Minggu, 12 April 2015

Menyembuhkan

MENYEMBUHKAN
(Kontemplasi Peradaban)
                                                                  Otia si tollas, periere cupidinis arcus – Jika engkau membiarkan diri menganggur, busur nafsumu juga akan lunglai (Ovidius).

Sebuah pertanyaan serta-merta muncul, "Pernahkah kita mengalami peristiwa atau kejadian yang luar biasa mencekam dan  bahkan seolah-olah kita jatuh ke dalam tubir yang terdalam? Tetapi ternyata setelah melewati lembah kekelaman itu akhirnya kita menjadi kuat?"  Memang hidup adalah suatu peziarahan yang terkadang penuh dengan ups and downs. Dan ingatlah bahwa manusia sendiri adalah makhluk peziarah, "homo viator!"

Pengalaman jatuh-bangun adalah hal biasa. Ada waktunya untuk sehat dan ada waktu untuk sakit. Ada waktu untuk berjalan mulus, namun ada waktunya berjalan di tengah bukit berliku penuh onak dan duri (Bdk. Pkh 3: 1 – 15). Dan jika ada orang yang sakit atau "berjalan dalam kekelaman," Agustinus  (354 – 430) pernah berkata, "Tempore lenitum est vulnus meum" – Dalam perjalanan waktu, luka-lukaku sembuh. Dan seringkali tidak terduga dan tidak disangka-sangka bahwa ada pertolongan yang tidak kelihatan (invisible hand) yang menolong kita sehingga kita menjadi kuat, seperti yang ditulis oleh Pemazmur Cum cogito: "vacillat pes meus": Gratias tua, Domine, me sustentat" – Waktu aku berpikir bahwa aku akan jatuh, Kasih-Mu Tuhan membuat aku berdiri kukuh (Mzm 94: 18).

Paulo Coelho (Lahir, 24 Agustus 1947) menawarkan sebuah tulisan yang amat bagus dalam novelnya yang berjudul, "Pilgrimage".  Tulisnya, "Kata peccadillo yang bermakna dosa kecil berasal dari pecus yang artinya kaki yang lumpuh yang tidak lagi mampu berjalan. Cara menyembuhkan peccadillo adalah dengan berjalan terus, beradaptasi dengan situasi baru dan menerima ribuan karunia yang ditawarkan hidup kepada orang-orang yang berusaha mendapatkannya. Coelho seolah-olah  hendak mengatakan bahwa orang yang sedang sakit atau terpuruk itu tidak boleh mengeluh dan menyesali diri, melainkan harus bergerak, seperti apa yang dikatakan oleh Vergilius (70 – 19 seb.M), "Mobilitate viget" – dengan bergerak ia menjadi kuat. Atau dalam bahasa Latin kuno dikatakan, solvitur ambulando – persoalan akan menyelesaikan dirinya sendiri selagi persoalan itu berjalan.

Mengontemplasikan kata-kata bijak di atas, kita lantas tidak boleh bersikap cuek dengan hidup itu dengan berkata, "mengalir saja, santai sajalah, semua ada waktunya!"  Sebaliknya kita diminta untuk menghargai waktu yang terbatas itu dengan bijaksana. Orang bijak berkata, "Jangan biarkan hari ini berlalu begitu saja, lakukan sesuatu yang bermakna" (Mzm 90: 12). Nabi Muhammad pernah berkata, "Sebaik-baiknya orang adalah yang bermanfaat." Dalam keadaan sehat maupun sakit, kita tetap bisa menjadi orang bermanfaat. Dalam keadaan terpuruk pun kita bisa bersaksi akan hikmah keterpurukan itu. Proses bangkit dari keterpurukan itulah yang penting, seperti kata Pepatah Latin, "Non quod, sed quomodo" – bukan apanya tetapi bagaimananya. Jangan hanya melihat hasilnya saja, tetapi hendaknya juga melihat prosesnya.

Senin, 13 April 2015  Markus Marlon


Website :
http://pds-artikel.blogspot.com

Tidak ada komentar: