Kamis, 23 Oktober 2008

Pengaruh games pada anak-anak

Pengaruh games pada anak-anak

Yacinta Senduk SE, SH, MBA, LLM

Principal of Yemayo – Advance Education Center

Ada begitu banyak orangtua bertanya tentang baik atau tidakkah anak-anak bermain games? “Bolehkah saya mengijinkan anak saya bermain games? Soalnya saya takut dia tidak mau belajar.” Ya, hal itu memang suatu kecemasan yang cukup beralasan. Namun ada kisah lain lagi dimana seorang anak remaja merasa stres dan tidak mau ke sekolah karena merasa minder tidak mempunyai games sementara teman-temannya selalu membicarakan tentang games di sekolah setiap hari.

Lain lagi kasusnya dengan seorang murid kami, ia terbiasa menghabiskan waktu selama 3 jam setiap hari bermain games, sehingga ia menjadi seorang anak yang kaku dan sulit diajak berkomunikasi, emosinya meledak-ledak di dalam kelas, interaksi dan komunikasi dengan teman-temannya menjadi sulit.

Games mempunyai manfaat membuat tangan dan otak kita menjadi lebih gesit dan tangkas serta mengasah kegigihan mental anak, kata sebagian orang. Ya, saya setuju. Games itu merusak pikiran dan kemampuan sosial anak, kata sebagian orang lainnya. Ya, saya juga setuju. Sebenarnya masalahnya bukan pada games tersebut, tetapi pada cara orangtua memberikan ijin agar anak boleh bermain games. Banyak orangtua yang tidak membatasi waktu anak bermain games, tersirat dan tersurat dari alasan pemberian ijin yang terlalu longgar ini ialah orangtua dapat merasa tenang tidak ‘direcoki’ anak. Pada prinsipnya, segala sesuatu yang ‘terlalu’, tentu saja tidak baik. Ada juga orangtua yang hanya memberikan ijin anaknya bermain games selama setengah jam seminggu, sehingga membuat anak nekat mencongkel lemari games-nya karena kesal dengan pemberian ijin waktu bermain yang terlalu sedikit.

Hukum Timbangan

Untuk mudahnya, sebaiknya kita melihat hukum timbangan saja. Kalau terlalu banyak di sisi kanan, tentu ia akan oleng ke kanan, demikian juga sebaliknya. Di dalam kelas kami, kami menemukan beberapa kasus anak pecandu games. Sering pada awal mereka masuk kelas, pribadi-pribadi mereka seolah jauh di awang-awang dan sulit diajak berinteraksi. Bila bertanya pada mereka, maka jawabannya singkat-singkat dan kasar. Bila diberikan materi yang menuntut berpikir secara lebih, maka terlihat emosi mereka naik-turun dan hasil coretan tangannya pun sering tidak beraturan. Padahal mereka adalah anak-anak yang pandai di sekolahnya.

Ijinkanlah anak anda bermain games dengan cara yang bijaksana, sebagai contoh orangtua boleh membelikan player/games bila anak telah berhasil mencapai sesuatu, seperti 5 hasil ulangannya berturut-turut mendapat nilai 10. Hindari membuat janji yang terlalu lama jangka waktunya, misalnya, nanti kalau kamu naik kelas atau nanti kalau kamu juara kelas barulah akan dibelikan games. Bila anda sudah membelikan, sebagai orangtua anda perlu ingat bahwa tugas anda untuk mengontrol waktu penggunaannya harus anda jalankan dengan baik. Buatlah kesepakatan bersama putra-putri anda mengenai aturan waktu bermain games, janganlah menentukan waktu secara sepihak, misalnya, “Pokoknya, papa bilang kamu hanya boleh main dua jam dalam seminggu itupun hanya hari Sabtu saja.” Anda perlu menanyakan pendapat anak anda, “Berapa lama sebaiknya mama mengijinkan kamu bermain games?” Tentu saja anak akan me-negosiasikan waktu yang lebih panjang, sementara anda mungkin menginginkan waktu yang lebih pendek.

Carilah titik temunya, dimana anak mengurangi waktu yang dimintanya dan anda pun menambahkan waktu dari yang sebenarnya anda ijinkan. Anda juga perlu membicarakan apa konsekwensinya bila anak ataupun anda melanggar kesepakatan tersebut. Bertindaklah rasional! Jangan katakan, “Kalau kau melanggar, maka kau tidak boleh main games selama-lamanya.” Hal ini hanya mengacaukan pelaksanaan kesepakatan ini ke depannya.

Jika kesepakatan sudah didapat, maka mintalah anak untuk menulis di atas secarik kertas tentang kesepakatan yang telah dibuat tersebut, anak dan orangtua menandatangani kesepakatan tersebut lalu tempelkan di pintu kulkas agar semua dapat melihat kesepakatan tersebut. Sebagai variasi, anda bisa menambahkan ekstra jam untuk bermain games jika anak anda melakukan hal-hal yang baik, seperti bersikap baik pada saudaranya, atau mendapat hasil ulangan yang baik.

Saya juga sangat menyarankan orangtua untuk menyeleksi pilihan-pilihan games anak. Belakangan ini dunia games sudah jamak diwarnai dengan perkelahian, selain itu, marak pula karakter-karakter seksi yang menyerempet pada pornografi. Hindarilah apa yang disebut sebagai garbage-in, garbage-out (masuk sampah, keluar sampah). Banyak orangtua yang belum merasa yakin akan hal ini karena menganggap bahwa games hanyalah permainan elektronik biasa. Contoh nyata dari tidak terseleksinya tayangan mata dan games adalah Smack Down. Cukup banyak orang keheranan ketika melihat anak-anak menjadi korban Smack Down, “kok, bisa ya sampai jadi begitu?” Tentu saja bisa karena apa yang dilihat oleh mata tentu juga masuk ke dalam pikiran dan perasaan seorang pribadi, sehingga bila yang diserap pikiran terlalu banyak hal yang negatif, akan membuahkan tindakan yang negatif pula. Waspadai secara bijaksana! Bermain dan belajar sesuai hukum timbangan.

Ada orang yang kalau pun mereka tidak tahu,

anda tidak bisa memberitahu mereka

= Louis Armstrong

Tidak ada komentar: