceraian orangtua benar-benar tidak ada hubungannya dengan mereka. Mereka cenderung menuding diri mereka sendiri sebagai penyebab keributan orangtuanya. Belum lagi anak akan dibesarkan oleh orangtua yang bermasalah dengan emosi karena sakit hati dengan pasangannya, maka secara luar-dalam memang pribadi anak menjadi pecah. Bukan tidak ada anak-anak hasil keretakan rumah tangga yang berhasil menjadi pribadi kuat, namun kenyataannya sungguh jauh  lebih banyak pribadi-pribadi rapuh yang dihasilkan dari kekacauan ini.

Mungkin ada sebagian orang yang berkata, "itu tergantung dari pribadi anak itu sendiri, kalau dia kuat, dia pasti bisa mengatasi masalahnya." Formula awal bahwa kita diberikan sang Pencipta Semesta Alam ini dua orangtua; justru sebenarnya agar orangtualah yang membantu membentuk perkembangan pribadi anak. Ketika lahir anak harus diberi pakaian dan makanan oleh orangtua, harus juga diberikan pendidikan yang baik; anak tidak bisa mengerti dengan sendirinya tanpa bimbingan orangtua.

     Apa hasilnya bila kita menghancurkan suatu formula awal? Trend kawin-cerai sudah biasa, kemudian muncul lagi poligami, sementara selentingan poliandri sudah mulai terdengar. Belum reda-reda juga narkoba dan seks bebas. Mau dibawa kemana generasi muda kita ini ke depannya dengan kekacauan seperti ini? Bagaimanapun, formula awal seharusnya tetap ada untuk menjaga keteraturan hidup kita.

Keluargalah yang akan mengurus hari tua dan pemakaman anda

     Keluarga adalah sesuatu yang indah, dalam kehangatan keluarga kita bisa mulai bekerja dengan semangat dan kembali tidur memulihkan tenaga di dalam rumah yang penuh tawa-canda. Menyakiti hati keluarga, sering beresiko anda harus menjalani hidup yang kacau balau. Jika anda tergoda untuk bertengkar dengan pasangan ataupun tergoda ingin melakukan perselingkuhan, visualisasikan dengan jelas, siapa yang akan mengurus anda di hari tua? Siapa yang akan merindukan kepergian anda pada hari pemakaman anda? Apa yang akan diucapkan oleh pasangan dan anak-anak anda pada saat kematian anda? Bila anda memberikan luka yang dalam, sudikah mereka mengenang anda sebagai orang yang patut dihormati dan diteladani? Positif atau negatifnya cerita anak-cucu anda tentang anda kelak sangat tergantung dari keputusan dan tindakan anda semasa hidup anda kini.

"Pemikiran dan tindakan yang baik tidak akan pernah membuahkan hasil yang buruk, pemikiran dan tindakan yang buruk tidak akan pernah membuahkan hasil yan baik."

= James Allen

 

Tidak ada komentar: