Rabu, 15 Agustus 2012

MENIMBA INSPIRASI DARI RAMA CAROLUS OMI

MENIMBA INSPIRASI DARI RAMA CAROLUS OMI

Sang Peraih Anugerah Maarif Award 2012

SABTU, 26 Mei 2012, Romo Charles Patrick Edward Burrows OMI, yang biasa
disapa Romo Carolus ini, menerima penghargaan Maarif Award dari Maarif
Institute for Culture and Humanity, menyusul Romo Vincentius Jumakir
Kirjito, Pr., yang juga menerima anugerah yang sama pada 2010. Kedua Romo
ini dinilai telah berjasa dan berdedikasi tinggi untuk merawat keindonesiaan
dan memperjuangkan kemanusiaan melalui kerja inisiatif kepemimpinan di
tingkat lokal berbasis nilai-nilai keagamaan yang universal. Juga diakui
kontribusinya terhadap proses pembentukan karakter bangsa, yang konsisten
menanamkan serta melemba-gakan nilai-nilai toleransi, pluralisme, dan
keadilan sosial di tengah masyarakat, serta memperkuat harapan dan optimisme
akan masa depan keindonesiaan dan kemanusiaan. Romo Carolus, yang lahir di
Serville Palace, Dublin, Irlandia, 8 April 1943 dikenal sebagai sosok yang
sangat merakyat, dan menjadi inspirasi bagi banyak orang; bukan saja bagi
umat Katolik, tapi juga umat dari agama lain. Karya-karya apa yang
sesungguhnya telah dilakukannya, sehingga mendapat penghargaan bergengsi
ini?
Salah satu karya spektakulernya adalah penghijauan di Pulau Nusakambangan.
Ketertarikannya untuk melakukan reboisasi di kawasan lapas ini, bermula dari
rencana pemerintah untuk menanam pohon albesia. Tapi menurutnya proyek itu
hanya bisa dilakukan oleh mereka yang punya uang, sementara petani miskin
tidak kebagian. Maka melalui Yayasan Sosial Bina Sejahtera yang
didirikannya, ia membantu petani untuk ikut serta dengan memberikan bantuan
dana untuk penanaman bibit albisia kepada 50 keluarga miskin.

Dengan cara ini, Romo Carolus berusaha meyakinkan pemerintah bahwa mereka
bukanlah petani liar yang menjadi ancaman. Mereka harus diberdayakan agar
Nusakambangan menjadi hijau.

Romo Carolus sangat prihatin dan kecewa ketika mengetahui adanya rencana
pemerintah untuk menutup total Nusakambangan. Lagi-lagi, ia pun melobi pihak
Kakanwil Kementerian Hukum dan HAM, agar program penghijauan di pulau seluas
22.000 hektar, panjang 14 km dan lebar 6 km itu, tetap memberdayakan
masyarakat setempat.

Dia berpendapat bahwa hutan akan aman kalau melibatkan masyarakat untuk
memeliharanya. "Mereka harus mendapat-kan keuntungan dari reboisasi ini",
ungkap Romo Carolus menyakinkan pemerintah. Alhasil, upayanya menuai berkah.
Dari pertemuan itu Romo Carolus dipercaya menghijaukan kembali lahan
Nusakam-bangan yang sudah gundul melalui kerja sama Yayasan Sosial Bina
Sejahtera dengan Kakanwil Kementerian Hukum dan HAM, yang tertuang dalam MOU
Proyek Reboisasi Kawasan Solok Jero, Nusakambangan, 7 April 2010.

Proyek ini bertujuan untuk mengembalikan hutan Nusakambangan pada ekosistem
asli, sehingga ikut berkontribusi dalam gerakan pencegahan pemanasan global.
Dalam proyek ini, Romo Carolus memprioritaskan penanaman tanaman asli
Nusakambangan dengan strategi pengorganisasian dan pemberdayaan warga
pendatang untuk berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan program dengan
keuntungan ganda. Sebanyak 150 petani penggarap dilibatkan, dan
masing-masing bertanggung jawab untuk menanam pohon-pohon asli Pulau
Nusakambangan di lahan seluas satu hektar. Sebagai upah untuk jasa penanaman
di lahan satu hektar tersebut, mereka dibayar sebesar satu juta rupiah.
Selain itu, selama masa penanaman dan pemeliharaan, mereka juga memperoleh
bibit palawija untuk tumpang sari. Setelah lahan sudah hijau, para petani
diberi lahan lain yang masih gundul. Demikian seterusnya.

Sebagai seorang misionaris Oblate Maria Immaculata (OMI), yang ditugaskan di
Paroki Santo Stephanus Cilacap, Jawa Tengah, sejak 1973, Romo Carolus
merintis berbagai karya pastoral baik secara formal maupun informal. Lama
sebelum proyek penghijauan ini, Romo Carolus melalui YSBS, yang didirikan
pada 12 Maret 1976, merintis banyak karya di bidang sosial-kemanusiaan untuk
mengangkat martabat orang miskin. Di antaranya, mengelola lembaga pendidikan
formal dan non formal, mendirikan Lembaga Kerja Praktek (LKP), membuka
kursus program profesi satu tahun, dan menyalurkan beasiswa prestasi dan
siswa keluarga miskin. Selain itu, YSBS juga melakukan program Pembangunan
Masyarakat, melalui kerja sama kemitraan dengan pemerintah dan masyarakat,
seperti pembangunan desa, sarana jalan, jembatan, irigasi, penghijauan,
pemberdayaan nelayan, mendirikan usaha mikro kredit dan lain sebagainya.
YSBS juga mendirikan dan mengelola beberapa perusahaan, yakni: PT Bank
Masyarakat Mandiri Sejahtera, PT Bina Bahtera Karya Mandiri (PJTKI), dan
Balai Latihan Kerja. Selain itu, program-program aksi kemanusiaan lainnya
seperti progam Tanggap Darurat Bencana.

Banyak pihak menilai bahwa karya-karya sosial Romo Carolus telah
mengembangkan nilai pluralisme. Tidak sedikit umat yang mengenalnya merasa
bangga dan bersyukur atas keteladanannya yang mencerminkan semangat Yesus,
yang melayani orang-orang miskin dengan penuh ketulusan dan persahabatan.
Romo Carolus terkesan sebagai pribadi yang rendah hati. Ketika menerima
Award tersebut, Romo Carolus berkomentar bahwa penghargaan ini lebih layak
diberikan kepada mereka yang tiap hari bekerja keras dan bangga membangun
desanya.

Apa yang dilakukan oleh Romo Carolus itu pastilah bukan melulu pragmatis
atau berdasar pada prinsip result-oriented semata. Apa yang dikerjakannya
telah menyentuh masalah pelik di negeri kita, bahkan kebutuhan umat manusia
universal. Sosok Romo Carolus, dapat menjadi inspirasi bagi kita sebagai
anggota Gereja untuk menghadirkan keselamatan Allah secara konkret di tengah
dunia ini.

Sumber: Hidup, 3 Juni :Untuk Kalangan Sendiri Hal-5 Nawala ● Tahun II, No. 4
● Edisi Juli 2012

Tidak ada komentar: