Rabu, 30 September 2009

Badai pun dapat menimbulkan melodi cinta

Badai pun dapat menimbulkan melodi cinta
http://www.facebook.com/note.php?note_id=90846012964

Pada suatu malam terjadilah badai hebat di lembah itu.
Badai yang dahsyat menerpa istana bangsawan itu.
Bahkan gunung-gunung sekitarpun tampak terguncang.
Sang bangsawan membuka tirai jendela untuk
mengawasi perkembangan badai itu, dan dalam
keheranannya, ia mendengar alunan suara musik yang
merdu.
Sekarang kawat-kawat itu mendesing bagaikan petikan
senar gitar.
Kawat-kawat memerlukan badai untuk menghasilkan musik
yang merdu dan indah!

Pada saat-saat senang menikmati kelimpahan kekayaan,
hanya sedikit keindahan rohani yang terlihat dalam diri kita.
Tetapi pada saat kita mengalami badai dalam kehidupan kita,
ternyata disitulah ALLAH sedang membuat musik yang
merdu dan indah dalam diri kita.

SETIAP DERITA YANG KITA TANGGUNG, SETIAP BEBAN
DAN KESUSAHAN YANG MENIMPA KITA,
TENTU MEMPUNYAI ALASAN DAN ARAH UNTUK
KEBAIKAN KITA.

SETIAP KESEDIHAN YANG MEMBUAT KEPALA
KITA TERTUNDUK, DAN SETIAP TETES AIRMATA
YANG MENGALIR, TENTU MEMPUNYAI ALASAN DAN
ARAH BAGI KEPENTINGAN KITA.

SETIAP LUKA HATI, SETIAP SERUAN PEDIH,
SETIAP MERASA SENDIRI, SETIAP MALAM YANG
TERASA PANJANG DAN MENCEKAM,
TENTU MEMPUNYAI ALASAN DAN ARAH
UNTUK PERKEMBANGAN DIRI KITA.

"JIKA KITA PERCAYA KEPADA ALLAH, SEMUA AKAN
BERBALIK MENJADI KEBAIKAN BAGI DIRI KITA.

KARENA HANYA TUHANLAH YANG TAHU MENGAPA
HARUS BEGITU."

BERANILAH

BERANILAH

Jangan menunggu senyuman,
baru mau berbuat baik.
Jangan menunggu dicintai,
baru mau mencintai.
Jangan menunggu kesepian melanda,
baru menghargai persahabatan.
Jangan menunggu pekerjaan terbaik,
baru mau bersungguh-sungguh bekerja.
Jangan menunggu mendapatkan banyak,
baru mau berbagi.
Jangan menunggu kegagalan tiba,
baru ingat dengan nasehat-nasehat.
Jangan menunggu kesulitan muncul,
baru mau percaya dengan doa.
Jangan menunggu adanya waktu,
baru mau peduli.
Jangan menunggu orang lain terluka,
baru mau minta maaf.

Jangan menunggu.......
Karena Anda tak tahu berapa lama masih punya waktu.
Jangan menunggu.... Beranilah !!
Berani lakukan sesuatu yang baik saat ini juga !

Cerita dari Gunung

Cerita Dari Gunung

Seorang bocah mengisi waktu luang dengan kegiatan mendaki gunung bersama
ayahnya. Entah mengapa, tiba-tiba si bocah tersandung akar pohon dan jatuh.
"Aduhh!", jeritannya memecah keheningan suasana pegunungan. Si bocah amat
terkejut, ketika ia mendengar suara di kejauhan menirukan teriakannya
persis sama, "Aduhh!"
Dasar anak-anak, ia berteriak lagi, "Hei...Siapa kau?" Jawaban yang
terdengar, "Hei...Siapa kau?" Lantaran kesal mengetahui suaranya selalu
ditirukan, si anak berseru, "Pengecut kamu!" Lagi-lagi ia terkejut ketika
suara dari sana membalasnya dengan umpatan serupa. Ia bertanya kepada sang
ayah, "Apa yang terjadi?"
Dengan penuh kearifan sang ayah tersenyum, "Anakku, coba perhatikan."
Lelaki itu berkata keras, "Saya kagum padamu!" Suara di kejauhan menjawab,
"Saya kagum padamu!" Sekali lagi sang ayah berteriak, "Kamu sang juara!"
Suara itu menjawab, "Kamu sang juara!"
Sang bocah sangat keheranan, meski demikian ia tetap belum mengerti. Lalu
sang ayah menjelaskan, "Suara itu adalah GEMA, tapi sesungguhnya itulah
KEHIDUPAN."

Kehidupan memberi umpan balik atas semua ucapan dan tindakanmu. Dengan kata
lain, kehidupan kita adalah sebuah pantulan atas bayangan atas tindakan
kita. Bila kamu ingin mendapatkan lebih banyak cinta di dunia ini, ya
ciptakan cinta di dalam hatimu. Bila kamu menginginkan tim kerjamu punya
kemampuan tinggi, ya tingkatkan kemampuanmu. Hidup akan memberikan kembali
segala sesuatu yang telah kau berikan kepadanya. Ingat, hidup bukan sebuah
kebetulan tapi sebuah bayangan dirimu.

(Disadur dari Buku Motivasi Net - Ir. Andi Muzaki, SH, MT)

Minggu, 27 September 2009

Motivasi 3

Filosofi Bawang Merah
 
Bawang merah – semakin Anda mengupasnya, semakin Anda ingin menangis. Sebagian masalah dalam hidup ini berperilaku persis seperti sebuah bawang merah, yaitu – semakin Anda mengupasnya – semakin Anda ingin menangis. Dengannya, kita diundang untuk menyadari bahwa sebagian masalah kita justru akan mendatangkan lebih banyak masalah – saat kita berupaya
menyelesaikannya. Masalah seperti itu akan terselesaikan bila kita menyelesaikan masalah lain – yang mungkin  adalah bibit dari masalah "bawang merah itu".

Perhatikanlah masalah Anda, dan bukan penderitaan yang Anda rasakan karena masalah itu. Ada sebuah nasehat rakyat di Afrika Barat yang melarang kita untuk mempermasalahkan di mana kita jatuh, tetapi memperhatikan di mana kita terpeleset. Sebagian besar orang menghabiskan tenaga untuk merasakan dan mempermasalahkan penderitaan yang datang dari sebuah masalah, tetapi tidak melakukan sesuatu terhadap sikap dan perilaku yang menyebabkan timbulnya masalah itu.

Maka anjurannya kepada Anda adalah untuk menatap masalah Anda – lekat-lekat di matanya, lalu mengenali wajahnya, lalu mengetahui jalan-jalan masuk yang digunakannya, dan kemudian memberinya nama. Itu penting, karena hanya masalah yang mempunyai nama yang jelas – yang jelas penyelesaiannya. Karena masalah akan selalu hadir di setiap tingkat keberhasilan – kita harus  belajar untuk menerima bahwa orang-orang yang berhasil adalah mereka yang  juga memiliki masalah – hanya saja masalah itu tidak meredupkan kejayaan mereka.

Kira-kira, apakah jadinya Anda tanpa masalah-masalah Anda ? Apakah ada sesuatu yang bisa disebut keberhasilan – tanpa adanya masalah ? Sesungguhnya, kehidupan kita dibentuk oleh masalah-masalah kita. Bila Anda tidak mampu menyelesaikan masalah Anda – Anda harus mampu menyesuaikan diri dengan masalah Anda, karena meskipun Anda tidak bisa mengalahkan masalah-masalah Anda - Anda tetap mencapai keberhasilan melalui penyesuaian diri dengan masalah-masalah Anda.

Jumat, 18 September 2009

Gadis Buta

Gadis Buta

Ada seorang GADIS BUTA yang membenci dirinya sendiri karena kebutaannya
itu, tidak hanya terhadap dirinya, tetapi dia
juga membenci semua orang kecuali kekasihnya.
Kekasihnya SELALU ada disampingnya untuk menemani & menghiburnya, garis itu
berkata akan menikahi kekasihnya jika dia BISA melihat dunia.
Suatu hari, ada seseorg yang mendonorkan sepasang mata kepadanya sehingga
dia bisa melihat semua hal, termasuk kekasihnya.
Kekasihnya bertanya, "Sekarang kamu bisa melihat dunia, apakah kamu mau
menikah denganku ?".
Gadis itu terguncang saat melihat bahwa kekasihnya ternyata BUTA, dia
MENOLAK untuk menikah dengannya.
Kekasihnya pergi dengan air mata mengalir, dan kemudian menulis sepucuk
surat singkat kepada gadis itu, "Sayangku, tolong jaga baik2 mata saya".

KISAH diatas memperlihatkan BAGAIMANA PIKIRAN MANUSIA berubah saat status
dalam hidupnya berubah, hanya sedikit orang yg ingat BAGAIMANA KEADAAN
HIDUP SEBELUMNYA & lebih sedikit lagi yang ingat terhadap siapa harus
berterima kasih karena telah menyertai & menopang bahkan di SAAT yang
PALING MENYAKITKAN

Bungkus Palsu

Bungkus Palsu

Jessica Chandra adalah anggota baru di sanggar tari. Wanita mungil itu
selalu terlihat lincah dan riang. Gayanya luwes. Senyumnya ramah. Tidak
banyak yang mengetahui usianya sudah berkepala tiga. Sepintas gayanya lebih
mirip mahasiswi daripada seorang Ibu beranak satu.

Minggu lalu Jessica terlambat. Dia tidak ingin kejadian itu terulang lagi.
Setelah sepeda motor bututnya diparkirkan, dengan langkah tergesa-gesa
Jessica langsung menuju meja resepsionis. Masih seperti biasa, senyum lebar
selalu menyungging di bibirnya. Lalu dia menyodorkan kartu keanggotaan
untuk diabsensi.

Jessica baru menyadari air botol minum di kantong samping ranselnya kosong.
Ternyata dia lupa mengisi ulang botol minumnya karena tergesa-gesa. Jessica
mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan. Mencari air dispenser.
Dalam benaknya, disanggar tari sebesar itu pasti ada air dispenser yang
disediakan untuk para member.

Dengan rasa sungkan dan ragu, Jessica bertanya kepada resepsionis apakah ia
boleh meminta botol air minumnya diisi kembali.
"Oh, boleh" jawab resepsionis.
Dipanggillah seorang pelayan dapur
"Maaf, mbak. Saya lupa mengisi air minum, boleh tolong diisikan ?" tanya
Jessica
Jessica lalu memberikan botol minum berukuran 500 cc itu kepada pelayan
dapur. Pelayan dapur agak ragu menerima botol minum tersebut. Dengan
gelisah ia masih berdiri di sana, seakan-akan menunggu persetujuan dari
seseorang. Jessica sedikit heran. Keengganan itu terlihat begitu jelas.
Kemudian datanglah seorang wanita paruh baya. Entah siapa dia, tapi Jessica
sering melihatnya di kafe lantai bawah. Mungkin pemilik sanggar tebaknya.
Jessica merasa tidak enak dengan tatapan tajam dari mata wanita itu.
Pelayan dapur agak gugup menjelaskan maksudku kepada wanita tersebut.
"Mbak ini minta air minum," kata pelayan kepada wanita tua.
Wanita tua dengan sorot tidak bersahabat berkata :
"Kenapa tidak beli saja air mineral, dek ? Kami ada menjualnya di sini."
Jessica menangkap pesan penolakan. Dia tau wanita itu enggan mengisikan air
minumnya.
"Oh, gak boleh ya. Kalo gitu gak papa kok."
Senyum Jessica sedikit agak dipaksa. Dia mengambil kembali botol minumnya
dari tangan pelayan dapur dan segera bergegas melangkah ke lantai dua.
Meski sedikit kecewa, Jessica menghibur diri bahwa dia tidak akan mati
dehidrasi saat latihan.

Sementara di lantai bawah, masih terdengar debat kecil antara wanita tua
itu dengan resepsionis. Jessica tidak lagi memperdulikan. Dia hanya ingin
latihan hari itu segera usai.

***
Hari berikutnya, Jessica masih rutin mengikuti latihan seperti biasanya.
Meski ada rasa tidak enak, Jessica tetap santun menundukkan kepalanya
sambil tersenyum kepada wanita tua itu ketika menyapanya. Jessica sama
sekali tidak pernah menceritakan kejadian itu pada siapapun. Yang pasti
sejak itu, Jessica sangat memperhatikan botol air minumnya.

***
Suatu sore, Jessica tidak mengendarai sepeda motor bututnya. Suaminya
berjanji akan menjemputnya. Hujan mengguyur deras sekali. Usai latihan,
Jessica segera turun. Dia melihat hidangan mie goreng dan nasi goreng di
meja. Malam itu adalah perayaan tahun pertama berdirinya sanggar tari.
Wanita tua itu terlihat sibuk melayani para member lainnya. Mengajak mereka
makan. Banyak yang menolak halus, mungkin takut gemuk, mungkin juga ingin
segera pulang. Jessica pun menolak halus ketika ditawarkan. Makan
terburu-buru bukan kebiasaannya. Lagipula, dia tidak ingin suaminya
menunggu lama.

Jessica mengecek HPnya. Ternyata sms dari suaminya mengabari terlambat
menjemput. Jessica masih berdiri di luar dan menunggu di sana. Tiba-tiba
wanita tua itu telah di sampingnya.
"Kamu lagi menunggu seseorang ?"
"Iya. Suamiku"
"Suami ? Saya pikir kamu masih mahasiswi."
Jessica tertawa. "Aku sudah 35 tahun."
"Menikah muda ya ?"
"28".
Jessica tidak tau pasti apakah umur segitu termasuk menikah muda.
"Bukankah kamu yang biasanya mengendarai sepeda motor ?" tanya lagi wanita
itu
Tentu saja mudah dikenali. Karena Jessica satu-satunya wanita yang
mengendarai sepeda motor ke sanggar. Kebanyakan member yang lain
mengendarai mobil, sebagian lagi didrop oleh supir.
"Iya. Hari ini dijemput suami, jadi aku gak bawa motor."
"Oh, itu dia jemputanku" Jessica menunjuk pada sebuah mobil Mercedes hitam
mengkilap seri terbaru yang berhenti pas di tempatnya menunggu.
"Bukankah Itu mobil Bapak Ardiansyah ?" tanya wanita tua penuh rasa
penasaran.
"Yah, Ardiansyah adalah suamiku."
Wanita itu terkejut. Tatapannya masih tidak percaya ketika melihat Jessica
melambaikan tangan dan menembus hujan masuk ke dalam mobil.

Mobil itu telah lama berlalu, tapi wanita tua masih berdiri sana, melongo.
Ketika memori membawanya kembali pada kejadian air minum itu, rasa malu
menghantam keras hatinya. Tiba-tiba dunia terasa gelap.
Ardiansyah ! Dia adalah sponsor utama yang selalu mendukung kegiatan
sanggar tarinya.
"Oh, tidak ."

***
Sahabat, Kita sering menganggap diri kita adalah orang baik. Tapi ketika
kita dihadapkan pada bungkus luar dari apa yang mereka pakai, dari
kendaraan yang digunakan, begitu gampangnya sikap hati kita berubah.

Bila 'bungkus luar' itu bagus, kita cenderung 'mengangkat tinggi-tinggi'
orang tersebut. Sebaliknya bila 'bungkus luar' jelek, kita lalu
menjengkalnya, menyepelekan mereka. Senyum kita jadi palsu. Kebaikan hati
kita jadi basa-basi.

Hendaknya di dalam pelayanan, kita juga tidak memandang 'bungkus luar' dari
tiap-tiap orang.

Sumber : Internet

Rabu, 16 September 2009

Motivasi 2

Motivasi Diri Untuk Menjadi Lebih Baik

Kita menjadi apa yang kita lakukan. Maka lakukanlah yang penting. Seorang
yang menjual, menjadi penjual. Seorang yang melukis, menjadi pelukis. Dan,
seorang yang mengupayakan agar orang lain mencapai kualitas hidup yang
lebih baik, akan menjadi pemimpin. Pilihlah dengan cermat apa yang Anda
lakukan, karena itulah jadinya Anda nanti. Lakukanlah sesuatu yang
bernilai, hanya karena itulah Anda akan menjadi seorang yang bernilai.

Jangan menunda. Segeralah sambut kesempatan baik pertama yang datang hari
ini. Lebih baik gagal mengupayakan sesuatu yang baik, dari pada berhasil
tidak melakukan apa pun. Mohon diingat bahwa Anda hanya sebaik yang Anda
lakukan. Jangan batasi kebaikan yang bisa Anda lakukan, karena itu akan
membatasi kebesaran yang bisa Anda capai. Janganlah berkecil hati karena
kurangnya kapasitas Anda untuk mencapai kemungkinan-kemungkinan Anda.

Semua yang besar dibangun dari hal-hal kecil yang menjadi komponen
pembentuknya. Maka, hal pertama yang harus Anda lakukan adalah menemukan
hal kecil pertama yang akan membuka pintu bagi hal-hal kecil berikutnya,
yang keseluruhan urutannya akan menjadi sesuatu yang besar dan berarti.
Jangan lihat diri ini hanya sebagai apa ADA-nya, tetapi pastikan Anda
melihat diri ini sebagaimana apa bisa JADI-nya.

Sikap dan usaha yang terpilih adalah jembatan yang akan menyeberangkan
saya. Bila keberhasilan datang dari melakukan sesuatu yang tepat, dengan
cara yang tepat, dan pada saat yang tepat; maka sekarang adalah saat yang
tepat bagi saya. Saya yakin sekali, bahwa sikap yang tepat yang dinyatakan
dalam usaha yang tepat, akan memungkinkan siapa pun mencapai hasil yang
tepat.

Suasana hati saya menentukan kualitas dari hasil saya. Rasa makanan sangat
bergantung pada suasana dalam menikmatinya. Maka hanya karena saya
berharapan baik setiap hari, hari-hari saya akan menjadi penuh harapan.
Bila saya terus melakukan hal-hal yang tidak saya sukai, cepat atau lambat
saya akan tidak menyukai diri saya sendiri. Bila saya bergembira dengan
yang saya kerjakan, saya akan menyukai diri saya, dan saya akan bisa merasa
damai dalam persahabatan dengan diri saya sendiri. Bila saya bergembira dan
merasa damai dengan diri sendiri, maka datangnya keberhasilan yang lebih
besar lagi – hanya masalah waktu.

Saya hanya akan bergerak kepada apa yang tergambar
dalam pikiran saya. Semua jalan menuju keberhasilan,
mensyaratkan saya untuk menggambarkan keberhasilan yang saya inginkan
dengan jelas, dan mengharuskan saya untuk betul-betul menginginkan
gambaran itu. Tanpa gambaran yang jelas mengenai tujuan saya –
perjalanan saya akan menjadi tidak berarah. Dan tanpa keinginan yang
kuat – perjalanan saya menjadi tidak bertenaga.

Saya harus sibuk melakukan pekerjaan yang membangun hidup saya, bukan
pekerjaan yang menghabiskan hidup saya. Saya tidak akan lagi bekerja hanya
untuk mengisi waktu. Tidak lagi, saya akan melakukan sesuatu hanya karena
seseorang memerintahkannya kepada saya. Saya tidak akan lagi menyesalkan
pekerjaan saya – bila saya tidak punya keberanian untuk menggantikan
pekerjaan itu dengan yang lebih sesuai untuk hati ini. Saya akan berupaya
untuk melakukan hanya hal-hal yang berguna bagi hidup saya, bukan yang
hanya menghabiskan hidup saya.

Sebetulnya, tidak ada cara untuk mencegah terjadinya perubahan di kehidupan kita ini, tetapi kita semua dilengkapi dengan kemampuan yang cukup untuk menyesuaikan diri dengan perubahan. Tetapi, kemudian terbukti bahwa berubah sesuai dengan perubahan lingkungan usaha atau kemasyarakatan saja, ternyata tidak cukup. Karena, itu hanya perubahan untuk menjaga tempat yang sama dengan tempat sebelum datangnya perubahan. Sehingga, untuk tumbuh, kita harus berubah lebih cepat dari perubahan itu sendiri.
 
Maka, bangkitlah, tegaklah, dan segeralah lakukan sesuatu yang penting. Anda dapat mengubah hidup Anda dengan mengubah yang Anda kerjakan. Anda dapat meningkatkan kualitas hidup Anda, dengan meningkatkan kualitas dari cara-cara Anda. Pastikanlah, bila Anda diberikan cukup waktu untuk berubah, Anda akan berubah. Dan perubahan itu sebanding dengan kekuatan keputusan Anda untuk menjadi sebuah pribadi yang lebih baik. Bantulah orang untuk lebih terang melihat dirinya, dia akan bisa melihat bahwa berhasil itu adalah hak.

Motivasi 1

Membangkitkan Semangat Kerja Yang Loyo

Bila lingkungan yang Anda pimpin itu demikian keringnya dari nilai-nilai
yang memungkinkan maju, berpalinglah kepada diri Anda sendiri, dan
perhatikanlah dalam-dalam, sebetulnya pada diri Andalah sumber dan awal
dari kemungkinan-kemungkinan kepemimpinan Anda. Kita disebut pemimpin
karena kita mengupayakan peningkatan nilai dari yang ada, untuk membangun
nilai yang tadinya belum ada.

Bila Anda adalah pribadi yang dikenal sebagai penyebab peningkatan nilai
dari apa pun yang Anda sentuh, maka reputasi kepemimpinan Anda akan
menyebabkan Anda diundang untuk menyebabkan peningkatan nilai pada
tingkat-tingkat yang lebih tinggi; sehingga keuntungan dari keefektifan
kepemimpinan Anda bisa dinikmati oleh lebih banyak orang.

Ingatlah, bahwa bila Anda hanya mengeluhkan kekurangan dari yang ada, Anda
akan terbutakan dari yang mungkin dicapai dari yang sekarang telah ada
bersama Anda. Pemimpin yang luar biasa adalah pribadi-pribadi biasa yang
sikap dan cara-caranya tidak biasa. Maka marilah kita menjadikan diri kita
pribadi-pribadi yang perbedaannya adalah kemampuan untuk mengubah yang
biasa, menjadi luar biasa.

Semangatilah organisasi yang Anda pimpin untuk meninggalkan keadaan yang
sebetulnya berada di bawah kemungkinan-kemungkinan mereka.
Tidak sedikit pribadi dan organisasi yang sebetulnya saat ini, sedang hidup
jauh di bawah kemungkinan-kemungkinan mereka. Bantulah organisasi Anda
untuk merasa rindu untuk mencapai keadaan-keadaan yang lebih baik. Bila
Anda ingin membangun sebuah kapal yang besar, bukan cara-cara membangun
kapal yang lebih penting Anda ajarkan kepada organisasi Anda, tetapi
bangunlah kerinduan yang menyayat hati mereka yang Anda pimpin, untuk
mengarungi lautan yang luas dan yang penuh dengan kemungkinan-kemungkinan
yang mengejutkan. Kerinduan untuk mencapai kebaikan-kebaikan baru, dan
kegelisahan atas keadaan di mana mereka berada sekarang, adalah dua
kekuatan terbesar Anda untuk membawa organisasi yang Anda pimpin – menuju
visi kepemimpinan Anda.

Anda bisa mencapai lebih dengan cara menjadi lebih. Kunci untuk mencapai
kemungkinan yang lebih besar adalah menjadi seseorang yang lebih besar dari
diri ini sekarang. Dan itu adalah sebuah hak, karena tidak ada satu orang
pun di antara kita yang boleh mengatakan bahwa dia tidak bisa menjadi lebih
baik.

Selasa, 15 September 2009

CARA TUHAN (ANDY F NOYA)

CARA TUHAN
(Andy F. Noya)

Malam itu saya gelisah. Tidak bisa tidur. Pikiran saya bekerja ekstra
keras. Dari mana saya bisa mendapatkan uang sebanyak itu ? Sampai jam tiga
dini hari otak saya tetap tidak mampu memecahkan masalah yang saya hadapi.
Tadi sore saya mendapat kabar dari rumah sakit tempat kakak saya berobat.
Menurut dokter, jalan terbaik untuk menghambat penyebaran kanker payudara
yang menyerang kakak saya adalah dengan memotong kedua payudaranya. Untuk
itu, selain dibutuhkan persetujuan saya, juga dibutuhkan sejumlah biaya
untuk proses operasi tersebut.

Soal persetujuan, relatif mudah. Sejak awal saya sudah menyiapkan mental
saya menghadapi kondisi terburuk itu. Sejak awal dokter sudah menjelaskan
tentang risiko kehilangan payudara tersebut. Risiko tersebut sudah saya
pahami. Kakak saya juga sudah mempersiapkan diri menghadapi kondisi
terburuk itu.

Namun yang membuat saya tidak bisa tidur semalaman adalah soal biaya.
Jumlahnya sangat besar untuk ukuran saya waktu itu. Gaji saya sebagai
redaktur suratkabar tidak akan mampu menutupi biaya sebesar itu. Sebab
jumlahnya berlipat-lipat dibandingkan pendapatan saya. Sementara saya harus
menghidupi keluarga dengan tiga anak.

Sudah beberapa tahun ini kakak saya hidup tanpa suami. Dia harus berjuang
membesarkan kelima anaknya seorang diri. Dengan segala kemampuan yang
terbatas, saya berusaha membantu agar kakak dapat bertahan menghadapi
kehidupan yang berat. Selain sejumlah uang, saya juga mendukungnya secara
moril. Dalam kehidupan sehari-hari, saya berperan sebagai pengganti ayah
dari anak-anak kakak saya.

Dalam situasi seperti itu kakak saya divonis menderita kanker stadium
empat. Saya baru menyadari selama ini kakak saya mencoba menyembunyikan
penyakit tersebut. Mungkin juga dia berusaha melawan ketakutannya dengan
mengabaikan gejala-gejala kanker yang sudah dirasakannya selama ini. Kalau
memikirkan hal tersebut, saya sering menyesalinya. Seandainya kakak saya
lebih jujur dan berani mengungkapkan kecurigaannya pada tanda-tanda awal
kanker payudara, keadaannya mungkin menjadi lain. Tapi, nasi sudah menjadi
bubur. Pada saat saya akhirnya memaksa dia memeriksakan diri ke dokter,
kanker ganas di payudaranya sudah pada kondisi tidak tertolong lagi. Saya
menyesali tindakan kakak saya yang "menyembunyikan" penyakitnya itu dari
saya, tetapi belakangan -- setelah kakak saya tiada -- saya bisa memaklumi
keputusannya. Saya bisa memahami mengapa kakak saya menghindar dari
pemeriksaan dokter. Selain dia sendiri tidak siap menghadapi kenyataan,
kakak saya juga tidak ingin menyusahkan saya yang selama ini sudah banyak
membantunya.
Namun ketika keadaan yang terbutruk terjadi, saya toh harus siap
menghadapinya. Salah satu yang harus saya pikirkan adalah mencari uang
dalam jumlah yang disebutkan dokter untuk biaya operasi. Otak saya
benar-benar buntu. Sampai jam tiga pagi saya tidak juga menemukan jalan
keluar. Dari mana mendapatkan uang sebanyak itu?

Kadang, dalam keputus-asaan, terngiang-ngiang ucapan kakak saya pada saat
dokter menganjurkan operasi. "Sudahlah, tidak usah dioperasi. Toh tidak ada
jaminan saya akan terus hidup," ujarnya. Tetapi, di balik ucapan itu, saya
tahu kakak saya lebih merisaukan beban biaya yang harus saya pikul. Dia
tahu saya tidak akan mampu menanggung biaya sebesar itu.

Pagi dini hari itu, ketika saya tak kunjung mampu menemukan jalan keluar,
saya lalu berlutut dan berdoa. Di tengah kesunyian pagi, saya mendengar
begitu jelas doa yang saya panjatkan. "Tuhan, sebagai manusia, akal
pikiranku sudah tidak mampu memecahkan masalah ini. Karena itu, pada pagi
hari ini, aku berserah dan memohon Kepada-Mu. Kiranya Tuhan, Engkau membuka
jalan agar saya bisa menemukan jalan keluar dari persoalan ini." Setelah
itu saya terlelap dalam kelelahan fisik dan mental.

Pagi hari, dari sejak bangun, mandi, sarapan, sampai perjalanan menuju
kantor otak saya kembali bekerja. Mencari pemecahan soal biaya operasi.
Dari mana saya mendapatkan uang? Adakah Tuhan mendengarkan doa saya ?
Pikiran dan hati saya bercabang. Di satu sisi saya sudah berserah dan yakin
Tuhan akan membuka jalan, namun di lain sisi rupanya iman saya tidak cukup
kuat sehingga masih saja gundah.

Di tengah situasi seperti itu, handphone saya berdering. Di ujung telepon
terdengar suara sahabat saya yang bekerja di sebuah perusahaan public
relations. Dengan suara memohon dia meminta kesediaan saya menjadi
pembicara dalam sebuah workshop di sebuah bank pemerintah. Dia mengatakan
terpaksa menelepon saya karena "keadaan darurat". Pembicara yang seharusnya
tampil besok, mendadak berhalangan. Dia memohon saya dapat menggantikannya.

Karena hari Sabtu saya libur, saya menyanggupi permintaan sahabat saya itu.
Singkat kata, semua berjalan lancar. Acara worskshop itu sukses. Sahabat
saya tak henti-henti mengucapkan terima kasih. Apalagi, katanya, para
peserta puas. Bahkan pihak bank meminta agar saya bisa menjadi pembicara
lagi untuk acara-acara mereka yang lain. Sebelum meninggalkan tempat
workshop, teman saya memberi saya amplop berisi honor sebagai pembicara.
Sungguh tak terpikirkan sebelumnya soal honor ini. Saya betul-betul hanya
berniat menyelamatkan sahabat saya itu. Tapi sahabat saya memohon agar saya
mau menerimanya.

Di tengah perjalanan pulang hati saya masih tetap risau. Rasanya tidak enak
menerima honor dari sahabat sendiri untuk pertolongan yang menurut saya
sudah seharusnya saya lakukan sebagai sahabat. Tapi akhirnya saya berdamai
dengan hati saya dan mencoba memahami jalan pikiran sahabat saya itu. Malam
hari baru saya berani membuka amplop tersebut. Betapa terkejutnya saya
melihat angka rupiah yang tercantum di selembar cek di dalam amplop itu.
Jumlahnya sama persis dengan biaya operasi kakak saya! Tidak kurang dan
tidak lebih satu sen pun. Sama persis!

Mata saya berkaca-kaca. Tuhan, Engkau memang luar biasa. Engkau Maha Besar.
Dengan cara-Mu Engkau menyelesaikan persoalanku. Bahkan dengan cara yang
tidak terduga sekalipun. Cara yang sungguh ajaib. Esoknya cek tersebut saya
serahkan langsung ke rumah sakit. Setelah operasi, saya ceritakan kejadian
tersebut kepada kakak saya. Dia hanya bisa menangis dan memuji kebesaran
Tuhan. Tidak cukup sampai di situ. Tuhan rupanya masih ingin menunjukkan
kembali kebesaran-Nya. Tanpa sepengetahuan saya, Surya Paloh, pemilik
harian Media Indonesia tempat saya bekerja, suatu malam datang menengok
kakak saya di rumah sakit. Padahal selama ini saya tidak pernah bercerita
soal kakak saya.

Saya baru tahu kehadiran Surya Paloh dari cerita kakak saya esok harinya.
Dalam kunjungannya ke rumah sakit malam itu, Surya Paloh juga memutuskan
semua biaya perawatan kakak saya, berapa pun dan sampai kapan pun, akan dia
tanggung. Tuhan Maha Besar.

Motivasi 1

Membangkitkan Semangat Kerja Yang Loyo

Bila lingkungan yang Anda pimpin itu demikian keringnya dari nilai-nilai
yang memungkinkan maju, berpalinglah kepada diri Anda sendiri, dan
perhatikanlah dalam-dalam, sebetulnya pada diri Andalah sumber dan awal
dari kemungkinan-kemungkinan kepemimpinan Anda. Kita disebut pemimpin
karena kita mengupayakan peningkatan nilai dari yang ada, untuk membangun
nilai yang tadinya belum ada.

Bila Anda adalah pribadi yang dikenal sebagai penyebab peningkatan nilai
dari apa pun yang Anda sentuh, maka reputasi kepemimpinan Anda akan
menyebabkan Anda diundang untuk menyebabkan peningkatan nilai pada
tingkat-tingkat yang lebih tinggi; sehingga keuntungan dari keefektifan
kepemimpinan Anda bisa dinikmati oleh lebih banyak orang.

Ingatlah, bahwa bila Anda hanya mengeluhkan kekurangan dari yang ada, Anda
akan terbutakan dari yang mungkin dicapai dari yang sekarang telah ada
bersama Anda. Pemimpin yang luar biasa adalah pribadi-pribadi biasa yang
sikap dan cara-caranya tidak biasa. Maka marilah kita menjadikan diri kita
pribadi-pribadi yang perbedaannya adalah kemampuan untuk mengubah yang
biasa, menjadi luar biasa.

Semangatilah organisasi yang Anda pimpin untuk meninggalkan keadaan yang
sebetulnya berada di bawah kemungkinan-kemungkinan mereka.
Tidak sedikit pribadi dan organisasi yang sebetulnya saat ini, sedang hidup
jauh di bawah kemungkinan-kemungkinan mereka. Bantulah organisasi Anda
untuk merasa rindu untuk mencapai keadaan-keadaan yang lebih baik. Bila
Anda ingin membangun sebuah kapal yang besar, bukan cara-cara membangun
kapal yang lebih penting Anda ajarkan kepada organisasi Anda, tetapi
bangunlah kerinduan yang menyayat hati mereka yang Anda pimpin, untuk
mengarungi lautan yang luas dan yang penuh dengan kemungkinan-kemungkinan
yang mengejutkan. Kerinduan untuk mencapai kebaikan-kebaikan baru, dan
kegelisahan atas keadaan di mana mereka berada sekarang, adalah dua
kekuatan terbesar Anda untuk membawa organisasi yang Anda pimpin – menuju
visi kepemimpinan Anda.

Anda bisa mencapai lebih dengan cara menjadi lebih. Kunci untuk mencapai
kemungkinan yang lebih besar adalah menjadi seseorang yang lebih besar dari
diri ini sekarang. Dan itu adalah sebuah hak, karena tidak ada satu orang
pun di antara kita yang boleh mengatakan bahwa dia tidak bisa menjadi lebih
baik.

Puisi WS. Rendra

Halo Semuanya.
Siapa yang tak kenal WS. Rendra ? Penyair yang mendapat julukan Burung Merak. Konon pada jaman Orde Baru, sang Burung Merak pernah dibungkam karena kritik-kritiknya. Berikut ini dua puisi karyanya yang sarat dengan kritik : "Sajak Orang Kepanasan" dan  "Sajak Sebatang Lisong". Silakan menikmati.
 
Salam,
PDS
 
 
Sajak Orang Kepanasan

Karena kami makan akar
dan terigu menumpuk di gudangmu
Karena kami hidup berhimpitan
dan ruangmu berlebihan
maka kami bukan sekutu

Karena kami kucel
dan kamu gemerlapan
Karena kami sumpek
dan kamu mengunci pintu
maka kami mencurigaimu

Karena kami telantar di jalan
dan kamu memiliki semua keteduhan
Karena kami kebanjiran
dan kamu berpesta di kapal pesiar
maka kami tidak menyukaimu

Karena kami dibungkam
dan kamu nyerocos bicara
Karena kami diancam
dan kamu memaksakan kekuasaan
maka kami bilang TIDAK kepadamu

Karena kami tidak boleh memilih
dan kamu bebas berencana
Karena kami semua bersandal
dan kamu bebas memakai senapan
Karena kami harus sopan
dan kamu punya penjara
maka TIDAK dan TIDAK kepadamu

Karena kami arus kali
dan kamu batu tanpa hati
maka air akan mengikis batu
Universitas Indonesia, Salemba

1 Desember 1979


Sajak Sebatang Lisong

menghisap sebatang lisong
melihat Indonesia Raya
mendengar 130 juta rakyat
dan di langit
dua tiga cukong mengangkang
berak di atas kepala mereka
matahari terbit
fajar tiba
dan aku melihat delapan juta kanak - kanak
tanpa pendidikan
aku bertanya
tetapi pertanyaan - pertanyaanku
membentur meja kekuasaan yang macet
dan papantulis - papantulis para pendidik
yang terlepas dari persoalan kehidupan
delapan juta kanak - kanak
menghadapi satu jalan panjang
tanpa pilihan
tanpa pepohonan
tanpa dangau persinggahan
tanpa ada bayangan ujungnya
……………………..
menghisap udara
yang disemprot deodorant
aku melihat sarjana - sarjana menganggur
berpeluh di jalan raya
aku melihat wanita bunting
antri uang pensiunan
dan di langit
para teknokrat berkata :
bahwa bangsa kita adalah malas
bahwa bangsa mesti dibangun
mesti di up-grade
disesuaikan dengan teknologi yang diimpor
gunung - gunung menjulang
langit pesta warna di dalam senjakala
dan aku melihat
protes - protes yang terpendam
terhimpit di bawah tilam
aku bertanya
tetapi pertanyaanku
membentur jidat penyair - penyair salon
yang bersajak tentang anggur dan rembulan
sementara ketidak adilan terjadi disampingnya
dan delapan juta kanak - kanak tanpa pendidikan
termangu - mangu di kaki dewi kesenian
bunga - bunga bangsa tahun depan
berkunang - kunang pandang matanya
di bawah iklan berlampu neon
berjuta - juta harapan ibu dan bapak
menjadi gemalau suara yang kacau
menjadi karang di bawah muka samodra
……………………………
kita mesti berhenti membeli rumus - rumus asing
diktat - diktat hanya boleh memberi metode
tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan
kita mesti keluar ke jalan raya
keluar ke desa - desa
mencatat sendiri semua gejala
dan menghayati persoalan yang nyata
inilah sajakku
pamplet masa darurat
apakah artinya kesenian
bila terpisah dari derita lingkungan
apakah artinya berpikir
bila terpisah dari masalah kehidupan

ITB Bandung, 19 Agustus 1978

Senin, 14 September 2009

Puisi Wiji Thukul

Halo semuanya.
Jaman Orde Baru terkenal dengan banyaknya orang-orang yang hilang secara misterius. Salah satu dari orang hilang itu adalah Wiji Thukul. Mengapa dia "dihilangkan" ? Banyak orang mengatakan karena puisi-puisinya yang "keras". Di bawah ini ada tiga puisi Wiji Thukul : "Sajak Suara", "Peringatan" dan "Bunga dan Tembok". Silakan menikmati.
 
Salam,
PDS
 

Sajak Suara

sesungguhnya suara itu tak bisa diredam
mulut bisa dibungkam
namun siapa mampu menghentikan nyanyian bimbang
dan pertanyaan-pertanyaan dari lidah jiwaku

suara-suara itu tak bisa dipenjarakan
di sana bersemayam kemerdekaan
apabila engkau memaksa diam
aku siapkan untukmu : pemberontakkan!

sesungguhnya suara itu bukan perampok
yang merayakan hartamu
ia ingin bicara
mengapa kaukokang senjata
dan gemetar ketika suara-suara itu
menuntut keadilan?

sesungguhnya suara itu akan menjadi kata
ia yang mengajari aku untuk bertanya
dan pada akhirnya tidak bisa tidak
engkau harus menjawabnya
apabila engkau tetap bertahan
aku akan memburumu seperti kutukan


Peringatan

Jika rakyat pergi
Ketika penguasa pidato
Kita harus hati-hati
Berangkali mereka putus asa

Kalau rakyat sembunyi
dan berbisik-bisik
ketika membicarakan masalahnya sendiri
penguasa harus waspada dan belajar mendengar

bila rakyat tak berani mengeluh
itu artinya sudah gawat
dan bila omongan penguasa
tidak boleh dibantah
kebenaran pasti terancam

apabila usul ditolak tanpa ditimbang
suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
dituduh subversif dan mengganggu keamanan
maka hanya da satu kata: lawan!


Bunga dan Tembok

seumpama bunga
kami adalah bunga yang tak
kauhendaki tumbuh
engkau lebih suka membangun
rumah dan merampas tanah

seumpama bunga
kami adalah bunga yang tak
kauhendaki adanya
engkau lebih suka membangun
jalan raya dan pagar besi

seumpama bunga
kami adalah bunga yang
dirontokkan di bumi kami sendiri

jika kami bunga engkau adalah tembok
tapi di tubuh tembok itu
telah kami sebar biji-biji
suatu saat kami akan tumbuh bersama
dengan keyakinan : engkau harus hancur

dalam keyakinan kami
di mana pun-tirani harus tumbang!

Solo 87-88

KEJUJURAN MEMBAWA BERKAT

KEJUJURAN MEMBAWA BERKAT

David kuliah di fakultas
perdagangan Arlington USA. Kehidupan kampusnya,
terutama mengandalkan kiriman dana bulanan secukupnya
dari orang tuanya. Entah bagaimana, sudah 2 bulan ini
rumah tidak mengirimi uang ke David lagi.
Di kantong David hanya tersisa 1 keping dollar saja.
David dengan perut keroncongan berjalan ke bilik telepon
umum, memasukkan seluruh dananya, yaitu satu keping
uang logam itu, ke dalam telepon.

"Halo, apa kabar?" telpon telah tersambung, ibu David
yang berada ribuan km jauhnya berbicara.
David dengan nada agak terisak berkata:
"Mama, saya tidak punya uang lagi, sekarang lagi bingung
karena kelaparan."
Ibu David berkata:
"Anakku tersayang, mama tahu."
"Sudah tahu, kenapa masih tidak mengirim uang?"
David baru saja hendak melontarkan dengan penuh
kekesalan pertanyaan tersebut kepada sang ibu,
mendadak merasakan perkataan ibunya mengandung
sebuah kesedihan yang mendalam. Firasat David
mengatakan ada yang tidak beres, ia cepat-cepat
bertanya,
"Mama, apa yang telah terjadi di rumah?"

Ibu David berkata,
"Anakku, papamu terkena penyakit berat, sudah lima
bulan ini, tidak saja telah meludeskan seluruh tabungan,
bahkan karena sakit telah kehilangan tempat kerjanya,
sumber penghasilan satu-satunya di rumah telah terputus.
Oleh karena itu, sudah 2 bulan ini tidak mengirimimu uang
lagi, Mama sebenarnya tidak ingin mengatakannya
kepadamu, tetapi kamu sudah dewasa, sudah saatnya
mencari nafkah sendiri."

Ibu David berbicara sampai disitu, tiba-tiba menangis
tersedu sedan. Di ujung telepon lainnya, air mata David
juga "tes", "tes" tak hentinya menetes, dan ia berpikir
Kelihatannya saya harus drop out dan pulang kampung. David berkata kepada
ibunya,
"Mama, jangan bersedih, saya sekarang juga akan mencari
pekerjaan, pasti akan menghidupi kalian."

Kenyataan yang pahit telah membuat David terpukul
hingga pusing tujuh keliling. Masih 1 bulan lagi,
semester kali ini akan selesai, jikalau memiliki uang,
barang 8 atau 10 dollar saja, maka David mampu bertahan
hingga liburan tiba, kemudian menggunakan 2 bulan masa
liburan untuk bekerja menghasilkan uang. Akan tetapi
sekarang 1 sen pun tak punya, mau tak mau harus drop
out.

Pada detik ketika David mengatakan "Sampai jumpa"
kepada ibunya dan meletakkan gagang telpon itu,
sungguh luar biasa menyakitkan, karena prestasi kuliahnya
sangat bagus, selain itu ia juga menyukai kehidupan di
kampus fakultas perdagangan Arlington tersebut.
Sesudah meletakkan gagang telpon, pesawat telpon umum
tersebut mengeluarkan bunyi gaduh, David dengan
terkejut dan terbelalak menyaksikan banyak keping dollar
menggerojok keluar dari alat itu.

David berjingkrak kegirangan, segera menjulurkan
tangannya menerima uang-uang tersebut.
Sekarang, terhadap uang-uang itu, bagaimana
menyikapinya? Hati David masih merasa sangsi,
diambil untuk diri sendiri, 100% boleh,
pertama: karena tidak ada yang tahu,
ke dua: dirinya sendiri betul-betul sedang membutuhkan.
Namun setelah bolak-balik dipertimbangkan, David merasa
tidak patut memilikinya. Setelah melalui sebuah
pertarungan konflik batin yang hebat, David memasukkan
salah satu keping dolar itu ke dalam telepon dan menghubungi bagian
pelayanan umum perusahaan
telepon.

Mendengar penuturan David, nona petugas pelayanan
umum berkata, "Uang itu milik perusahaan telepon,
maka itu harus segera dikembalikan (ke dalam mesin
telepon)."

Setelah menutup telepon, David hendak memasukkan
kembali keping logam uang itu, tetapi sekali demi sekali
uang dimasukkan, pesawat otomat itu terus menerus
memuntahkannya kembali. Sekali lagi David menelepon,
dan petugas pelayanan umum yang berkata,
"Saya juga tak tahu harus bagaimana, sebaiknya saya
sekarang minta petunjuk atasan."
Nada bicara David yang sendirian dan tiada yang menolong
memancarkan getaran kesepian dan kuyu, nona petugas
pelayanan umum sangat dapat merasakannya,
menilik perkataan dari ujung telepon dia merasakan
seorang asing yang bermoral baik sedang perlu dibantu.

Tak lama kemudian, nona petugas pelayanan umum
menelepon ulang pesawat otomat yang sedang bermasalah
itu. Dia berkata kepada David,
"Saya telah memperoleh ijin dari atasan yang berkata
uang tersebut untuk anda, karena perusahaan kami saat
ini tidak mempunyai cukup tenaga, tak ingin demi
beberapa dollar khusus mengirim petugas ke sana."

"Hore!", David meloncat saking gembiranya.
Sekarang, uang logam itu secara sah menjadi miliknya.
David membungkukkan badannya dan dengan seksama
nenghitungnya, total berjumlah 9 dollar 50 sen.
Uang sejumlah ini cukup buat David bertahan hingga
bekerja memperoleh upah pertamanya pada saat liburan
nanti. Dalam perjalanan ke kampus, David tersenyum
terus sepanjang jalan. Iamemutuskan membeli makanan
dengan menggunakan uang itu lantas mencari pekerjaan.

Dalam sekejap liburan telah tiba, David telah memperoleh
pekerjaan sebagai pengelola gudang supermarket.
Pada hari tersebut, David menjumpai boss perusahaan
supermarket, menceritakan kepadanya tentang kejadian di
telepon umum dan keinginannya untuk mencari pekerjaan.
Si boss supermarket memberitahu David boleh datang
bekerja setiap saat, tidak hanya pada liburan saja,
sewaktu kuliah dan tidak terlalu sibuk juga boleh
bergabung, karena boss supermarket merasa David adalah
orang yang tulus dan jujur, terutama adalah orang yang
seksama, membenahi gudang mutlak bisa dipercaya.
David bekerja dengan sangat giat, boss sangat
mengapresiasinya dan juga merasa kasihan.
Si boss memberinya upah dobel.

Sesudah menerima gaji, David mengirimkan keseluruhan
gajinya kepada sang ibu, karena pada saat itu David sudah
mendapatkan info bahwa ia berhasil memperoleh bea
siswa untuk satu semester berikutnya. Sesudah 1 bulan,
uang dikirim balik ke David. Sang ibu menulis di dalam
suratnya:
"Penyakit ayahmu sudah agak sembuh, saya juga telah
mendapatkan pekerjaan, bisa mempertahankan hidup.
Kamu harus belajar dengan baik, jangan sampai
kelaparan."
Sesudah membaca surat itu, David menangis lagi.
David tahu, meski orang tuanya menahan lapar, juga tidak
bakal meminta uang kepada David yang sedang perlu
dibantu. Setiap kali memikirkan hal ini, David berlinang
bersimbah air mata, sulit menenangkan gejolak hatinya.

Setahun kemudian, David dengan lancar menyelesaikan kuliahnya. Setelah
lulus, David membuka sebuah
perusahaan, tahun pertama, David sudah mengantongi
laba US $ 100.000. Ia senantiasa tak bisa melupakan
kejadian di telepon umum. Ia menulis surat kepada
perusahaan telepon tersebut:
"Hal yang tak bisa saya lupakan untuk selamanya ialah,
perusahaan anda secara tak terduga telah membantu dana
US $ 9,50 kepada saya. Perbuatan amal ini,
telah membuat saya batal menjadi pemuda drop out dan
menuju kondisi miskin, bersamaan itu juga telah memberi
saya energi tak terhingga, mendorong saya setiap saat
tidak melupakan untuk berjuang. Kini saya mempunyai
uang, saya ingin menyumbang balik sebanyak US $ 10.000
kepada perusahaan anda, sebagai rasa terima kasih saya."

Boss perusahaan telpon bernama Bill membalasnya dengan
surat yang dipenuhi antusiasme:
"Selamat atas kesuksesan kuliah anda dan usaha yang
telah berkembang. Kami kira, uang tersebut adalah uang
yang paling patut kami keluarkan. Ini bukannya merujuk
pada $9,50 yang dikembalikan dengan $10.000,
melainkan uang itu telah membuat seseorang memahami
sebuah petuah tentang prinsip tertinggi kehidupan."

So, di saat-saat paling sulit,
Pertama : Jangan melupakan harapan sudah ada di depan
mata.
Kedua: Jangan lupa menjaga moralitas.

Setelah 20 tahun telah berlalu, bagaimana dengan David?
Di kota Chicago, Amerika, terdapat sebuah gedung
mewah, yang tampak luarnya menyerupai sebuah bilik
telepon umum, itu adalah gedung perusahaan ADDC.
Pendiri perusahaan ADDC, Presiden Direkturnya ialah
David, selain itu juga David adalah salah satu penyumbang
terbesar untuk badan amal.

Sumber : Milis tetangga

Minggu, 13 September 2009

Pentingnya sebuah Rencana

Pentingnya sebuah rencana

Fail to plan is a plan to fail.
= wise man =

Banyak orang bekerja bagaikan air mengalir dan mengalir mengikuti keadaan
tidak pernah membuat strategi dan rencana sehingga kalaupun pekerjaan atau
usahanya itu mengalami pertumbuhan itu adalah semata-mata karena
keberuntungan belaka.
Satu pepatah kuno yang luar biasa mengingatkan kita bahwa rencana adalah
sesuatu yang sangat penting karena di dalam perencanaan itu ada banyak
perhitungan, pertimbangan, strategi, target hasil, target waktu, side plans
atau plan B – ketika rencana utama tidak berhasil, dan sebagainya.

Ambillah contoh : proses pembangunan sebuah rumah. Tidaklah mungkin orang
yang akan membangun sebuah rumah tidak duduk serius memikirkan gambar,
bentuk, biaya, dan sebagainya sebelum proses pembangunan itu dimulai. Apa
jadinya jika orang tersebut melupakan proses pra-pembangunan ini? Akankah
rumah itu berdiri sesuai dengan harapan dan seleranya? Tidak mungkin!
Seandainya rumah itu berdiri, pastilah tidak akan pernah mampu memuaskan
keinginan kita. Rencana harus
menjadi pra-proses kita dalam setiap kegiatan dan usaha kita karena hasil
yang maksimal hanya bisa terjadi dari sebuah perencanaan yang matang. Air
yang mengalir di mata air yang indah adalah sebuah berkah, namun hidup yang
hanya mengalir saja bukanlah hidup yang sesungguhnya. Hidup adalah
anugerah, dan setiap menitnya adalah kesempatan yang tak ternilai. Sudahkah
kita mengisi kesempatan-kesempatan itu dengan rencana yang indah bagi
keluarga, karir, bisnis, studi, dan sebagainya. Jangan sia-siakan
kesempatan di depan Anda hanya karena kita tidak belajar hidup terencana!.

Refleksi :
Katakan dalam hatimu kalimat-kalimat ini : Hari ini saya akan memulai
belajar hidup dengan rencana. Saya akan bekerja dengan rencana, dan saya
akan buktikan bahwa bekerja dengan perencanaan akan memberi hasil yang jauh
lebih dahsyat daripada bekerja tanpa rencana.

Aksi :
Tuliskan 3 rencana utama yang akan Anda raih minggu ini :
...............................................................................................................…………………….......................................
...............................................................................................................…………………….......................................
...............................................................................................................…………………….......................................

Kontemplasi :
Mintalah TUHAN memberkati rencana Anda, karena acapkali rencana kita
bukanlah rencana-Nya. Sekalipun demikian ingatlah bahwa rencana-Nya selalu
indah bagi hidup kita. Hal yang paling indah adalah ketika kita mengerti
kehendak-Nya sehingga rencana kita sesuai dengan rencana-Nya

(Dikutif dari buku Maximize Your 5 Minutes : Transform Your Life in 50 Days
oleh © Samuel Cahyadi, Abiyah Pratama Jakarta).

Kamis, 10 September 2009

Did I marry the right person ?

Sebuah Terjemahan Bebas dari "Did I marry the right person ?"

Cerita di bawah ini sangat bagus, buat yang masih single maupun yang udah
nikah. Buat mereka yang masih single bisa mengambil pelajaran dari cerita
ini, dan buat yang udah nikah cerita ini bisa jadi guideline untuk
meningkatkan ikatan pernikahan yang udah dijalani.

"Apakah saya menikah dengan orang yang tepat"

Dalam sebuah seminar rumah tangga, seseorang audience tiba-tiba melontarkan
pertanyaan yang sangat lumrah, "Bagaimana saya tahu kalo saya menikah
dengan orang yang tepat ?".
Saya melihat ada seorang lelaki bertubuh besar duduk di sebelahnya jadi
saya menjawab "Ya, tergantung. Apakah pria disebelah anda itu suami anda ?"
Dengan sangat serius dia balik bertanya "Bagaimana anda tahu?!"
"Biarkan saya jawab pertanyaan yang sangat membebani ini"

Inilah jawabanya ?
SETIAP ikatan memiliki siklus. Pada saat-saat awal sebuah hubungan, anda
merasakan jatuh cinta dengan pasangan anda. Telpon dariya selalu
ditunggu-tunggu, begitu merindukan belaian sayangnya, dan begitu menyukai
perubahan sikap-sikapnya yang bersemangat begitu menyenangkan.

Jatuh cinta kepada pasangan bukanlah hal yang sulit. Jatuh cinta merupakan
hal yang sangat alami dan pengalaman yang begitu
spontan.Nggak perlu berbuat apapun. Makanya dikatakan "jatuh" cinta.

Orang yang sedang kasmaran kadang mengatakan "aku mabuk cinta". Bayangkan
ekspresi tersebut! Seakan-akan anda sedang berdiri tanpa melakukan apapun
lalu tiba-tiba sesuatu datang dan terjadi begitu saja pada anda.

Jatuh cinta itu mudah. Sesuatu yang pasif dan spontan. Tapi ? Setelah
beberapa tahun perkawinan, gempita cinta itu pun akan pudar. Perubahan ini
merupakan siklus alamiah dan terjadi pada SEMUA ikatan. Perlahan tapi
pasti.. telpon darinya menjadi hal yang merepotkan, belaiannya tidak selalu
diharapkan dan sikap-sikapnya yang besemangat bukannya jadi hal yang manis
tapi malah nambahin penat yang ada..

Gejala-gejala pada tahapan ini bervariasi pada masing-masing individu,
namun bila anda memikirkan tentang rumah tangga anda, anda akan mendapati
perbedaaan yang dramatis antara tahap awal ikatan, pada saat anda jatuh
cinta, dengan kepenatan-kepenatan bahkan kemarahan pada tahapan-tahapan
selanjutnya.

Dan pada situasi inilah pertanyaan "Did I marry the right person ?" mulai
muncul, baik dari anda atau dari pasangan anda, atau dari keduanya. Nah
Lho!?

Dan ketika anda maupun pasangan anda mencoba merefleksikan eforia cinta
yang pernah terjadi, anda mungkin mulai berhasrat menyelami eforia-eforia
cinta itu dengan orang lain. Dan ketika pernikahan itu akhirnya kandas ?
Masing-masing sibuk menyalahkan pasangannya atas ketidakbahagiaan itu dan
mencari pelampiasan diluar. Berbagai macam cara, bentuk dan ukuran untuk
pelampiasan ini, menginkari kesetiaan merupakan hal yang paling jelas.
Sebagian orang memilih untuk menyibukan diri dengan pekerjaannya, hobinya,
pertemanannya, nonton TV sampe TVnya bosen ditonton, ataupun hal-hal yang
menyolok lainnya.

Tapi tau ngga?! Bahwa jawaban atas dilema ini tidak ada di luar, justru
jawaban ini hanya ada di dalam pernikahan itu sendiri.
Selingkuh?? Ya mungkin itu jawabannya. Saya tidak mengatakan kalo anda
tidak boleh ataupun tidak bisa selingkuh, Anda
bisa! Bisa saja ataupun boleh saja anda selingkuh dan pada saat itu anda
akan merasa lebih baik, tapi itu bersifat temporer, dan setelah beberapa
tahun anda akan mengalami kondisi yang sama (seperti sebelumnya pada
perkawinan anda).

Karena.. (pahamilah dengan seksama hal ini)
KUNCI SUKSES PERNIKAHAN BUKANLAH MENEMUKAN ORANG YANG TEPAT, NAMUN KUNCINYA
ADALAH BAGAIMANA BELAJAR MENCINTAI ORANG YANG ANDA TEMUKAN TERUS MENERUS..!
Cinta bukanlah hal yang PASIF ataupun pengalaman yang spontan Cinta TIDAK
AKAN PERNAH begitu saja terjadi ? Kita ngga akan bisa MENEMUKAN cinta yang
selamanya. Kita harus MENGUSAHAKANNYA dari hari ke hari.

Benar juga ungkapan "diperbudak cinta". Karena cinta itu BUTUH waktu,
usaha, dan energi. Dan yang paling penting, cinta itu butuh sikap BIJAK.
Kita harus tahu benar APA YANG HARUS DILAKUKAN agar rumah tangga berjalan
dengan baik. Jangan membuat kesalahan untuk hal yang satu ini. Cinta
bukanlah MISTERI

Ada beberapa hal spesifik yang bisa dilakukan (dengan ataupun tanpa
pasangan anda) agar rumah tangga berjalan lancar.
Sama halnya dengan hukum alam pada ilmu fisika (seperti gaya Grafitasi),
dalam suatu ikatan rumah tangga juga ada hukumnya. Sama halnya dengan diet
yang tepat dan olahraga yang benar dapat membuat tubuh kita lebih kuat.
Beberapa kebiasaan dalam hubungan rumah tangga juga DAPAT membuat rumah
tangga itu lebih kuat. Ini merupakan reaksi sebab
akibat. Jika kita tahu dan mau menerapkan hukum-hukum tersebut, tentulah
kita bisa "MEMBUAT" cinta bukan "JATUH". Karena cinta dalam pernikahan
sesungguhnya merupakan sebuah DECISION, dan bukan cuma PERASAAN..!

Cinta itu sama seperti orang yang menunggu bis. Sebuah bis datang, dan kamu
bilang, "Wah..terlalu penuh, sumpek, bakalan nggak bisa duduk nyaman neh!
Aku tunggu bis berikutnya aja deh."
Kemudian, bis berikutnya datang. Kamu melihatnya dan berkata, Aduh bisnya
kurang asik nih, nggak bagus lagi.. nggak mau ah.."
Bis selanjutnya datang, cool dan kamu berminat, tapi seakan-akan dia tidak
melihatmu dan lewat begitu saja. Bis keempat berhenti di depan kamu. Bis
itu kosong, cukup bagus, tapi kamu bilang, "Nggak ada AC nih, bisa
kepanasan aku". Maka kamu membiarkan bis keempat itu pergi. Waktu terus
berlalu, kamu mulai sadar bahwa kamu bisa terlambat pergi ke kantor. Ketika
bis kelima datang, kamu sudah tak sabar, kamu langsung melompat masuk ke
dalamnya. Setelah beberapa lama, kamu akhirnya sadar kalau kamu salah
menaiki bis. Bis tersebut jurusannya bukan yang kamu tuju! Dan kau baru
sadar telah menyiakan waktumu sekian lama.

Moral dari cerita ini :
Sering kali seseorang menunggu orang yang benar-benar 'ideal' untuk menjadi
pasangan hidupnya. Padahal tidak ada orang yang 100% memenuhi keidealan
kita. Dan kamu pun sekali-kali tidak akan pernah bisa menjadi 100% sesuai
keinginan dia. Tidak ada salahnya memiliki 'persyaratan' untuk 'calon',
tapi tidak ada salahnya juga memberi kesempatan kepada yang berhenti di
depan kita. Tentunya dengan jurusan yang sama seperti yang kita tuju.
Apabila ternyata memang tidak cocok, apa boleh buat.. tapi kamu masih bisa
berteriak 'Kiri' ! dan keluar dengan sopan. Maka memberi kesempatan pada
yang berhenti di depanmu, semuanya bergantung pada keputusanmu. Daripada
kita harus jalan kaki sendiri menuju kantormu, dalam arti menjalani hidup
ini tanpa kehadiran orang yang dikasihi.

Cerita ini juga berarti, kalau kebetulan kamu menemukan bis yang kosong,
kamu sukai dan bisa kamu percayai, dan tentunya sejurusan dengan tujuanmu,
kamu dapat berusaha sebisamu untuk menghentikan bis tersebut di depanmu,
agar dia dapat memberi kesempatan kepadamu untuk masuk ke dalamnya. Karena
menemukan yang seperti itu adalah suatu berkah yang sangat berharga dan
sangat berarti. Bagimu sendiri, dan bagi dia.

Lalu bis seperti apa yang kamu tunggu ?
Have nice weekend ! :-)

Maukah engkau jadi orang merdeka ?

Maukah engkau jadi orang merdeka ?

Dalam kesempatan tirakatan semalam, Mas Panurata, sebagai ketua RT 01
RW 03 Kelurahan Rantai, melontarkan pertanyaan kepada beberapa orang
yang berkumpul di teras rumahnya. Pertanyaannya begini, " Saudara
Saudara, "Maukah engkau jadi orang merdeka? Sekali lagi, "Maukah Anda
semua jadi orang merdeka?" Pak Trimbil mulai angkat tangan, "Maaf Mas
Panu, pertanyaan Anda ini rasanya aneh dan ganjil!! Kenapa bertanya
begitu, padahal kita sudah merayakan ulang tahun kemerdekaan ke -64
untuk negara kita tercinta Republik Indonesia! Apa yang masih kurang,
kok masih bertanya seperti itu lagi. Apakah Mas Panu kurang pekerjaan
sebagai ketua RT, jadi mempertanyakan lagi kemauan kami ini untuk jadi
merdeka? Sudah merdeka ya sudah, kok masih dipersoalkan lagi!, Trembel
pun tak kalah menyahut, "Benar Mas Trimbil, ini Mas Panu jangan jangan
"kerasukan filsuf", jadi aneh-aneh!! Pertanyaan filosofis itu suka
"mengganggu kemapanan!!" Padahal kita ini sudah mapan, kok malah
diganggu!" Dari dalam rumah Panurata, Jerawati pun tidak mau kalah
melontarkan komentar, " Wah suamiku ternyata pinter bertanya kritis,
nakal, tapi "njelehi banget!!" Panurata langsung komentar, "Bu...ini
dunia laki-laki, Ibu tidak boleh ikut campur ya...please....!!"
Mendengar jawaban Panurata, suaminya, Jerawati pun tidak mau kalah,
"Begitulah Bapak bapak, suami saya pinter bertanya, tapi, isteri
berkomentar saja sudah reaktif banget, malah membuat wanita terjajah
tidak merdeka kan? Di rumah saja nggak ada kemerdekaan berpendapat, kok
mau memerdekan bangsa!!!"

Di sela sela saling beradu argumentasi, Pak Trembel, seperti biasanya
langsung bertanya, "Boleh kan saya minum, kopi buatan Diajeng
Jerawati?" Panurata tersenyum simpul, "Boleh boleh,...tumben memanggil
isteriku dengan nama lengkap!! Trembel pun langsung menyahut, "Jelas
dong, ini tanda pria yang menghargai wanita! Dibuatkan lalu terima
kasih dan memanggil dengan hormat!! Tidak lalu reaktif dan marah, kalau
dikomentari isteri! Trimbil pun ikut berkomentar, "Lho, dari praktek
tadi ternyata kita bisa menjawab sebenarnya, "Coba tanya pada Diajeng
Jerawati, mengapa Anda kok malah merasa terjajah dan tidak merdeka?"
Jerawati sambil melipatkan tangannya menyahut, "Tadi itu suami saya kok
tidak merasa nyaman ketika saya ikut komentar, dan tidak boleh terlibat
dalam pembicaraan ini..! Nah, kenapa wanita dianggap "tidak pantas"
ikut serta dalam pembicaraan para bapak!? Apakah saya jadi orang
merdeka untuk berpendapat, kalau sudah "dilarang'? Panurata tersipu
sipu malu, pertanyaan yang dilontarkan malah kena pada dirinya sendiri,
"Jeng, maaf ya...aku tadi sebenarnya tidak bermaksud
merendahkanmu...tapi ternyata kata kataku membuat teman temanku pun
merasa diriku belum membuat orang lain merdeka berpendapat, meskipun
aku sudah merasa jadi orang merdeka. " Trimbil dan Trembel pun
mengangguk angguk,Trimbil lalu berkomentar "Benar Mas Panurata, salut
dan bangga pada Anda! Anda mau mengakui salah, meski sebenarnya Anda
bisa membela diri! Kita ini menganggp diri merdeka justru kalau bisa
menang menangan sendiri dalam rapat, dalam pertemuan dst. Padahal orang
merdeka itu sebenarnya sanggup memberikan kesempatan kepada orang lain,
untuk merdeka dalam berpendapat juga..Itulah orang yang memiliki
kemerdekaan sejati!" Panurata pun mengangguk, "Benar Mas, ternyata,
kemerdekaanku hanya untuk kepentingan diriku sendiri, belum untuk
kepentingan orang lain, bahkan isteriku sendiri. Terima kasih teman
teman atas kritikan dan saran yang disampaikan di malam tirakatan ini."

Jam Dinding sudah menunjukkan pukul 01.30. Trimbil dan Trembel
berpamitan pulang karena esok mau ikut upacara bendera di alun alun
kota Mahardika! Mereka pun pamitan, "Mas Panu dan Diajeng, kami pamit,
sudah pagi, besok mau upacara 17an. Sugeng sare!" Panurata dan Jerawati
mengantar mereka sampai pintu gerbang. Panurata pun lalu memeluk
isterinya, "Maaf ya Jeng, tadi aku bersalah!" Jerawati pun memaafkan
suami tercintanya, "Iya Mas, sama sama! Tapi tetap merdeka, kan?"
Panurata pun tersenyum...

Merdeka! Merdeka ! Merdeka!
Blasius Slamet Lasmuandi, Pr.

HIDUP ADALAH PILIHAN

*HIDUP ADALAH PILIHAN*

Ada 2 buah bibit tanaman yang terhampar
di sebuah ladang yang subur. Bibit yang pertama
berkata, "Aku ingin tumbuh besar. Aku ingin
menjejakan akarku dalam-dalam di tanah ini,
dan menjulangkan tunas-tunasku di atas
kerasnya tanah ini. Aku ingin membentangkan
semua tunasku untuk menyampaikan salam musim
semi. Aku ingin merasakan kehangatan matahari,
dan kelembutan embun pagi di pucuk-pucuk daunku."

Dan bibit itu tumbuh, makin menjulang.

Bibit yang kedua bergumam, "Aku takut.
Jika kutanamkan akarku ke dalam tanah ini,
aku tak tahu, apa yang akan kutemui di bawah
sana. Bukankah di sana sangat gelap?
Dan jika kuteroboskan tunasku ke atas,
bukankah nanti keindahan tunas-tunasku akan
hilang? Tunasku itu pasti akan terkoyak. Apa yang
akan terjadi jika tunasku terbuka,
dan siput-siput mencoba untuk memakannya?
Dan pasti, jika aku tumbuh dan merekah,
semua anak kecil akan berusaha untuk mencabutku
dari tanah. Tidak, akan lebih baik jika aku
menunggu sampai semuanya aman."

Dan bibit itupun menunggu, dalam kesendirian.

Beberapa pekan kemudian, seekor ayam mengais
tanah itu, menemukan bibit yang kedua tadi,
dan mencaploknya segera.

Memang selalu aja ada pilihan dalam hidup.
Selalu saja ada lakon-lakon yang harus kita
jalani. Namun, seringkali kita berada dalam
sikap pesimis, kengerian, keraguan,
dan kebimbangan-kebimbangan yang kita
ciptakan sendiri.
Kita sering terbuai dengan alasan-alasan untuk tak
mau melangkah, tak mau menatap hidup.
Karena hidup adalah pilihan, maka pilihlah dengan
bijak.

Seekor semut

Seekor Semut

Dalam perjamuan makan malam, yang dihadiri oleh
seorang Guru Besar Spiritual dan beberapa umatnya.
Tiba-tiba seekor semut merayap ke atas meja, dan
langsung mengarah pada sebuah piring yang penuh berisi
bermacam-macam kue.
Seorang umat yang berada dekat dengan semut tersebut
secara alamiah, tampak langsung berinisiatif
mengangkap telapak tangannya untuk berbuat sesuatu
terhadap semut tersebut.
Sang Guru langsung berkata kepada umatnya, "Jangan
dibunuh, tapi pindahkan saja kebawah meja. Kita juga
harus menghindari perbuatan membunuh, walau terhadap
seekor semut kecil sekalipun."
Mendengar nasehat Gurunya, murid yang ingin menepak
semut tersebut, seketika berubah menjadi penuh welas
asih. Tampak sekali, sang murid sangat berhati-hati
berusaha memindahkan sang semut. Walaupun cukup lama
karena takut terjadi kesalahan yang membahayakan sang
semut, akhirnya dirinya berhasil juga memindahkan
semut tersebut kebawah meja.
Melihat kejadian yang demikian, para murid lainnya
merasa bangga akan perbuatan mulia dari Guru mereka
yang telah memberikan contoh yang luar biasa.
Terlebih-lebih murid yang memindahkan semut tersebut,
karena telah terselamatkan dari perbuatan yang buruk,
menjadi perbuatan yang Mulia.
Tampak diseberang meja, ada seorang anak kecil yang
sejak awal memperhatikan apa yang terjadi di meja sang
Guru dan murid-muridnya.
Tiba-tiba sang anak kecil dengan lugunya berkata
kepada Ibunya, "Ma, Guru ini kok pelit sekali. Semut
yang ingin memakan secuil kue saja engga dikasih.
Padahal kue mereka banyak sekali. Kasihan, semutnya
kelaparan, Ma...."
Mendengar komentar anaknya yang sangat tidak terduga,
muka sang ibu langsung sangat merah karena malu. Sang
ibu langsung berkata kepada anaknya, "Bukannya pelit,
tapi bila semut tersebut menyentuh makanan. Nanti
makanan itu akan menjadi kotor dan mengandung bibit
penyakit. Dan, mereka semua tentu akan menjadi
sakit.... Sudah, kamu habiskan makanan kamu sekarang.
Jangan lihatin orang lain."
Rupanya sang Guru dan muridnya mendengar juga apa yang
dikatakan oleh sang anak, dan apa yang dijelaskan sang
ibu.
Dalam hati dirinya mengakui, bahwa ketika dirinya
melarang umatnya untuk membunuh semut tersebut.
Dirinya memang merasa kasihan terhadap sang semut, dan
juga untuk mencegah umatnya melakukan perbuatan
membunuh. Dan, perkataan anak kecil tersebut ada
benarnya. Dirinya langsung terbayang bahwa betapa
susahnya perjuangan sang semut tersebut dalam mencari
makanannya. Sehingga semut tersebut berani mengambil
resiko dan  bersusah payah untuk naik keatas meja,
hanya untuk mendapatkan sisa-sisa makanan yang sangat
tidak berarti bagi manusia. Tetapi apa yang diperbuat
manusia, mereka kadang langsung membunuhnya. Walau
semut ini tidak jadi terbunuh oleh muridnya sekarang,
karena berhasil dicegahnya dan dipindahkan ketempat
lain. Tetapi pasti, semut tersebut akan naik kembali
ke meja orang lain, dan kemungkinan dibunuh besar
sekali. Sungguh betapa besar resiko dan susah
perjuangan semut tersebut, hanya demi sisa makanan
yang tidak berarti.
Seketika itu juga, dengan mendadak sang Guru berkata,
"Cepat ! cari kembali semut tersebut !". Serentak para
muridnya langsung  berjongkok dan mencari-cari dibawah
meja.
Melihat para muridnya, yang langsung menghilang
kebawah meja. Sang Guru langsung terbahak-bahak dan
berkata,"Ha..ha..ha..ha, anak kecil dan seekor semut
kecil ternyata dapat menjadi Guru yang terbaik."
Mendengar tertawaan dan perkataan Guru mereka yang
demikian, semua muridnya saling memandang satu dengan
lainnya, sambil kebingungan.
Tampak diseberang meja, terdengar lagi suara seorang
anak kecil yang tertawa sambil berkata, "ha..ha..ha.
Mama lucu deh. Semuanya lagi pada sembunyi dibawah
meja, kaya si Benji."

Rabu, 09 September 2009

KEBERUNTUNGAN

KEBERUNTUNGAN
Kategori: Artikel - Pekerjaan

Dalam acara Business Art With Mario Teguh di saluran O-Channel, ada
seorang yang bertanya, "Berapa persen peran keberuntungan dalam
menentukan sebuah kesuksesan?"

Karena sebelumnya Mario Teguh selalu menekankan tentang berpikir positif
dan bertindak positif untuk mencapai hal yang positif, saya jadi
bertanya-tanya, apa jawaban yang akan diberikannya. Sebab umumnya orang
beranggapan bahwa keberuntungan itu adalah sesuatu hal yang berada di
luar kepastian sebuah teori yang matematis.

"Luck" bagi banyak orang adalah suatu misteri, sehingga di dalam saku
atau dompet dengan diam-diam orang membawa sebentuk "jimat
keberuntungan." Benda-benda yang sudah didoakan atau dikeramatkan
diharapkan bisa membawa keberuntungan bagi pemiliknya.

Tentunya kita masih ingat akan ikan arwana yang harganya bisa mencapai
puluhan juta rupiah karena dianggap bisa memberi keberuntungan. Padahal
dahulu kala di tempat asalnya, ikan Arwana termasuk dalam daftar menu
makanan kegemaran penduduk setempat.

Saya termasuk seberuntung saudara kita di pedalam Kalimantan, karena
pernah menikmati daging ikan Arwana milik saudara yang tiba-tiba sekarat
karena salah makan. Terasa nikmat lebih karena membayangkan sedang
menyantap daging seekor ikan yang pernah ditawar jutaan rupiah, tetapi
berakhir tragis di penggorengan.

Fengshui bagi sebagian orang juga dipercaya mengubah keberuntungan lebih
besar bagi yang mengikutinya. Bahkan ada saluran TV yang secara khusus
menayangkan program fengshui, dan ternyata menjadi tayangan dengan
rating yang tinggi - karena memang orang sangat rindu untuk meraih
keberuntungan hidup.

Keberuntungan adalah hal yang diliputi kabut misteri yang menyebabkan
orang mengambil kesempatan dengan menawarkan barang dan jasa yang bisa
menyingkap kabut kalau-kalau bisa menemukan keberuntungan dibaliknya.
Beruntung adalah lawan dari sial, yang kedatangannya pasti dihindari
oleh semua orang.

Kemudian apa jawaban Mario Teguh ? Seperti biasa sambil tersenyum dan
penuh percaya diri dia menjawab, "Orang menempuh pendidikan yang baik
supaya hidupnya beruntung. Orang berpakaian dengan rapi dan baik supaya
beruntung. Orang menjaga tutur kata dan tingkah lakunya supaya beruntung
dalam pergaulan. Orang melakukan semua hal yang baik supaya beruntung
dalam hidupnya."

"Jadi berapa persen peran keberuntungan dalam sebuah kesuksesan?
Jawabnya adalah Seratus Persen!"

Hebat sekali sekali jawaban yang diberikan. Mengubah hal yang diluar
perkiraan dan tidak terukur (intangible) menjadi hal yang terukur
(tangible) dan masuk akal. Semua penonton di studio dan juga di rumah
setuju dan membenarkan jawaban jitu yang diberikan oleh Mario Teguh.

Tetapi kemudian saya melihat hal berbeda - bukan karena mau mengkritisi
atau merasa lebih pintar dari Mario Teguh. Saya lebih melihat bahwa
keberuntungan yang disampaikannya adalah bentuk "keberuntungan yang
diusahakan."

Orang dengan pendidikan yang tinggi mempunyai tingkat keberuntungan yang
lebih besar daripada yang berpendidikan rendah. Orang dengan penampilan
fisik yang sempurna akan lebih beruntung dalam hidupnya dibandingkan
yang cacat. Orang yang kuper (kurang pergaulan) tidak akan seberuntung
orang yang pergaulannya luas. Dan masih banyak deretan yang lain untuk
menunjukkan bahwa semua yang terbaik dan sempurna bisa menciptakan
keberuntungan yang lebih. Semua alasan itu mudah untuk dipahami.

Tetapi disamping "keberuntungan yang diusahakan" saya akan menambahkan
dengan "keberuntungan yang dianugerahkan". Akan tetapi kita harus
hati-hati dengan keberuntungan yang kedua untuk tidak menjadi latah
dengan gambaran jimat ataupun ikan arwana di penjelasan awal.

Di kantor, saya menemukan orang melamar pekerjaan dengan ijazah SMU
karena itu yang dibutuhkan dibandingkan dengan ijazah sarjana yang
dimiliki.

Ada teman wanita yang cantik, pintar, karir bagus dan sudah ingin
menikah tetapi tidak ada yang mengajukan proposal padanya. Sempat dia
memburu cowok idamannya, tetapi pelaminan ternyata berpihak pada wanita
lain yang tampak biasa-biasa saja.

Ada staf di kantor yang pendidikannya tinggi, pintar, pribadinya
simpatik, mudah bekerjasama dengan baik - tetapi di manapun ditempatkan
tidak mencapai target karir yang membuatnya frustrasi. Sampai akhirnya
saya ajak dia untuk bergabung dengan team di proyek yang saya kerjakan.
Baru saya tahu penyebab utamanya, yaitu entah kenapa dia selalu berada
di tempat dan waktu yang tidak tepat.

Banyak kali, dia tidak ada di tempat karena sedang ditugaskan untuk
mengerjakan pekerjaan yang lain. Padahal momen itu berguna bagi
karirnya. Walaupun saya sudah berusaha memberi jalan untuk membantunya,
mendorong semangatnya, tetapi pada akhirnya selalu ada saja yang
membuatnya tidak berhasil.

Kemudian dia resign. Ternyata hanya beberapa minggu setelahnya ada
program penyegaran perusahaan yang menawarkan kompensasi resign dengan
nominal yang lebih tinggi. Karena surat resignnya terlanjur sudah
diterima oleh management sebelumnya, maka dia tidak bisa menerima
kompensasi sebesar yang ada di program penyegaran.

Karena ketidakberhasilan bekerja dengan orang lain, dia memutuskan untuk
wirasrasta. Tetapi setelah itu saya mendengar usahanya juga bermasalah
cukup serius. Saya sampai bingung sendiri melihat kenyataan itu, dan
akhirnya mengakui bahwa dia adalah orang yang 'tidak beruntung'.

Saya punya banyak teman yang merasa tidak seberuntung yang lain -
walaupun tingkat pendidikannya lebih tinggi. Walaupun dia sudah berusaha
bekerja sama dengan semua pihak. Walaupun sudah mengorbankan waktu dan
pikiran untuk lebih mementingkan pekerjaan dibandingkan keluarga dan
hubungan sosial; tetapi tetap saja mereka merasa tidak sukses - sehingga
harus berpindah dari satu tempat kerja ke tempat yang lain. Sehingga
akhirnya memutuskan untuk berhenti berpindah dan menekuni satu pekerjaan
dengan merasa tetap tidak berhasil.

Kalau saya mengajukan sebuah pertanyaan, "Apakah anda merasa beruntung
saat ini?" Saya percaya jawaban yang saya terima adalah lebih banyak
gelengan kepala dengan perasaan sedih. Kenapa bisa seperti itu? Karena
semua usaha dan kerja keras yang sudah dilakukan untuk membuatnya
beruntung ternyata tidak sebanding dengan harapan keuntungan ataupun
sukses yang sudah diraih. Itu yang membuat orang merasa tidak sukses
atau bahkan merasa gagal dalam hidup.

Mereka pada akhirnya merasa gagal karena berusaha meraih keberhasilan
dengan menggunakan "Keberuntungan yang diusahakan."

Ada jalan keluar yang lebih manjur untuk mencapai kesuksesan diluar
cara-cara pengumpulan jimat, fengshui atau pun kerja keras untuk
membentuk "kebentungan yang diusahakan." Cara yang ampuh yaitu dengan
menggunakan jurus, "keberuntungan yang dianugerahkan."

Petrus, Thomas, Natanael dan dua orang murid Tuhan Yesus adalah para
profesional penjala ikan. Tetapi dengan semua kemampuan yang membuatnya
bisa memperoleh "Keberuntungan yang diusahakan," semalam-malaman mereka
bekerja dan tidak menangkap apa-apa. Nothing! Tidak ada satu ikan pun
yang berhasil diperoleh.

Tetapi menjelang siang, mereka kembali melaut dengan berbekal
"Keberuntungan yang dianugerahkan" oleh Tuhan Yesus, dan mereka
memperoleh ikan-ikan besar sebanyak seratus lima puluh tiga ekor dan
jalanya tidak koyak (Yohanes 21:11).

Memang tetap diperlukan keahlian dan usaha mereka sebagai "keberuntungan
yang diusahakan." Mereka harus bisa mengendalikan perahu, harus bisa
membuat jala, harus bisa menebarkan jala dan menarik jala dengan benar
serta semua keahlian yang harus dimiliki oleh seorang nelayan. Akan
tetapi keberhasilan memperoleh ikan ternyata hanya karena "keberuntungan
yang dianugerahkan."

Berapa besar perbandingan keduanya? Kalau diperhitungkan terhadap hasil
akhir dan kesuksesan yang diraih, maka porsi "keberuntungan yang
diusahakan" sekitar 10% dan "Keberuntungan yang dianugerahkan" sebesar
90%. Ada yang menyebut 15% dan 85%, tetapi semuanya setuju bahwa
"keberuntungan yang dianugerahkan" menduduki peran yang paling utama.

Apa kata TUHAN melalui nabi Yeremia mengenai kedua macam keberuntungan
ini?

Pertama, mengenai "keberuntungan yang diusahakan," dalam Yeremia 17:5
dikatakan :
"Beginilah firman TUHAN: 'Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia,
yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari
pada TUHAN!' "

Ternyata TUHAN sama sekali tidak berkenan dengan orang yang MENGANDALKAN
kesuksesannya pada "keberuntungan yang diusahakan." Kemampuan dasar
memang harus dimiliki dan kerja keras harus dilakukan - tetapi itu lebih
dipandang sebagai sarana pendukung saja. Sebab jika itu yang menjadi
andalan untuk memperoleh keberhasilan, maka TUHAN justru berfirman
sebaliknya: "Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak
akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di
padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk."

Melihat hasil dari jerih payah yang sia-sia itu, kita bisa menyimpulkan
dengan satu kalimat pendek, "Capek deh ...."

Sekarang bagaimana dengan "keberuntungan yang dianugerahkan" ? TUHAN
rupanya menjamin dengan firmanNya, "Diberkatilah orang yang mengandalkan
TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN." (Yeremia 17:7)

Kemudian hasil yang bisa dicapai dengan "keberuntungan yang
dianugerahkan" itu adalah: "Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi
air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak
mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak
kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah."

Suatu kesuksesan yang luar biasa yang pasti dicapai oleh orang yang
mengandalkan dan bergantung kepada, "keberuntungan yang dianugerahkan."
Dahsyat...

Saya merasa tidak memiliki cukup "keberuntungan yang diusahakan."
Pendidikan saya tidak setinggi teman-teman ataupun bahkan staf saya.
Penampilan fisik saya jauh dibanding dengan mereka yang memiliki
kriteria tampan dan keren. Yang yang lebih parah, saya merasa otak di
kepala ini tidak secanggih anak-anak muda jaman sekarang. Saya termasuk
orang yang gaptek alias 'gagap teknologi'.

Walaupun dengan segudang kelemahan dan kekurangan, tetapi saya
dilahirkan sebagai manusia biasa yang juga memiliki harapan dan
keinginan untuk bisa berhasil dan sukses dalam hidup. Karena merasa
tidak ada pilihan dan harapan di bagian yang pertama, maka saya bisanya
hanya bergantung pada pilihan yang kedua yaitu pada "keberuntungan yang
dianugerahkan."

Ya, seperti Petrus dan teman-temannya, saya melengkapi diri dengan
kemapuan dasar supaya bisa bekerja dengan baik.

Seingat saya setelah itu, saya diterima bekerja di tempat ini dengan
menyingkirkan ratusan pelamar yang lain adalah karena pada setiap
tahapan test, saya selalu minta didoakan oleh ibu saya. Jadi Tuhan
mengabulkan doa ibu saya dan saya bisa pindah kerja di tempat ini.

Saya bersyukur karena di dalam kebodohan saya, Tuhan memberikan para
staf yang berpendidikan tinggi, pintar dan cemerlang, sehingga semua
angan-angan dan gambaran yang mustahil sekalipun bisa diwujudkan secara
mengagumkan. Bahkan lebih progresif dibandingkan dengan proyek sama yang
dikerjakan di group perusahaan di luar negeri. Apa jadinya pekerjaan
saya tanpa didukung oleh para staf yang loyal dan berdedikasi tinggi.
Mereka bahkan selalu setia 'mengikuti' kemana saja saya ditempatkan, dan
saya sangat bersyukur untuk itu.

Tuhan juga telah mempertemukan saya dengan orang-orang yang ternyata di
kemudian hari sangat menopang pekerjaan dan karir saya baik di Indonesia
maupun di luar negeri. Saya melihat itu semua sebagai keping-keping
puzzle yang ternyata baru terlihat gambar indahnya setelah
bertahun-tahun terlewati.

Kalau diibaratkan seekor burung, saya tidak perlu terus menerus memeras
energi dan pikiran untuk mengepak supaya bisa terbang tinggi. Memang
tetap harus diperlukan kepakan sayap awal supaya bisa terangkat ke
angkasa. Tetapi setelah itu lebih banyak melayang, mengikuti dorongan
angin lembut dan nyaman, yang menjaga ketinggian di udara bahkan
mendukung untuk dapat terbang lebih tinggi lagi.

Saya merasa bahwa usaha dan kerja keras yang saya lakukan tidak
sebanding dengan keberhasilan yang telah saya peroleh - dibandingkan
dengan mereka yang harus 'jungkir balik' tetapi tetap tidak bisa
mencapainya. Ini yang terkadang membuat orang merasa iri melihat
"kesuksesan" yang saya terima - dan keingintahuan mereka saya jawab
dengan, "Semuanya terjadi hanya karena 'keberuntungan yang
dianugerahkan' oleh Tuhan saja ..."

Ya, "keberuntungan yang dianugerahkan" pada kenyataannya merupakan 90%
penentu dari semua keberhasilan yang bisa dicapai. Semua usaha dan kerja
keras untuk membuat "keberuntungan yang yang diusahakan" hanya
menyumbang 10%, dan tidak lebih sebagai sebuah langkah awal.

'Sepuluh persen' pun bisa tidak membuahkan hasil apa-apa seperti Petrus
dengan segala keahliannya sebagai nelayan yang berusaha keras semalaman
menjaring ikan tetapi kembali tanpa menangkap seekor pun. Akan tetapi
usaha yang 'sepuluh persen' akan berbuah keberhasilan yang menakjubkan,
manakala yang 'sembilan puluh persen' turut terlibat di dalamnya.

Jika demikian halnya, mengapa kita tidak mengandalkan diri pada
"keberuntungan yang dianugerahkan" ; sehingga membuat kita dengan bangga
mampu untuk mengaku, "Bahwa pertolongan kita adalah di dalam nama Tuhan
yang menciptakan langit dan bumi." Bukankah itu adalah kunci rahasia
keberuntungan yang dahsyat dan super?

Selasa, 08 September 2009

SEBERAPA DALAMNYA AKAR ITU?

*SEBERAPA DALAMNYA AKAR ITU?

*Pada suatu hari, seorang tua yang bijaksana berjalan melalui hutan bersama
seorang muda yang terkenal tidak bisa bertanggung jawab dan berkepala batu.
Orang itu menghentikan langkahnya, lalu menunjuk sebuah pohon yang masih
kecil sekali. "Cabutlah pohon itu", katanya. Dengan segera pemuda itu
membungkuk dan hanya dengan dua jari saja secara mudah dia dapat mencabut
pohon itu.

Setelah berjalan lebih jauh lagi, orang tua itu berhenti di depan sebuah
pohon yang sudah agak besar tumbuhnya.
"Coba cabutlah pohon ini", katanya.
Sekali lagi pemuda itu menuruti perintahnya, namun kali ini dia menggunakan
kedua tangannya dan tenaga untuk mencabut akar pohon itu. Akhirnya mereka
berhenti lagi di depan sebuah pohon yang besar sekali.
"Sekarang, cabutlah pohon ini!" perintahnya lagi.

"Wah, hal ini tidak mungkin!" protes pemuda itu.
"AKu tidak dapat mencabut pohon sebesar ini. Untuk memindahkannya
diperlukan sebuah buldozer."
"Engkau benar sekali", jawab sang orang tua.

Kebiasaan, entahlah itu baik ataupun buruk, sama seperti pohon-pohon itu.
Kebiasaan yang belum berakar dalam, seperti pohon yang masih kecil sekali,
dapat dicabut dengan mudahnya. Kebiasaan yang akarnya mulai dalam adalah
seperti pohon yang sudah agak besar tumbuhnya. Untuk mencabutnya diperlukan
usaha dan tenaga sekuat mungkin. Kebiasaan yang telah lama sekali sudah
terlalu dalam akarnya sehingga orang itu sendiri tidak mungkin lagi bisa
mencabutnya. Jagalah dirimu agar akar kebiasaan yang sedang engkau tanamkan
itu adalah kebiasaan yang baik.

Sumber : Milis Tetangga

OMONG KOSONG

OMONG KOSONG

Ketika Sang Guru berbicara tentang daya hipnotis kata-kata, seseorang dari
bagian belakang berteriak, "Anda omong kosong! Jika saya mengatakan Allah,
Allah, Allah, apakah itu akan membuat saya ilahi? Dan jika saya mengatakan
dosa, dosa, dosa, apakah itu akan membuat saya jahat ?"

"Duduk, bajingan!" kata Sang Guru.

Kontan saja, orang itu segera naik pitam. Mukanya merah padam. Ia terdiam
sesaat, lalu dengan suara serak ia ungkapkan rasa tersinggung dan sakit
hatinya.

Sang Guru kelihatan menyesal sekali dan kemudian berkata, "Maafkan saya,
Tuan, saya memang khilaf. Saya sungguh-sungguh minta maaf atas kelancangan
yang tidak termaafkan itu."

Orang itu segera menjadi tenang.

"Nah, kini kamu tahu jawabnya. Satu kata membuat kamu naik pitam dan satu
kata yang lainnya menenangkan kamu," kata
Sang Guru.

Dari: Berbasa-basi Sejenak, Anthony de Mello, Penerbit
Kanisius, Cetakan 1, 1997.

Kamis, 03 September 2009

Cara Mengendalikan & Merubah Perasaan

CARA MENGENDALIKAN DAN MERUBAH PERASAAN

Mengapa kita harus mengendalikan perasaan kita ?

Ada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa manusia mempunyai sebanyak
60.000 pikiran dalam sehari. Tentu tidak mudah untuk memilah pikiran mana
yang positif dan mana yang negatif dari sekian puluh ribu pikiran tersebut.
Ada cara yang paling mudah untuk mengetahui pikiran mana yang positif dan
pikiran mana yang negatif yaitu lewat PERASAAN ( EMOSI ).

Bob Doyle – salah satu tokoh dalam film The Secret – mengatakan bahwa emosi
adalah hadiah yang luar biasa, yang membuat kita mengetahui apa yang kita
pikir. Intinya jika perasaan kita senang, gembira, bersyukur berarti
pikiran kita sedang berada di area yang positif. Jika perasaan kita sedih,
cemas, gelisah, takut, iri hati, dlsbnya berarti pikiran kita sedang berada
di area yang negatif.

Perasaan "GOOD" --> Berpikir yang "GOOD" --> Menarik hal-hal yang "GOOD".
Perasaan "BAD" --> Berpikir yang "BAD" --> Menarik hal-hal yang "BAD".

Perasaan yang baik akan menghasilkan pikiran yang baik. Pikiran yang baik
diwujudkan dalam bentuk perkataan dan perbuatan yang baik. Perkataan dan
perbuatan yang baik jika dilakukan secara rutin akan menjadi kebiasaan yang
baik. Kebiasaan yang baik ini akan membentuk watak / karakter yang baik
pula. Dan inilah yang menentukan masa depan kita. Kira-kira begitu cara
kerjanya.

Contoh : Jika pagi hari kita bangun dengan perasaan / mood yang negatif
karena habis dimarahi atasan pada hari sebelumnya, maka pikiran kita kurang
lebih akan berkata : "Ah, hari ini saya malas ke kantor. Terlambat sedikit
ga pa pa lah.", "Hari ini saya ijin saja karena lagi ga mood.", ataupun
jika tetap berangkat ke kantor maka dilakukan dengan setengah hati.
Sesampai di kantor, jika mood ini tetap dipertahankan maka perkataan dan
perbuatan di kantor pasti akan negatif, misalnya : Gosip menjelekkan
atasan, menjelekkan kondisi perusahaan, dll. Jika perbuatan dan perkataan
ini tetap dipertahankan selama seminggu maka akan menjadi kebiasaan. Jika
tidak gosip menjelekkan atasan, rekan kerja, perusahaan rasanya seperti ada
yang kurang.

Lebih mudah untuk membentuk karakter yang negatif daripada yang positif.
Setelah ini menjadi karakter yang negatif, maka bisa dipastikan kita akan
diperhatikan oleh orang lain ( atasan, rekan kerja, bawahan ). Anda
kemudian bisa menjawab sendiri, masa depan orang tersebut kira-kira seperti
apa. ) Padahal awal mulanya hanya dari "perasaan".

Pikiran dan Perasaan Anda membentuk hidup Anda. Akan selalu begini. Pasti
! – Lisa Nichols.

Cara merubah perasaan kita !

1. Merubah GERAK :

Coba Anda praktekkan ketika bangun pagi, Anda merasa malas untuk bangun,
walaupun mata masih tertutup, Anda paksakan bangun ( JANGAN LUPA UNTUK
SENYUM dan BERSYUKUR terlebih dahulu ) dan lakukan lompat-lompat kecil
selama 10 - 15 menit. Kira-kira setelah itu Anda akan lanjut tidur lagi ?
NO, Anda akan langsung ke kamar mandi untuk bersiap-siap ke kantor. Alasan
: Karena gerak yang Anda lakukan
merangsang aliran darah untuk lebih lancar mengalir ke seluruh pembuluh
darah dalam tubuh dan ke otak dan membuka pori-pori tubuh untuk
mengeluarkan keringat.

Gerak tubuh orang bersemangat bisa Anda bedakan dari gerak tubuh orang yang
tidak bersemangat. Jadi jika Anda sedang tidak bersemangat, coba ubah gerak
tubuh Anda menyerupai gerak tubuh orang yang bersemangat : Berjalan cepat,
kepala tidak menunduk, dada membusung, senyum. Ini akan membuat perasaan
Anda dari tidak bersemangat menjadi bersemangat ( lebih ceria ).

2. Merubah FOKUS :

Coba Anda lakukan hal ini ketika Anda sedang merasa negatif / bad mood :
Ubah fokus kita ke hal-hal atau pengalaman-pengalam an yang menyenangkan /
lucu / gembira / positif. Saya selalu membayangkan keberhasilan-
keberhasilan yang telah saya capai di masa lampau dan kegembiraan-
kegembiraan karena kesuksesan yang akan saya capai di masa yang akan datang
jika pikiran dan perasaan saya sedang negatif. Dengan demikian, saya akan
kembali terinspirasi dan termotivasi untuk kembali mengejar impian saya
walaupun sempat gagal di tengah jalan.

GAMPANG-GAMPANG SUSAH untuk melakukan hal ini. Tetapi ingat, awalnya hanya
dari "perasaan" dan berkembang menjadi kebiasaan. Jika kita lakukan secara
konsisten hal ini, maka ini dapat menjadi kebiasaan kita dan kita akan
lebih mudah untuk merubah perasaan kita.

3. Merubah SUARA INTERNAL :

Bayangkan ketika Anda menemani anak menonton film kartun dan mendengar
suara Donald Duck yang khas "wekkk ... wekkk ... wekkk ...". Mungkin Anda
akan turut tertawa atau tersenyum. Merubah suara interal berarti merubah
suara yang bagi kita terasa tidak mengenakkan ( misalkan umpatan, makian,
teguran dari atasan, klien, konsumen, rekan kerja, teman, dlsbnya ) menjadi
suara yang terdengar lucu bagi kita.

Suara yang terasa lucu bagi kita, misalkan suara Donald Duck yang khas,
suara orang berbicara gagap / terputus-putus, suara pria yang dibuat mirip
wanita, ataupun suara-suara lainnya yang menurut pengalaman Anda
masing-masing lucu. Dengan demikian akan merubah suasana hati menjadi lebih
positif dan bersemangat kembali.

4. Merubah ARTI :

Anda mungkin pernah membaca di surat kabar bahwa tingkat pengangguran yang
tinggi dan kehidupan ekonomi yang semakin sulit menyebabkan banyak orang
bunuh diri.

YES, Anda yang memberi arti terhadap hidup Anda. Jika si A menganggap
dirinya miskin segala-galanya, tidur di kolong jembatan, tidak punya
keluarga, makan dari sisa-sisa pemberian orang, dihina orang, cacat fisik,
dsbnya, kira-kira menurut Anda apakah yang akan dilakukan oleh si A ? Lebih
mungkin dia akan mengambil jalan pintas untuk bunuh diri.

Tetapi bandingkan dengan si B, dengan kondisi yang sama, tetapi dia memberi
arti lain bagi hidupnya. "Hari-hari seperti ini sudah cukup. Saya harus mau
berusaha lebih keras dan menghargai diri saya sehingga orang lain mau
menghargai saya juga." Dengan arti yang diberikan oleh si B, kemungkinan
dia untuk maju akan lebih terbuka.

5. Merubah SUASANA :

Pelatihan di alam terbuka akan membawa suasana dan hasil yang berbeda
dibandingkan dengan pelatihan di dalam ruangan. Tempat dan suasana yang
berbeda dari rutinitas sehari-hari bisa memberikan dampak yang
berbeda.

Contoh : Jika sehari-hari berada dan bekerja di kantor, maka cobalah pada
hari libur untuk mencari suasana yang berbeda. Ini berguna untuk
menyegarkan kembali suasana hati kita dan untuk pemulihan sel-sel
tubuh ( fisik ) kita.

Staff saya bahkan menyempatkan diri di sela-sela kesibukannya untuk
bersantai dan merubah suasana hati di lounge airport terminal internasional
J. Dengan begitu, menurut pengakuannya, sekembalinya dari tempat tersebut,
suasana hati menjadi lebih bersemangat dan positif. Entah mengapa. Mungkin
ada pengalaman yang menyenangkan / positif yang berhubungan dengan tempat
tersebut.

Sayapun suka membawa staff saya untuk pelatihan di alam terbuka ( enam
bulan sekali ). Terbukti, bahwa setelah kembali dari pelatihan, semangat
dan motivasi menjadi lebih terpacu. Silahkan dicoba !

6. Merubah INPUT :

Ketika Anda bersama keluarga menonton acara televisi : BUSER, PATROLI,
SERGAP, SMACK DOWN, dlsbnya, kira-kira apa komentar umum yang terlontar ?
"Koq, para penjahat tambah sadis ya ?", "Koq kota kita tambah ga aman ya
?", "Koq orang-orang jadi pada ga punya hati nurani ya ?" Akibatnya apa ?
Pikiran yang negatif mempengaruhi perasaan kita menjadi negatif.

Ubah perasaan kita menjadi positif dengan mendengarkan lagu-lagu
perjuangan, motivasi, misalnya : I Have A Dream – Westlife, The Power Of
The Dream – Celine Dion, We Are The Champion – Queen, dlsbnya. Baca
buku-buku motivasi dan pengembangan diri. Bacanya jangan 'Lampu Merah'
melulu. Ikut seminar, klub, organisasi, kursus untuk pengembangan
kepribadian dan bersosialisasi.

Dengan mengubah input yang masuk, kita memprogram ulang pikiran dan
perasaan kita untuk menjadi lebih baik.

Sharing selanjutnya adalah bagaimana cara untuk menggunakan dan
mengaplikasikan RAHASIA ini dalam hidup kita.

Orang paling bahagia

Orang paling bahagia

Pagi itu klinik sangat sibuk. Sekitar jam 9:30 seorang pria berusia 70-an
datang untuk membuka jahitan pada luka di ibu-jarinya. Saya menyiapkan
berkasnya dan memintanya menunggu, sebab semua dokter masih sibuk, mungkin
dia baru dapat ditangani setidaknya 1 jam lagi. Sewaktu menunggu, pria tua
itu nampak gelisah, sebentar-sebentar melirik ke jam tangannya. Saya merasa
kasihan. Jadi ketika sedang luang saya sempatkan untuk memeriksa lukanya,
dan nampaknya cukup baik dan kering, tinggal membuka jahitan dan memasang
perban baru. Pekerjaan yang tidak terlalu sulit, sehingga atas persetujuan
dokter, saya putuskan untuk melakukannya sendiri.

Sambil menangani lukanya, saya bertanya : "Apakah dia punya janji lain
hingga tampak terburu-buru".
Lelaki tua itu menjawab : "Tidak, saya hendak ke rumah jompo untuk makan
siang bersama istri saya, seperti yang saya lakukan sehari-hari".
Kemudian dia menceritakan, bahwa istrinya sudah dirawat di sana sejak
beberapa waktu dan istrinya mengidap penyakit Alzheimer.
Lalu saya bertanya : "Apakah istrinya akan marah kalau dia datang
terlambat".
Dia menjawab bahwa istrinya sudah tidak lagi dapat mengenalinya sejak 5
tahun terakhir.
Saya sangat terkejut dan berkata : "Bapak masih pergi ke sana setiap hari
walaupun istri Bapak tidak kenal lagi ?"
Dia tersenyum sambil tangannya menepuk tangan saya dan berkata : "Dia
memang tidak mengenali saya, tetapi saya masih mengenali dia, kan ?"

Saya terus menahan air mata sampai kakek itu pergi, tangan saya masih tetap
merinding, Cinta kasih seperti itulah yang saya mau dalam hidupku. Cinta
sesungguhnya tidak bersifat fisik atau romantis. Cinta sejati adalah
menerima apa adanya yang terjadi saat ini, yang sudah terjadi, yang akan
terjadi, dan yang tidak akan pernah terjadi. Bagi saya pengalaman ini
menyampaikan satu pesan penting : Orang yang paling berbahagia tidaklah
harus memiliki segala sesuatu yang terbaik, melainkan mereka dapat berbuat
yang terbaik dengan apa yang mereka miliki.


Sumber : Milis tetangga

Orang yang tidak pernah miskin

Orang yang tidak pernah miskin

Menjadi kaya, mungkin itu adalah impian banyak
sekali orang. Entah itu kaya secara material,
maupun kaya secara spiritual, apa lagi kaya
kedua-duanya, ia sudah menjadi magnet dengan daya
tarik yang demikian besar. Lebih dari delapan puluh
persen energi manusia terkuras untuk meraih ini semua.
Bahkan tidak sedikit manusia yang menghabiskan
hampir seluruh hayatnya hanya untuk menjadi kaya.
Tidak ada satupun manusia waras yang bercita-cita
untuk menjadi miskin.

Di tengah arus deras pencaharian seperti ini,
dalam renungan-renungan keheningan kadang
terpikir, adakah manusia yang tidak pernah miskin?
Ya sejak lahir sampai dengan meninggal, ia tidak
pernah mengalami kemiskinan. Kalau orang seperti itu
ada, betapa beruntungnya dia. Lama sempat saya
mencari orang-orang yang tidak pernah miskin ini.
Dari sekian desa dan kota yang sempat saya kunjungi.
Entah di negeri sendiri, atau di negeri orang,
sungguh teramat sulit menemukannya. Ada yang lahir
serta besar di keluarga kaya secara materi,
namun merasa diri paling miskin di dunia.
Sebab, selalu membandingkan dirinya dengan orang
yang lebih tinggi. Ada juga yang lahir dan tumbuh
di keluarga yang kaya secara spiritual,
tetapi menyesali kehidupan materinya yang
serba kekurangan.

Ada jawaban yang sederhana dan mendasar
mengenai kemiskinan ini, yaitu:
"those who are good at enjoying life are not poor".
Dengan kata lain, manusia yang tidak pernah
miskin berkaitan dengan seberapa baik dan seberapa bisa
ia menikmati dan mensyukuri hidupnya.
Begitu kemampuan menikmati dan mensyukuri melekat
dalam pada kehidupan seseorang, maka masuklah ia
dalam kelompok yang tak pernah miskin.

Bagaimana bisa disebut miskin kalau pada
tingkatan penghasilan dan kehidupan manapun ia
hanya mengenal kata syukur, syukur dan syukur.
Di tahapan-tahapan awal, syukur memang
memerlukan pembanding, terutama pembanding yang
lebih rendah. Akan tetapi, dalam pemahaman yang
lebih mendalam, syukur adalah syukur. Ia tidak
lagi memerlukan pembanding.

Tuhan tidak menjanjikan hari-hari tanpa sakit,
Tertawa tanpa kesedihan,
Matahari tanpa hujan,
Tetapi Dia menjanjikan kekuatan untuk hari itu,
Kebahagiaan untuk air mata,
Dan terang dalam perjalanan.

Sumber : Milis Tetangga

Selasa, 01 September 2009

Kebaikan Menghasilkan Keajaiban-Keajaiban

Kebaikan Menghasilkan Keajaiban-Keajaiban
-- Gede Prama

Lelah dan letih, mungkin itu kata yang tepat untuk mewakili keadaan tubuh
dan jiwa saya menjelang 2 Maret 2001. Sebuah tanggal yang membuat umur saya
menjadi tiga puluh delapan tahun. Banyak orang memang meyakini, kehidupan
mulai di umur empat puluh tahun. Dan entah apa yang terjadi kelak, kalau
saya sudah sampai pada titik start kehidupan terakhir. Mudah2an lelah dan
letih ini hanya kondisi sesaat saja. namun, yang jelas kendati sang badan
dan jiwa sudah mengeluh letih, tetap saja stok rasa syukur tidak berkurang.
Malah, semakin hari semakin bertambah, bertambah dan bertambah.

Izinkan saya berbagi refleksi dari salah satu pojokan rasa syukur yang
dikaruniai Tuhan. Masih segar sekali dalam ingatan, ketika pertama kali
menginjakkan kaki di ibu kota Jakarta ini dengan membawa ijazah sarjana
ditahun 1985, di terminal bus Pulo Gadung, saya bertanya ke diri sendiri;
akankah saya bisa tumbuh di Jakarta ini? Antara optimis dan ragu, saya
bergerak menuju kerumah keluarga di Pasar Minggu sana. Ketika pikiran
optimis datang, hati saya berkata : beruntunglah mereka yang bisa
mendapatkan saya jadi pekerja. Tatkala pikiran pesimis berkunjung, bayang2
manusia kalah yang kembali pulang ke kampung menghantui saya.
Kalau saja ada orang yang bertanya ketika itu, apa modal jualan saya di
Jakarta agar diri saya laku jadi pekerja, terus terang, hanya
kebingunganlah jawabannya. Maka tertulislah dalam sejarah kehidupan saya,
seorang anak manusia yang menganggur di Jakarta ini hampir dua tahun. Kalau
jalan2 sepanjang Jakarta setiap hari, hanya untuk mengobati rasa malu pada
tetangga karena kelihatan menganggur, sudah menjadi menu sehari2 ketika
itu. Belum lagi ditambah dengan bayangan malu pada orang2 di kampung, sudah
bergelar sarjana, telah berkeluarga namun jadi pengangguran.
Ketika menghadapi godaan2 karier yang hebat di awal2 karier, hanya rasa
malu terakhirlah yang membuat saya bertahan. Entah godaan hampir
diberhentikan ketika baru mulai kerja, godaan baru pulang dari Inggris dan
Prancis kemudian menganggur lagi. Yang jelas, kalau ada bayangan cengeng
yang meminta saya harus pulang kampung jadi manusia kalah, cepat2 dihapus
dari kepala. Rumusnya sederhana, saya anggap sudah tidak punya apapun di
kampung sana.

Belasan tahun setelah kisah ini berlalu, sisi2 menyedihkan sudah sangat
berkurang. Diganti dengan pojokan2 rasa syukur yang hadir disana-sini. Ada
saja bahan yang bisa membuat saya bertutur reflektif kepada Anda di hari
ulang tahun ini.  Hadiah ulang tahun yang patut di syukuri di tahun 2001
ini, karena ada pemilik perusahaan yang mempercayakan perusahaannya kepada
saya untuk dipimpin.
Dalam lorong2 renungan saya menoleh kembali kebelakang, ternyata Tuhan
menghadiahi saya sejumlah lompatan karier. Satu hal, yang tidak ditemui
oleh kebanyakan sahabat dan kerabat dekat. Dalam bahasa seorang rekan, dua
tahun berturut2 naik pangkat ditempat yang tinggi. Jadi konsultan dua
tahun, jadi komisaris dua tahun, jadi direktur SDM dua tahun dan ditahun
2001 ini jadi CEO. Dan yang membuat sahabat dan kerabat tambah iri, posisi
ini saya lakoni tetap dengan tidak meninggalkan habitat saya yang lama
(jadi penulis, pembicara dan konsultan).
Ada orang yang mengira saya hebat. Dan kalau boleh jujur, bila kinerja,
kepintaran dan pendidikan ukurannya dan diserahkan ke saya sendiri untuk
memilih CEO-nya, saya akan memilih orang lain. Tentu ada yang bertanya,
lantas apa modal saya bisa sampai disini? Sebenarnya tidaklah hebat2
sangat, karena modal saya dimiliki semua orang. Modal tadi bernama
kebaikan. Kebaikan dan hanya kebaikan, itu dan hanya itu.
Ketika orang berebut kekuasaan saling sikut, saya biarkan saja sambil tetap
bekerja. Tatkala ada yang mencoba menjegal saya kiri kanan, kadang memang
ada dorongan ego untuk melawan, tetapi kerap saya rem dengan keyakinan :
kebaikanlah penyelamat kita yang paling utama. Ada yang mencoba naik dengan
segala cara, dan bahkan menginjak kepala. Saya ingatkan diri saya : tidak
ada pengorbanan yang terbuang percuma. Ada yang menjelek2kan saya di depan
umum, dan memang sangat menyakitkan. Akan tetapi, ini berhasil saya
tenangkan dengan cara serupa.

Berhadapan dengan orang2 atas dengan value yang berbeda memang menghadirkan
tantangan tersendiri. Kadang, identitas saya yang asli bisa dikotori dengan
nilai2 baru. Inipun senantiasa saya rem, rem dan rem. Pernah terjadi, diri
saya dibuat demikian tertekan oleh orang atas, dan memancing saya untuk
mundur. Inipun berhasil direm dengan rumus basi yang sama. Demikian juga
ketika berhadapan dengan pekerja bawah yang di zaman2 ini teramat berani.
Kebaikan dan kejujuran mengalahkan segalanya. Tidak hebat2 sangat bukan?
Anda serta siapapun bisa melakukannya. Modalnya hanya satu, niat kuat untuk
memulai dan kemudian bertahan dengan seluruh tenaga. Lelah, capek dan
bahkan kadang sakit memang. Tapi, mana ada kebaikan yang bisa hadir tanpa
bayaran ?

Dalam perjalanan hidup seperti ini, kalau boleh saya menyimpulkan untuk
sementara, apa kearifan kehidupan yang mau dibagi di hari ulang tahun ini
sebenarnya sederhana. Ternyata, kebaikan dan kejujuran menghasilkan banyak
sekali keajaiban2 hidup.