Senin, 14 September 2009

Puisi Wiji Thukul

Halo semuanya.
Jaman Orde Baru terkenal dengan banyaknya orang-orang yang hilang secara misterius. Salah satu dari orang hilang itu adalah Wiji Thukul. Mengapa dia "dihilangkan" ? Banyak orang mengatakan karena puisi-puisinya yang "keras". Di bawah ini ada tiga puisi Wiji Thukul : "Sajak Suara", "Peringatan" dan "Bunga dan Tembok". Silakan menikmati.
 
Salam,
PDS
 

Sajak Suara

sesungguhnya suara itu tak bisa diredam
mulut bisa dibungkam
namun siapa mampu menghentikan nyanyian bimbang
dan pertanyaan-pertanyaan dari lidah jiwaku

suara-suara itu tak bisa dipenjarakan
di sana bersemayam kemerdekaan
apabila engkau memaksa diam
aku siapkan untukmu : pemberontakkan!

sesungguhnya suara itu bukan perampok
yang merayakan hartamu
ia ingin bicara
mengapa kaukokang senjata
dan gemetar ketika suara-suara itu
menuntut keadilan?

sesungguhnya suara itu akan menjadi kata
ia yang mengajari aku untuk bertanya
dan pada akhirnya tidak bisa tidak
engkau harus menjawabnya
apabila engkau tetap bertahan
aku akan memburumu seperti kutukan


Peringatan

Jika rakyat pergi
Ketika penguasa pidato
Kita harus hati-hati
Berangkali mereka putus asa

Kalau rakyat sembunyi
dan berbisik-bisik
ketika membicarakan masalahnya sendiri
penguasa harus waspada dan belajar mendengar

bila rakyat tak berani mengeluh
itu artinya sudah gawat
dan bila omongan penguasa
tidak boleh dibantah
kebenaran pasti terancam

apabila usul ditolak tanpa ditimbang
suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
dituduh subversif dan mengganggu keamanan
maka hanya da satu kata: lawan!


Bunga dan Tembok

seumpama bunga
kami adalah bunga yang tak
kauhendaki tumbuh
engkau lebih suka membangun
rumah dan merampas tanah

seumpama bunga
kami adalah bunga yang tak
kauhendaki adanya
engkau lebih suka membangun
jalan raya dan pagar besi

seumpama bunga
kami adalah bunga yang
dirontokkan di bumi kami sendiri

jika kami bunga engkau adalah tembok
tapi di tubuh tembok itu
telah kami sebar biji-biji
suatu saat kami akan tumbuh bersama
dengan keyakinan : engkau harus hancur

dalam keyakinan kami
di mana pun-tirani harus tumbang!

Solo 87-88

1 komentar:

Taufik Nurrohman mengatakan...

Puisi adalah sebuah proses pencarian kata terakhir yang sangat menarik!