Kamis, 09 Agustus 2012

Menahan diri

MENAHAN DIRI*
(Sebuah Percikan Permenungan)

Dalam suatu musyawarah desa, terjadilah adu argumen tentang pentingnya menanam pohon beringin  (ficus benyamina) di pinggiran jalan. Adu argumen yang cukup alot, yang berakhir dengan sebuah tragedi yakni sebuah cangkir kopi melayang dan mendarat pada pelipis sang pemimpin musyarawah.

Orang yang melemparkan cangkir kopi itu tidak bisa menahan diri. Setelah pelipis itu berdarah, ia masih ngos-ngosan dan lama-lama menjadi tenang (cooling down), setelah diberi minum air dingin.

Menahan hawa nafsu sesungguhnya sudah menjadi pergumulan manusia sejak  manusia diciptakan.  Adam tidak mampu mengendalikan diri atas keinginannya makan buah apel (Kej. 3: 6 – 7). Kain tidak bisa menahan diri dan iri hati terhadap saudaranya sendiri  (Kej. 4: 5 – 16).  Akibat dari tidak adanya niat  untuk menahan diri  –  iri hati dan kemarahan  –  seseorang bisa terjerumus dalam tindakan yang tidak diharapkan.   

Pada bulan Ramadhan 1433 H ini, setan-setan dibelenggu dan berpuasa sebagai sarana untuk instrospeksi diri. Berpuasa melawan hawa nafsu dan melawan diri kita sendiri. Pepatah Latin menulis, "Vincit qui se vincit" yang berarti: yang dapat menang adalah yang dapat mengalahkan dirinya sendiri. Menahan diri dari rasa lapar, dari nafsu yang tidak teratur rupanya bukan barang baru bagi  kehidupan manusia. Menahan diri dalam bentuk puasa itu diajarkan oleh para nabi (Ayat Al-Qur'an yang memerintahkan kaum muslimin untuk melakukan ibadah puasa adalah surat Al-Baqarah ayat 183, yang berbunyi,"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa…").

Film yang berjudul The Life of Buddha, hendak menonjolkan sikap sang Buddha dalam menghadapi godaan-godaan dalam hidupnya (māra).  Dalam menghadapi  māra (setan, iblis) itu Buddha (563 seb.M – 483)  berkata, "Di antara semua keadaan, maka keadaan tanpa nafsu adalah yang terbaik dan di antara semua mahluk hidup, maka orang yang 'melihat' adalah yang terbaik. Inilah satu-satunya 'Jalan'. Tidak ada jalan lain yang dapat membawa pada kemurnian pandangan." Dengan menahan diri dari pikiran-pikiran nafsu jahat dan hidup pada jalan yang benar, seseorang akan menemukan kebahagiaan.  Menurut istilahnya Bagavad Gita adalah orang tersebut mampu mengolah pikirannya.  

Dalam tradisi Jawa ada ungkapan
mati sakjroning urip yang berarti mati selama masih hidup.  Dalam arti ini, seseorang menahan diri dari sembilan lubang. Peribahasa Jawa, "Mati raga anutupi babahan hawa sanga" yang berarti: niat dengan sungguh-sungguh menutupi hawa nafsu yang muncul dari sembilan lubang manusia yakni kedua mata, kedua telinga, kedua lobang hidung, mulut dan kemaluan dan anus.

Kata puasa sendiri berasal dari bahasa Sansekerta, paça yang berarti  menjerat hawa nafsu.  Nafsu-nafsu yang tidak teratur yang keluar dari sembilan lubang itu dijerat.  

Dalam tradisi kekristenan  yang dipelopori oleh Ignatius Loyola (1491 – 1556),  untuk pengendalian diri, muncul istilah agere contra yang berarti bertindak melawan atau bertindak sebaliknya.  Lewat agere contra, Ignatius mampu menanamkan suatu keteraturan dan disiplin pada orang tertentu. Metode agere contra ini tersebar dalam karya-karya Ignatius, terkhusus dalam buku rohaninya yang sangat klasik, "Latihan Rohani".   Para pengikut Kristus, memandang menahan diri itu sebagai memikul. Kata-Nya kepada semua orang, "Setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikuti Aku." (Luk. 9:  23).  Menyangkal diri memiliki arti  agere contra  atau mati sakjroning urip. 

Berpuasa, mati raga, menyangkal diri dan menahan diri sungguh merupakan keutamaan bagi manusia secara universal. Kita memiliki akal supaya mampu untuk membedakan mana yang baik dan jahat dan dari sana pula kita diajak untuk menahan diri dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik  (6 Agustus 2012).

*Sudah dipublikasikan di Harian Suara Pembaharuan, 3Agustus 2012

Markus Marlon MSC
Skolastikat MSC
"Biara Hati Kudus"
Jl. Raya Pineleng KM. 9
PINELENG – MANADO
95361
Terima kasih & Salam

Tidak ada komentar: