Kamis, 09 Agustus 2012

MENJADI ORANG YANG PROAKTIF

MENJADI ORANG YANG PROAKTIF*

Ada seseorang yang melamar pekerjaan. Setelah wawancara, sang manager
mengatakan bahwa dia harus menunggu panggilan. Pesannya, "Setiap kali ada
lowongan, kami akan menulis surat kepada Anda, namun jika ternyata ketika
dipanggil tidak ada jawaban, maka lowongan ituakan diberikan kepada yang
lain."

Selama menunggu surat panggilan, ia tidak bisa pergi ke luar kota, karena
takut jangan-jangan ada paggilan dari Perusahaan. Untuk mengisi waktu
sengganya, dia mengikuti kursus ini dan itu. Untunglah pada waktu ada
panggilan, dia sedang di rumah dan bulan depannya, ia bisa bekerja di
perusahaan tersebut.

Menunggu sesuatu yang tidak jelas kapan datangnya memang kadang
menjengkelkan, bahkan bisa membuat frustasi. Kadang orang menjadi lupa apa
maksudnya, karena terlalu lama menunggu. Maka yang dibutuhkan adalah tetap
siap sedia, sabar dan tetap tabah.
Sikap Pasif

Dalam hidup ini, kita memiliki beberapa sikap dalam menanggapi sesuatu.
Hidup yang pasif bagi pelajar ini misalnya demikian. Pada malam hari ia
sedang belajar. Tiba-tiba lampu PLN mati. Anak yang aktif akan mencari
penerang pengganti, misalnya: lilin atau lampu minyak. Sedangkan anak yang
pasif malah senang bahkan bisa dipakai sebagai alasan untuk tidur cepat.
Orang yang pasif adalah mereka yang tidak memiliki inisiatif. Orang yang
pasif adalah mereka yang ingin cepat kaya tetapi tidak mau bekerja keras.
Orang yang pasif itu tidak mau menghadapi resiko ketika ada tantangan.
Sikap yang Reaktif

Orang yang reaktif adalah mereka yang cepat tanggap namun selalu melihat
sisi negatifnya. Dalam Kitab Suci, ini nampak dalam diri para ahli Kitab
yang menjebak Yesus. Pada waktu itu Yesus menyembuhkan orang yang mati
sebelah tangannya (Mrk. 3: 1 – 6) Orang-orang Farisi mengamati-amati
kalau-kalau Ia menyembuhkan pada hari sabat yang dilarang oleh Hukum
Taurat.

Dalam hidup berkeluarga, ada sikap reaktif demikian. Suatu kali sang suami
lupa memberitahu bahwa dirinya hendak pulang agak malam karena pekerjaan di
kantornya. Sesampai di rumah, sang istri mulai beraksi, "Mengapa pulang
malam koq tidak menilpon dulu. Lihat nasi dan sayurnya sudah dingin!"
Sebelum suaminya menjawab, istinya menambah lagi, "Suami lain akan menelpon
istrinya terlebih dahulu kalau pulang agak terlambat!" Sikap yang reaktif
dari istrinya itu semakin menohok suaminya ketika dibanding-bandingkan
dengan suami lain.

Sikap yang Proaktif
Sikap yang proaktif adalah sikap yang dimiliki oleh orang yang cepat tanggap
akan kebutuhan orang lain. Tatkala Yesus melihat lima ribu orang kelaparan,
maka Yesus berbelas kasih dan menggandakan roti dan ikan (Yoh. 6: 1 – 25).
Sewaktu melihat orang yang buta, Yesus menyembuhkan dan ia bisa melihat
(Mrk. 8: 22 – 26).

Dalam dunia bisnis, orang yang proaktif selalu melihat peluang dan
kesempatan untuk berusaha. Dalam dunia persepakbolaan, orang yang proaktif
adalah mereka yang menjemput bola. Mereka tidak santai-santai menunggu bola.
Kalau seorang anak merengek-rengek, maka ibu itu pun akan mendongeng
sehingga anak pun akan diam karena terhibur.

Di setiap paroki, pada bulan-bulan tertentu selalu ada pertemuan wilayah
maupun lingkungan untuk mendalami Kitab Suci. Dalam pertemuan itu, orang
yang pasif tidak akan berangkat Pendalaman KS, meskipn ada undangan pribadi.
Dia tetap tidak tergerak hatinya, kendati ada pengumuman di paroki.

Orang yang reaktif kalau menerima undangan akan bereaksi. Ia akan berkata,
"Pertemuan ini di rumah siapa dan siapa yang memandu?" Kalau ternyata yang
memimpin itu tidak cocok dengan dirinya, maka dia tidak akan berangkat.

Orang yang proaktif sebelum ada undangan sudah berpikir untuk datang dalam
Pendalaman Kitab Suci. Kalau ada pertemuan, orang ini yang mengatur kursi
dan mengikutinya dengan setia (18 Juli 2012).

*Sudah dipublikasikan di Percikan Hati bulan Juli 2012

Markus Marlon msc
Skolastikat MSC
"Biara Hati Kudus"
Jl. Raya Pineleng KM. 9
PINELENG – MANADO
95361

Tidak ada komentar: