FOKUS
(Kontemplasi Peradaban)
"Hati orang yang berkesusahan buruk semuanya, tetapi orang yang gembira hatinya
selalu berpesta." (Raja Salomo).
Saya berteman dengan seseorang yang sering disebut sebagai pribadi yang multi-talent atau all-round. Ketika bekerja pada salah satu perusahaan dia suka pindah-pindah pekerjaan. Sampai akhirnya – yang seharusnya dia sudah di puncak karier – dia tetap menjadi karyawan biasa. Barangkali ungkapan bahasa Inggris, "Jack of all trades, and master of none" – orang suka mengerjakan bermacam-macam hal dan sering berganti-ganti pekerjaan tidak akan pernah menguasai satu keahlian pun dengan baik. Intinya yaitu bahwa teman saya ini tidak fokus.
Fokus, memang bagaikan kata-kata mantra dalam buku-buku motivasi. Jika ingin berhasil, orang perlu fokus. Mungkin kita pernah mendengar kiprah pesebakbola Leonel Messi (Lahir: 24 Juni 1987). Ia pernah ditolak klub besar Argentina River Plate karena tinggi badannya hanya 169 cm. Teman-temannya mengejek dan berkata bahwa dirinya tidak akan pernah menjadi pesepakbola professional. Bukannya patah semangat, ia malah terpacu untuk terus berlatih. Akhirnya seorang pencari bakat dari tim Barcelona melihat kecakapannya dan mengajaknya berlatih di Akademi Barcelona. Hingga saat ini, bersama tim Barcelona, Messi memegang rekor meraih Ballon d'Or, penghargaan pemain sepakbola terbaik paling bergengsi di Eropa, sebanyak empat kali berturut-turut. Barangkali Messi memiliki mental baja seperti yang dikatakan Alexander Graham Bell (1847 – 1922), "Ada satu pintu tertutup di antara banyak pintu lain yang terbuka; sayangnya kita lebih sering terlalu lama menyesali satu pintu yang tertutup dibanding melihat banyak pintu lain terbuka." Messi tidak menyesali pintu yang tertutup itu. Ia fokus pada pintu yang terbuka.
Kalau kita cermati, ada yang menarik dalam adegan gerombolan singa yang memburu mangsa seperti yang sering kita lihat di saluran National Geographic. Meski di situ ada banyak mangsa, ketika singa sudah memutuskan untuk mengejar satu, maka mangsa-mangsa lainnya tidak ia pedulikan. Mereka semua kompak mengikuti naluri pemimpin. Fokus pada buruan yang sama. Ketika gagal memburu mangsa yang tadi menjadi targetnya, sang singa tidak lantas ngawur memburu sembarang mangsa yang ada di sekitarnya. Maka dia tidak malanjutkan perburuannya. Singa itu tidak malas, melainkan mengumpulkan tenaga sambil – barangkali – mengevaluasi mengapa gagal menangkap mangsanya. Intinya, ia tetap fokus!
Senin, 27 April 2015 Markus Marlon
Website :
http://pds-artikel.blogspot.com
Minggu, 26 April 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar