Kamis, 07 Mei 2015

Dendam

DENDAM
(Kontemplasi Peradaban)
 
"Immortale  odium 
 et  numquam 
 sanabile vulnus"  -
 kebencian yang abadi
 dan luka yang tidak pernah
 dapat disembuhkan. 
Dendam, memang sungguh mengerikan. Tidak ada suatu sikap yang lebih mengerikan daripada dendam. Buku yang berjudul "The death of Adolf Hitler" memberikan pelukisan yang jelas  tentang apa yang dirasakan oleh Hitler. Hitler (1889-1945)  pada masa mudanya pernah hidup sangat melarat. Ia bekerja serabutan. Dengan terus-terang, dia mengatakan bahwa dirinya amat menderita. Penderitaan itu membangkitkan dendam dalam dirinya. Rasa marah karena derita yang dialaminya, akhirnya tertuju pada orang-orang kaya keturunan Yahudi, yang dianggapnya sebagai penyebab kemelaratannya.
Pada awal karier politiknya, Hitler adalah seorang pemuja Benito Mussolini (1883 – 1945). Dalam Mein Kampf, (sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Penerbit Narasi) Hitler menyebut Benito Mussolini sebagai seorang manusia agung (a great man) berkelas dunia. Tetapi Hitler juga memiliki pengalaman baru yang dianggapnya sebagai penghinaan. Ketika ia menulis surat kepada Mussolini untuk memohon potretnya yang bertanda tangan pribadi, diktator  Italia itu memandang hina permintaan itu dan menjawab melalui Kedutaan Besar Italia, "Il Duce  tidak merasa pantas mengabulkan permintaan Anda."  Merasa dipermalukan, maka Hitler tidak pernah akan melupakan peristiwa tersebut. Ia menjadi  pribadi pendendam.
Kata  "dendam" itu berasal dari bahasa Jawa, "rêndhêm"  yang artinya ditutupi air. Maka kalau orang mencuci pakaian sebelumnya harus direndam dulu. Kini dendam berarti kemarahan yang ditutupi. Kemudian kita pernah mendengar kata "menaruh dendam" yang dalam bahasa Inggris ditulis,  to be bitter  misalnya, "She was still bitter toward her ex-husband" – ia masih mendendam terhadap mantan suaminya. Kata  bitter melukiskan rasa pahit dan pedih. Bitter berasal dari bahasa Inggris kuno biter dan bahasa Norse kuno bitr yang artinya tajam menusuk. Kata ini melukiskan rasa sakit dan penderitaan, seperti halnya orang yang menyimpan dendam akan terus merasakan  kesakitan dan penderitaan batin. Untuk itulah kita bisa merasakan betapa sakitnya itu orang-orang yang dendam, iri hati, dan curiga.      
          Dendam merupakan pengalaman batin yang universal dan abadi. Tidak heranlah jika ada  banyak sekali tema dendam dalam film-film. Film yang berjudul, "Revenge" dan  "Vendetta" misalnya, memberikan pelajaran yang berharga tentang makna dendam.  Dengan saling mendendam, akhirnya dua-duanya tewas dalam perkelahian.
Dalam film persilatan  atau Kung Fu,  ketika hendak beradu jurus-jurus,  seseorang menyediakan dua galian kubur.  Satu untuk lawan dan satunya untuk dirinya sendiri. Hal ini hendak menunjukkan bahwa dendamnya dibawa sampai mati.  Lebih jauh lagi kita menyaksikan adegan dendam dalam diri Sun-Tzu.  Sun Tzu, panglima perang dalam film "Sun Tzu" melukiskan  bahwa strategi perang yang termasyur  itu akhirnya membuat dirinya mundur dari panglima dari negeri Wu. Dia pun akhirnya  menyadari bahwa dalam perang tersebut yang ditemukan adalah dendam. Orang yang menang perang sine qua non  harus berjaga-jaga  perlawanan dari orang yang dikalahkan. Dan yang kalah mencari waktu yang tepat untuk membalas dendam supaya amarahnya bisa terbalaskan.  Saling membalas dendam yang tidak berujung itu, kita sebut sebagai lingkaran setan  (vicious circle).
          Yesus Kristus memberikan ajaran baru tentang dendam yang – barangkali – tidak ada dalam kamus orang-orang Yahudi, "Berikanlah pipi kirimu,  jika ditampar pipi kananmu" (Bdk. Mat 5: 38 – 42) yang pada waktu itu dalam hukum Yahudi terkenal, "Mata ganti mata, gigi ganti gigi…" (Kel 21: 31 - 42) lex talionis (hukum pembalasan setimpal).  Memang, memberi maaf itu  bukan perkara gampang. Mohandas Karamchand Gandhi atau yang  dikenal sebagai Mahatma Gandhi (1869 – 1948) berkata,  "Mereka yang berjiwa lemah tak akan mampu memberi seuntai maaf tulus. Pemaaf sejati hanya melekat bagi mereka yang berjiwa tangguh."  
          Dalam minggu-minggu ini di media elektronik dan media cetak banyak diberitakan tentang – katanya – pribadi atau lembaga yang saling balas dendam. Kisruh dalam partai-partai, keributan dalam KPK vs Kapolri serta saling menuding  dalam tubuh DPR-Gubernur menunjukkan bahwa – kemungkinan – ada balas dendam di dalamnya. Hanya Tuhanlah yang tahu.

Kamis, 7 Mei 2015  Markus Marlon
 
 
Website :
http://pds-artikel.blogspot.com

Tidak ada komentar: