Sabtu, 11 Agustus 2012

PENCARIAN

PENCARIAN
(Sebuah Percikan Permenungan)

Film-film yang berjudul: The Finding of the Holy Cross dan The Holy Grail
adalah sebuah pencarian yang didukung dengan ilmu pengetahuan, sejarah,
cerita rakyat dan keyakinan tersebut saling berbaur dan terkait menjadi
satu . Dalam dunia politik, untuk memilih seorang pemimpin, dibutuhkan
suatu track-record (jejak langkah). Jika selama mengampu tugas
kemasyarakatan tersebut, dirinya dinilai baik dan minimal tidak ada kasus
yang berarti, ia layak menjadi pemimpin mereka. Penelusuran kariernya sangat
menentukan bagaimana orang tersebut dipromosikan.

Pencarian-pencarian tersebut di atas merupakan usaha yang dilakukan dengan
gerakan-gerakan dahsyat, mencengangkan dan menghebohkan, bahkan dibutuhkan
adanya team sukses. Lain halnya dengan pencarian diri. Orang yang mencari
dirinya sendiri, tidak melewati jalan yang ingar-bingar, melainkan berjalan
di lorong sepi, tidak populer dan penuh misteri.

Nosce te ipsum yang berarti kenalilah dirimu sendiri adalah terjemahan
bahasa Latin dari kalimat Yunani gnothi seauton yang tertulis di pintu
gerbang masuk Kuil Apolo di Delphi, Yunani. Ungkapan ini dipopulerkan oleh
Sokrates (470 – 399 seb.M). Lewat ungkapan ini, ia menekankan bahwa titik
tolak untuk mencari kebijaksanaan adalah pengenalan diri. Pencarian diri itu
merupakan tugas seseorang seumur hidup. Tidak heranlah jika tema-tema
penggalian diri tentang who am I? sangat marak di kalangan kaum remaja dan
pemuda.

Dalam kesendiriannya, kadang manusia mempertanyakan kehidupannya, "Mengapa
aku dilahirkan, untuk apa aku hidup dan setelah mati aku akan ke mana?"
Pertanyaan-pertanyaan ini, kadang membuat seseorang ingin menyendiri dan
tidak ingin diganggu oleh orang lain. Laura Inggals (1867 – 1957) dalam film
yang berjudul, "The God is my Shepherd" menyodorkan sebuah kisah peziarahan
hidupnya. Pengalaman kematian adiknya, Charles Inggals (1875 – 1876) yang
masih bayi itu memunculkan pertanyaan besar dalam dirinya. Laura – yang
pada waktu itu masih anak-anak – bertanya kepada Tuhan dan ingin menyendiri
di gunung. Dalam pencariannya itu, ia seolah-olah "didampingi" oleh
seorang bapak tua yang bijaksana.

Kisah Laura Inggals ini, hampir senada dengan wiracarita dalam pewayangan
yang berjudul, "Dewa Ruci" Tokoh Dewa Ruci tidak terdapat dalam Kitab
Mahabaratha, karena lakon carangan ini merupakan sebuah alegori sufi Jawa
yang begitu kesohor. Tema pencarian air hayat (lambang ilmu hakekat dan
makrifat) diilhami oleh sebuah hikayat Melayu Persia "Hikayat Iskandar
Zulkarnaen". Ada pun inti ajaran tentang pencarian diri dan unio mystica
yang diketengahkan adalah perluasan ajaran tasawuf Imam Al-Ghazali (405 –
505 H atau 1058 – 1111 M). Lakon ini sarat dengan filsafat dan konsep religi
khas Jawa. Dewa Ruci dianggap sebagai simbol dari pribadi Bima yang
sesungguhnya yakni sejatining pribadi. Bima melambangkan manusia yang
mencari pribadinya dan mencari kebenaran sejati. Pengalaman Laura Inggals
maupun Bima tersebut, sebenarnya juga ada dalam diri Simba, seekor anak
singa yang sedang dalam pencarian dirinya. Film animasi yang berjudul Simba
ini hendak memberikan pelajaran kepada kita pentingnya pencarian diri
sebagai bekal untuk hidup sebagai pemimpin. Juga film yang berjudul Finding
Nemo. Seekor ikan hias bernama Marlin, memiliki anak bernama Nemo. Sang ayah
itu penakut, sedangkan Nemo ini pemberani dan ingin tahu banyak hal. Karena
keingintahuannya itu, ia mengadakan pencarian sampai dirinya terdampar di
aquarium milik dokter giri di kota Sidney Harbor. Pencarian Nemo itu pun
semakin membuat diri sang ayah menjadi berani untuk menemukan sang anak.

Pada setiap akhir cerita wayang, senantiasa dimainkan wayang golek. Golek
memiliki dua arti. Arti pertama adalah boneka dan yang kedua adalah
mencari. Dalang yang empunya cerita mulai memainkan tarian-tarian wayang
golek. Makna dari adegan ini adalah bahwa kisah-kisah pewayangan yang baru
saja kita tonton semalam suntuk itu memiliki makna dan kitalah yang
mencarinya (bhs Jawa: nggoleki). Permainan wayang bagaikan bayang-bayang
sandiwara kehidupan manusia. "Bukankah dunia ini adalah panggung sandiwara?"
kata penyanyi Ahmad Albar (lahir di Surabaya 16 Juli 1946). Kita menjadi
sadar bahwa dalam pencarian itu, ternyata selama ini sifatku rakus seperti
Dursasana, gila kuasa selayaknya Duryudana dan suka membuat provokasi a la
Sakuni. Namun setelah bermenung sejenak, ternyata diriku ini bijaksana
bagaikan Bhisma, sejujur Yudistira dan memiliki strategi perang gaya
Khrisna.

Di akhir permenungan ini, ada sebuah kisah menarik tentang pencarian. Ada
seorang petani Persia bernama Al Hafed. Dengan angan-angan yang membara, ia
menjual segala miliknya, lalu berkelana hampir sepanjang hayat memburu harta
karun yang ia harap akan membuatnya berkelimpahan harta. Tetapi ternyata di
negeri orang, Al Hafed tidak menemukan apa-apa. Kemudian, ia mudik ke
kampung halamannya sendiri, tidak jauh dari sungai Indus. Ia merunduk untuk
meneguk air sungai yang mengaliri sawah-ladangnya. Tiba-tiba matanya
terbelalak dan kaget. Persis di depan matanya berkilau-kilauan butir-butir
permata. Al Hafed menjelajahi bumi, kini ia menemukan harta di belakang
rumahnya sendiri. Kita pun sering berbuat demikian. Kita mencari banyak hal
di luar, kecuali dalam hati kita sendiri (23 Juli 2012).

Markus Marlon msc
Skolastkat MSC
"Biara Hati Kudus"
Jl. Raya Pineleng KM. 9
PINELENG – MANADO
95361

Tidak ada komentar: