Kamis, 03 September 2009

Orang yang tidak pernah miskin

Orang yang tidak pernah miskin

Menjadi kaya, mungkin itu adalah impian banyak
sekali orang. Entah itu kaya secara material,
maupun kaya secara spiritual, apa lagi kaya
kedua-duanya, ia sudah menjadi magnet dengan daya
tarik yang demikian besar. Lebih dari delapan puluh
persen energi manusia terkuras untuk meraih ini semua.
Bahkan tidak sedikit manusia yang menghabiskan
hampir seluruh hayatnya hanya untuk menjadi kaya.
Tidak ada satupun manusia waras yang bercita-cita
untuk menjadi miskin.

Di tengah arus deras pencaharian seperti ini,
dalam renungan-renungan keheningan kadang
terpikir, adakah manusia yang tidak pernah miskin?
Ya sejak lahir sampai dengan meninggal, ia tidak
pernah mengalami kemiskinan. Kalau orang seperti itu
ada, betapa beruntungnya dia. Lama sempat saya
mencari orang-orang yang tidak pernah miskin ini.
Dari sekian desa dan kota yang sempat saya kunjungi.
Entah di negeri sendiri, atau di negeri orang,
sungguh teramat sulit menemukannya. Ada yang lahir
serta besar di keluarga kaya secara materi,
namun merasa diri paling miskin di dunia.
Sebab, selalu membandingkan dirinya dengan orang
yang lebih tinggi. Ada juga yang lahir dan tumbuh
di keluarga yang kaya secara spiritual,
tetapi menyesali kehidupan materinya yang
serba kekurangan.

Ada jawaban yang sederhana dan mendasar
mengenai kemiskinan ini, yaitu:
"those who are good at enjoying life are not poor".
Dengan kata lain, manusia yang tidak pernah
miskin berkaitan dengan seberapa baik dan seberapa bisa
ia menikmati dan mensyukuri hidupnya.
Begitu kemampuan menikmati dan mensyukuri melekat
dalam pada kehidupan seseorang, maka masuklah ia
dalam kelompok yang tak pernah miskin.

Bagaimana bisa disebut miskin kalau pada
tingkatan penghasilan dan kehidupan manapun ia
hanya mengenal kata syukur, syukur dan syukur.
Di tahapan-tahapan awal, syukur memang
memerlukan pembanding, terutama pembanding yang
lebih rendah. Akan tetapi, dalam pemahaman yang
lebih mendalam, syukur adalah syukur. Ia tidak
lagi memerlukan pembanding.

Tuhan tidak menjanjikan hari-hari tanpa sakit,
Tertawa tanpa kesedihan,
Matahari tanpa hujan,
Tetapi Dia menjanjikan kekuatan untuk hari itu,
Kebahagiaan untuk air mata,
Dan terang dalam perjalanan.

Sumber : Milis Tetangga

Tidak ada komentar: