Kamis, 10 September 2009

Seekor semut

Seekor Semut

Dalam perjamuan makan malam, yang dihadiri oleh
seorang Guru Besar Spiritual dan beberapa umatnya.
Tiba-tiba seekor semut merayap ke atas meja, dan
langsung mengarah pada sebuah piring yang penuh berisi
bermacam-macam kue.
Seorang umat yang berada dekat dengan semut tersebut
secara alamiah, tampak langsung berinisiatif
mengangkap telapak tangannya untuk berbuat sesuatu
terhadap semut tersebut.
Sang Guru langsung berkata kepada umatnya, "Jangan
dibunuh, tapi pindahkan saja kebawah meja. Kita juga
harus menghindari perbuatan membunuh, walau terhadap
seekor semut kecil sekalipun."
Mendengar nasehat Gurunya, murid yang ingin menepak
semut tersebut, seketika berubah menjadi penuh welas
asih. Tampak sekali, sang murid sangat berhati-hati
berusaha memindahkan sang semut. Walaupun cukup lama
karena takut terjadi kesalahan yang membahayakan sang
semut, akhirnya dirinya berhasil juga memindahkan
semut tersebut kebawah meja.
Melihat kejadian yang demikian, para murid lainnya
merasa bangga akan perbuatan mulia dari Guru mereka
yang telah memberikan contoh yang luar biasa.
Terlebih-lebih murid yang memindahkan semut tersebut,
karena telah terselamatkan dari perbuatan yang buruk,
menjadi perbuatan yang Mulia.
Tampak diseberang meja, ada seorang anak kecil yang
sejak awal memperhatikan apa yang terjadi di meja sang
Guru dan murid-muridnya.
Tiba-tiba sang anak kecil dengan lugunya berkata
kepada Ibunya, "Ma, Guru ini kok pelit sekali. Semut
yang ingin memakan secuil kue saja engga dikasih.
Padahal kue mereka banyak sekali. Kasihan, semutnya
kelaparan, Ma...."
Mendengar komentar anaknya yang sangat tidak terduga,
muka sang ibu langsung sangat merah karena malu. Sang
ibu langsung berkata kepada anaknya, "Bukannya pelit,
tapi bila semut tersebut menyentuh makanan. Nanti
makanan itu akan menjadi kotor dan mengandung bibit
penyakit. Dan, mereka semua tentu akan menjadi
sakit.... Sudah, kamu habiskan makanan kamu sekarang.
Jangan lihatin orang lain."
Rupanya sang Guru dan muridnya mendengar juga apa yang
dikatakan oleh sang anak, dan apa yang dijelaskan sang
ibu.
Dalam hati dirinya mengakui, bahwa ketika dirinya
melarang umatnya untuk membunuh semut tersebut.
Dirinya memang merasa kasihan terhadap sang semut, dan
juga untuk mencegah umatnya melakukan perbuatan
membunuh. Dan, perkataan anak kecil tersebut ada
benarnya. Dirinya langsung terbayang bahwa betapa
susahnya perjuangan sang semut tersebut dalam mencari
makanannya. Sehingga semut tersebut berani mengambil
resiko dan  bersusah payah untuk naik keatas meja,
hanya untuk mendapatkan sisa-sisa makanan yang sangat
tidak berarti bagi manusia. Tetapi apa yang diperbuat
manusia, mereka kadang langsung membunuhnya. Walau
semut ini tidak jadi terbunuh oleh muridnya sekarang,
karena berhasil dicegahnya dan dipindahkan ketempat
lain. Tetapi pasti, semut tersebut akan naik kembali
ke meja orang lain, dan kemungkinan dibunuh besar
sekali. Sungguh betapa besar resiko dan susah
perjuangan semut tersebut, hanya demi sisa makanan
yang tidak berarti.
Seketika itu juga, dengan mendadak sang Guru berkata,
"Cepat ! cari kembali semut tersebut !". Serentak para
muridnya langsung  berjongkok dan mencari-cari dibawah
meja.
Melihat para muridnya, yang langsung menghilang
kebawah meja. Sang Guru langsung terbahak-bahak dan
berkata,"Ha..ha..ha..ha, anak kecil dan seekor semut
kecil ternyata dapat menjadi Guru yang terbaik."
Mendengar tertawaan dan perkataan Guru mereka yang
demikian, semua muridnya saling memandang satu dengan
lainnya, sambil kebingungan.
Tampak diseberang meja, terdengar lagi suara seorang
anak kecil yang tertawa sambil berkata, "ha..ha..ha.
Mama lucu deh. Semuanya lagi pada sembunyi dibawah
meja, kaya si Benji."

Tidak ada komentar: