YA TUHAN, MENGAPA ORANG-ORANG MEMBENCIKU?
(Perjumpaan-Perjumpaan dalam Perjalanan yang Meneguhkan)
Pertengahan Juni 2012, saya mengadakan perjalanan ke sebuah kota kecil di
Sampit (Kalimantan Tengah). Perjalanan yang cukup melelahkan. Pesawat yang
kami tumpangi adalah KalStar Aviation. Selama dalam perjalanan, saya
berdampingan dengan seorang pengusaha kaya yang akan membuka usahanya di
Kasongan (2 s/d 3 jam perjalanan dari Sampit ke arah Palangkaraya).
Sang pengusaha ini pun mulai bercerita, "Saya ini adalah seorang yang kaya
raya. Minggu lalu, saya sudah ketemu notaris dan mengatakan bahwa seluruh
hartaku akan saya berikan Panti Asuhan jika saya mati nanti. Tetapi mengapa
mereka tidak mengetahui maksud baikku? Mengapa orang-orang membenciku?"
Mendengar keluhan bapak muda itu, saya pun nyeletuk, "Ada seekor ayam dan
babi yang berdebat. Babi mengeluh karena selama ini orang-orang tidak
menyayangi dirinya. Tetapi ayam begitu disayangi pemiliknya. Mendengar
keluhan babi itu, ayam pun berkata bahwa dirinya memberikan telurnya ketika
masih hidup, sedangkan babi memberikan dagingnya setelah dirinya mati. Ayam
itu hendak mengajarkan kepada kita bahwa selagi masih hidup berdermalah,
berkorbanlah dan berikanlah bakat-bakatmu bagi sesama".
Dialog singkat yang tidak berbobot ini malah menjadi permenunganku selama
dalam perjalanan di Kalimantan Tengah. Bersikap murah hati memang tidak
mudah. Voltaire (1694 – 1778) yang terlahir dengan nama: François Marie
Arouet dalam Candide menulis, "Dalam diri setiap manusia ada sifat egois,
pelit dan tamak". Orang lupa bahwa kematian itu akan dialami oleh setiap
manusia dan yang dibutuhkan oleh manusia untuk tempat jasadnya hanya dua
meter saja, seperti apa yang ditulis oleh Leo Tolstoy (1828 – 1910), penulis
Rusia.
Banyak kisah tentang orang yang serakah yang akhirnya menerima malapetaka.
Buku yang berjudul, "The Legend of Situ Bagendit" mengisahkan seorang janda
yang kaya raya. Kerjanya adalah memberikan pinjaman dengan bunga yang
mencekik leher. Namun di akhir cerita Nyai Bagendit itu terseret banjir
bersamaan dengan harta karunnya. Ada lagi sebuah cerita tentang orang yang
bernama Qorun. Kisahnya kurang lebih sama dengan Nyai di atas. Dan dari sana
muncullah istilah harta karun.
Kita kayak-nya lupa dengan kehidupan satwa yang memberikan hidupnya bagi
yang lain. Kisah Ikan Salmon yang kesohor ini dapat memberi inspirasi kepada
kita. Petualangan ikan salmon untuk menurunkan generasi berikutnya tidak
tanpa perjuangan. Setelah melewati beberapa tahap, kedua ikan salmon itu
akan tinggal beberapa hari di sekitar sarang tersebut hingga akhirnya mati
kehabisan energi. Sebagian bangkau ikan salmon akan dimakan oleh binatang
yang hidup di dasar sungai dan sebagian lagi akan membusuk dengan bantuan
bekteri hingga menjadi pupuk alami. Pupuk alam tersebut akan dimakan oleh
plankton dan serangga kecil di dasar sugai. Pada akhirnya, plankton dan
serangga kecil ini akan menjadi makanan pokok bagi ikan salmon yang baru
menetas.
Kita menjadi ingat dengan kisah dua perairan di Israel. Yang satu bernama
Danau Galilea yang juga disebut: Danau Genesaret, Danau Kineret maupun Laut
atau Danau Tiberias. Setelah danau itu menerima air, entah dari hujan
maupun sungai, ia akan mengalirkan airnya itu kepada tempat lain. Untuk
itulah, di danau itu airnya bersih dan ikan-ikan – seperti ikan petrus –
berkembang biak amat bagus dan pepohonan di sekitar Danau itu begitu subur.
Sebaliknya tidak jauh dari sana ada Laut Mati. Laut ini hanya menerima dan
menerima dan tidak pernah mengalirkan airnya kepada yang lain. Di sana tidak
ada kehidupan, bahkan binatang-binatang pun tidak hidup di sana. Maka
dinamakan Laut Mati. Demikian pula, orang yang selama hidupnya tidak pernah
memberi, sebenarnya "jiwanya sudah mati".
Memang benar apa yang dikatakan Sam Ratulangi (1890 – 1949), pahlawan
Nasional dari Minahasa ini, "Si Tou Timou Tomou Tou" yang artinya: manusia
hidup untuk memanusiakan orang lain (30 Juli 2012).
Markus Marlon MSC
Skolastikat MSC,
"Biara Hati Kudus"
Jl. Raya Pineleng KM. 9
PINELENG – MANADO
95361
Rabu, 15 Agustus 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar