Kamis, 30 April 2015

Gosip

GOSIP
(Kontemplasi  Peradaban)
 
"Bad news travels fast" – kabar buruk cepat menyebar.
 
       Ketika saya berolah raga pagi melewati sebuah lorong di kota Manado, ada sekelompok ibu-ibu muda  bergosip, sambil menunggu anak-anak mereka bermain dan belajar di sekolah TK. Lantas seorang sopir taxi  berkata, "Pagi-pagi koq sudah menggosip sich?" Kemudian salah seorang ibu itu berkata, "Gosip itu artinya makin digosok makin sip!"
 
          Sejenak, saya sempat termenung dengan apa yang dikatakan ibu-ibu itu, "kata orang…" atau "dengar-dengar sich".  Ini berarti si pembawa berita sendiri pun kurang yakin akan kebenaran kabar tersebut. Inilah yang -barangkali- dalam bahasa Inggris disebut sebagai  hearsay yang punya makna kabar burung atau kabar angin.

          Jujur saja bahwa ada keasyikan tersendiri menggosipkan orang lain. Dalam perkembanannya gosip sering dimanfaatkan untuk menyebarkan fitnah dan berita bohong. Kita tahu bahwa  Kaum muslimin diperintahkan untuk tidak membicarakan orang lain di belakang-belakang atau membicarakan keburukan orang bukan di hadapan yang bersangkutan. Dalam Al-Quran surat 49: 12 diterangkan sebagai berikut, "Hai, orang-orang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah mempergunjingkan …" (Bdk. Buku tulisan Christine Huda Dodge dengan judul, "Memahami segalanya tentang Islam").
 
          Menggosipkan orang lain adalah orang yang berpikiran kecil. Ada seorang penulis besar yang melukiskan tentang tiga "jenis" pikiran manusia (pikiran kecil, pikiran sedang dan pikiran besar). Pikiran kecil lebih suka membicarakan tentang "orang" dan pikiran besar berfokus pada "gagasan". Akibatnya, pikiran kecil menghasilkan gosip dan pikiran besar menghasilkan solusi.
 
          Mungkin kita ingat akan hukum gravitasi yang ditemukan Sir Isaac Newton (1642 – 1727). Ketika buah apel jatuh dari pohon maka orang yang berpikiran kecil akan berkata, "Siapa sich kemarin yang kejatuhan buah apel?" Sementara orang yang berpikiran besar akan bertanya, "Kenapa buah apel itu jatuh ke bawah, bukan ke atas?"  Di sini sebuah peristiwa disikapi dengan pikiran besar.

          Menilik keterangan gosip di atas, seolah-olah gosip itu senantiasa bermakna negatif. Tetapi sesungguhnya gosip tidak selamanya bersifat jahat, bahkan jika dilihat dari asal katanya, gosip malah melekat dengan makna religious (kekristenan). Kata "the gossip"  itu diambil dari bahasa Inggris kuno goddsibb yang artinya orangtua baptis (God, Tuhan + sibb, kerabat). Seorang godsibb atau orangtua baptis biasanya merupakan sahabat baik dari orangtua si anak yang dibaptis. Tentunya dua orang yang bersahabat dekat akan sering menghabiskan waktu untuk berbincang dan bertukar cerita. Lama-kelamaan aktivitas mengobrol ringan ini diistilahkan sebagai gossip.

Kamis, 30 April 2015  Markus Marlon

Website :
http://pds-artikel.blogspot.com

Tidak ada komentar: