Sabtu, 11 April 2015

Omong Doang

OMONG DOANG
(Kontemplasi Peradaban)
       Seringkali kita muak jika dalam rapat mendengar usul dari peserta rapat yang pandai ngomong. Dia membuat rencana, menyusun strategi serta  usul ini dan itu. Tetapi ketika hari H-nya untuk bekerja, orang tersebut tidak nongol. Maka orang-orang pun berteriak, memang bapak itu sukanya omdo (omong doang). Orang yang sukanya omong doang lama-lama akan kehilangan kepercayaan, seperti yang dikatakan seorang politikus Amerika: Lewis Cass (1782 – 1866), "Orang bisa saja tidak percaya dengan kata-kata kita, tetapi mereka akan percaya dengan apa yang kita kerjakan"
          Pepatah Latin, "ora et labora" – berdoa dan bekerja adalah diciptakan oleh Benediktus dari Nursia (480 – 550). Bagi Benediktus, kata labora digunakan untuk mengungkapkan "kerja tangan" atau opus manualis. Ungkapan ini untuk mengimbangi opus Dei (kerja atau karya Allah) yang bagi Benediktus berarti berdoa, meditasi dan membaca Kitab Suci. Nah, untuk itulah kita bisa memahami bahwa berdoa yang juga bisa diartikan, "ngomong dengan Tuhan" harus sesuai dengan tindakan nyata. Maka, tepatlah apa yang dikatakan Yesus, "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku, Tuhan, Tuhan! Akan masuk ke dalam kerajaan Surga, melainkan orang yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di Surga" (Mat 7: 21).
          Di sini kita sering melihat ada pemisahan antara bekerja dan berdoa. Ada seorang ibu muda berpakaian mewah keluar dari hotel berbintang. Ketika keluar dari hotel di tempat parkiran ada seorang pengemis yang kelaparan dan minta sedikit uang. Namun kata ibu muda itu, "Tadi saya di hotel sudah mengundang para pengusaha untuk membicarakan bagaimana mengentaskan kemiskinan. Sana jangan ganggu aku!"  Ini pula yang dikritik oleh Bertolt Brecht (1898 – 1956), penulis sandiwara kenamaan dunia menulis cerita dengan judul Mutter Courage. Tokoh utama yang bernama Kattrin rela mati ketika mendengar bahwa ada teroris yang hendak menghabisi nyawa seluruh kampung. Si bocah kecil itu tidak hanya berdoa, namun berani mengorbankan nyawanya bagi keselamatan seluruh kampung.
          Sebenarnya apa yang diomongkan itu jika diikuti dengan tindakan nyata akan menjadi penyemangat. Tidak seperti apa yang dikatakan peribahasa, "Tong kosong nyaring bunyinya" atau "Air beriak tanda tak dalam". Omongan menjadi bernas, karena disampaikan oleh orang-orang yang berintegritas tinggi. Mungkin kita masih ingat sepak terjang dari Perdana Menteri Inggris. Pada masa Perang Dunia II, ketika Inggris kehilangan sekutu dan senjatanya,  Winston Churchill (1874 – 1965)  berpidato agar seluruh rakyat berjuang dan seluruh rakyat merespon dengan baik. Atau seperti Alexander Agung dari Macedonia (356 – 323 seb.M) yang sangat kehausan namun tetap tidak mau minum ketika diberi satu tempurung air,  karena para prajuritnya juga kehausan. Ia merasakan apa yang dirasakan para pengikutnya. Ia tidak omong doang!!

Sabtu, 11  April 2015  Markus Marlon

Website :
http://pds-artikel.blogspot.com

Tidak ada komentar: