Senin, 06 Oktober 2008

Pribadi yang rajin

Pribadi yang "rajin" tidak terjadi sendirinya

Yacinta Senduk SE, SH, MBA, LLM

Principal of Yemayo – Advance Education Center

     Seorang pribadi yang rajin atau malaskah anda? Coba telusuri lagi dengan cermat masa lalu anda. Bagaimanakah anda dibesarkan? Lingkungan yang membesarkan anda banyak sekali mempengaruhi tingkat kerajinan anda? Banyak orang kurang menyukai kata-kata 'kerja keras', karena istilah ini dianggap mengandung unsur stagnan dan tidak menghasilkan; istilah ini secara perlahan digeser dengan 'kerja cerdas', dimana kita perlu bekerja namun lebih cerdas. Diharapkan dengan penggantian istilah ini, maka seseorang dapat lebih menghasilkan. Apapun istilah yang akan banyak dipakai di masa depan, yang jelas harus diakui bahwa 'kerja' yang menghasilkan (baik menghasilkan banyak atau sedikit), memang tetap berhubungan dengan kerajinan. Pribadi tidak berpendidikan sekalipun, bila bekerja dengan rajin, pastilah ia tidak akan kekurangan dalam hal mencukupi kebutuhan primernya sendiri. Bila kebetulan anda merasa bahwa anda adalah pribadi yang tidak rajin atau justru pemalas, sebaiknyalah anda menelusuri dengan cermat masa lalu anda, dengan tidak bermaksud untuk mencari kambing hitam dari masa lalu, marilah dapatkan suatu wawasan lain bahwa sebenarnya anda telah dibentuk oleh lingkungan yang memang tidak menunjang anda menjadi rajin. Tujuan mengerti hal ini adalah agar anda mau membuka diri dan sejak hari ini anda mau memutuskan untuk mulai menyemangati diri anda sendiri untuk menjadi rajin ataupun ulet dalam hidup anda.

     Jika anda adalah orangtua, maka hal-hal ini dapat menjadi pengetahuan yang dapat membantu anda menghin-dari pola asuh yang dapat mengacau-kan masa depan anak.

    1. Lingkungan yang memanjakan yang merampas  banyak kemampuan anak, sering sekali seorang pribadi dirusak oleh lingkungannya yang terlalu memberikan kenyamanan padanya. Sebagai contoh bila terbiasa dilayani oleh pengasuh ataupun pembantu di rumah, ataupun oleh orangtua yang selalu melarang anda berbuat sesuatu dengan alasan takut anda, sang buah hati, kelelahan. Kemudahan yang terlalu banyak diberikan pada masa kanak-kanak tanpa dikombinasikan dengan memberikan anak pengalaman-pengalaman yang sederhana, seperti mengikat sepatu, makan, menyiapkan buku sekolah sendiri, membenahi kamar sendiri, justru akan sangat menghalangi proses pendewasaan seorang pribadi.

     2. Tidak memberi teladan, seringkali orangtua hanya rajin berteriak-teriak meminta anaknya melakukan sesuatu, tetapi dirinya tidak memberikan teladan yang dapat ditiru. Contoh sederhana banyak orangtua yang berusaha melarang anaknya nonton TV sampai larut malam, tetapi ketika anak masuk ke kamarnya, TV di ruang keluarga masih menyala, ayah dan ibu justru melanjutkan menonton. Alasan bahwa anda adalah orangtua dan menyebabkan anda mendapat hak istimewa untuk menonton lebih lama, sangat tidak dapat diterima anak secara bawah sadarnya, karena ia belum mengerti. Bagaimana pun, anak tetap mencari contoh nyata untuk ditiru sementara teriakan peringatan justru hanya akan mengacaukan pengertian-nya saja. Kenyataan dan pengertian yang tidak sinkron, akan sangat merusak seorang pribadi.

     3. Tidak Konsisten, inipun merupakan kekeliruan yang banyak terjadi di dalam pola asuh. Seringkali orangtua dengan alasan 'tidak apa-apa, kali ini saja', justru membuka celah bagi anak untuk membentuk kebiasaan buruk, seperti memanipulasi orangtua.

Sebagai contoh, bila anda telah menetapkan bahwa anak tidak boleh nonton TV pada jam-jam tertentu, kemudian karena suatu saat anda yang justru ingin menonton TV pada jam belajar anak, lalu anda mengijinkan anak anda menonton TV 'kali ini saja' untuk kepentingan anak, tentu saja bukan tidak mungkin anak anda jadi malas belajar, karena mengetahui bahwa jam TV sebenarnya bisa 'diakali', apalagi bila kebetulan ada acara kesayangan orangtuanya.

     4. Tidak pernah diturutsertakan, dengan alasan bahwa orangtua berhak menentukan segala sesuatu bagi anak (biasanya dengan alasan supaya cepat), orangtua sering mengabaikan pendapat anak. Contoh, bila berlibur, bila pergi makan keluar, orangtua yang menen-tukan segalanya. Bila anak terbiasa mendapat keputusan orang lain, maka ia tidak tahu mengapa ia harus bersusah payah mengupayakan sesuatu yang pasti menurut pengalamannya, tidak akan diterima orangtuanya. Pendapat anak mungkin sering aneh, tetapi jika orangtua bijaksana memberikan bebe-rapa kali persetujuan atas pendapat sang anak, anak akan menjadi aktif.

Banyak sekali anak-anak yang tinggal di daerah pedalaman, karena keadaan ekonomi yang sulit, justru mampu melakukan banyak hal yang luar biasa, seperti memasak, menjaga adiknya, berjualan di panas terik. Keadaan ekonomi yang sulit, membuat mereka tidak dimanjakan lingkungannya; melihat dan merasakan orangtuanya harus bekerja keras secara konsisten ini adalah teladan nyata; di dalam hal-hal sederhana, pribadi itu terpaksa harus memutuskan banyak hal untuk dirinya sendiri secara mandiri. Kedengarannya kejam, tapi justru banyak pribadi yang ulet terbentuk dari keadaan yang mendesak. Bagaimanakah lingkungan anda telah membentuk anda? Bila kurang baik, tanpa menyerah pada keadaan, putuskanlah untuk berubah hari ini juga.

 

Tidak ada komentar: