(Sebuah Percikan Permenungan)
Tahun 70-an, orang-orang yang ingin ke Wonosari (Gunungkidul), harus melewati jalan-jalan berkelok-kelok dan berbahaya. Karena banyaknya tikungan, maka orang-orang muda yang sedang kasmaran menamai jalan yang berliku-liku itu sebagai "tikungan mesra". Ada juga jalan yang bernama Irung Petruk (bhs. Jawa artinya: hidungnya Petruk – tokoh pewayangan. Karena jalan itu berbentuk hidung yang mancung sekali atau seperti hidungnya Pinokio kalau sedang berbohong).
Kini jalan-jalan yang berkelok-kelok itu tinggal kenangan, karena sudah diluruskan. Anggaran biaya untuk meluruskan jalan itu tidak sedikit. Bukit-bukit kecil yang harus diratakan, sungai-sungai yang harus dibuat jembatan dan rumah penduduk yang harus dikorbankan. Tetapi setelah tikungan dan kelokan itu diluruskan, kasus kecelakaan pun menurun drastis. Menjadikan jalan lurus itu memerlukan biaya yang tinggi. Demikian pula, menjadikan seseorang bermental lurus hati dibutuhkan ketekunan dan keteladanan dari para pendidik.
Kita memiliki dwitunggal: Soekarno yang kharismatik dan visioner dengan Mohammad Hatta yang cerdas, jujur dan sederhana. Para founding fathers adalah pribadi-pribadi yang lurus hatinya. Mereka tidak pernah mementingkan dirinya sendiri. Pada tahun 1967, Bung Karno (1901 – 1970), pernah sakit gigi dan pengobatan itu tidak dipungut bayaran oleh drg. Oei Hong Kian karena Bung Karno memang tak punya penghasilan lagi (Kompas, 25 Juli 2012: Soekarno Sudah Pahlawan Nasional), ketika sakit tidak memiliki uang untuk berobat. Bung Hatta (1902 – 1980) – yang memberikan mas kawin buku tulisannya sendiri kepada istrinya Rahmi Hatta dengan judul Alam Pikiran Yunani – memiliki hati yang lurus yang dikenang oleh masyarakat. Pada tahun 1950, bung Hatta memiliki keinginan untuk bersepatu merek bally. Ia menyimpan gambar iklan sepatu bally itu dalam selipan bukunya dan hingga akhir hidupnya, kerinduan untuk bersepatu mahal itu tidak kesampaian. Dalam sejarah Islam kita kenal Harun Al-Rasyid (786 – 809). Ia adalah figur khalifah saleh ahli ibadat, senang ber-shadaqah, sangat mencintai ilmu sekaligus mencintai para ulama, senang dikritik serta sangat merindukan nasihat. Ciri khas orang yang lurus hati adalah mereka dapat dipercaya dan amanah, al-amin.
Tahun 1900, Lyman Frank Baum menulis novel dengan judul The Wonderful Wizard of Oz. Novel ini mengisahkan Dorothy yang baik, tulus, jujur dan lurus hati. Penyihir jahat dari Barat bertindak semena-mena terhadap umat manusia. Ia tidak takut kepada siapa-siapa, kecuali kepada orang yang lurus hati. Pada akhir cerita, penyihir jahat itu mati disiram seember air oleh Dorothy. Orang-orang yang memiliki hati yang lurus ditakuti oleh mereka yang bermental egois (koruptor, dan penyalahguna kekuasaan).
Harapan masyarakat dewasa ini adalah munculnya seorang pemimpin yang berintegritas. Dari sana muncul kata integral yang berarti bulat. Orang yang memiliki tekad yang bulat (kebulatan tekad) atau niatnya sudah bulat, hendak menunjukkan kesungguhan dan keutuhan serta tidak setengah-setengah. Ketiga tokoh dalam The Wonderful Wizard of Oz tersebut yakni: hantu sawah (scarecrow), manusia kaleng (tin man) dan singa (lion) dan Toto, si anjing yang sangat setia mendampingi Dhorothy melawan kebatilan. Mereka bertiga merindukan hati yang tulus, otak yang cemerlang dan keberanian dan last but not least Toto, anjingnya: kesetiaan.
Zaman modern yang serba instant ini, masyarakat sudah jenuh dengan para pemimpin yang serba protokoler yang kaku dan birokrasi yang rumit. Para pelayan masyarakat sudah waktunya untuk menjadi fasilitator bagi mereka yang membutuhkan. Ungkapan yang berbunyi, "kalau bisa dipersulit mengapa dipermudah?" sudah harus diperbaharui menjadi, "kalau bisa dipermudah mengapa dipersulit." Di sinilah dibutuhkan orang-orang yang memiliki hati yang lurus, yang kebal dengan iming-iming dunia yang menggiurkan (27 Agustus 2012).
Markus Marlon MSC
Biara Hati Kudus
Jl. Raya Pineleng KM. 9
PINELENG – MANADO
95361
Web : http://pds-artikel.blogspot.com