Minggu, 21 Juni 2009

Patahkan kakinya

PATAHKAN KAKINYA

Ada seorang gembala domba dan dia memiliki banyak domba peliharaan. Dalam
keseharian dia menggembalakan domba, memberi mereka makan, membawa mereka
ke padang rumput. Dia menemukan seekor domba yang nakal dan memiliki
karakter
yang sangat berbeda dengan domba-domba yang lain.Domba nakal ini selalu
memisahkan diri dari teman-temannya. Ketika domba-domba yang lain makan
rumput secara berkelompok, dia akan keluar dari kelompoknya dan pergi ke
tempat yang dia suka, atau ketika gembalanya sedang menggiring
domba-dombanya ke padang rumput, si domba nakal akan lari sendirian ke arah
yang berlawanan, jauh dari kelompoknya.
Gembala itu adalah seorang gembala yang baik, karena itu ia selalu mengejar
domba nakal ini dan menempatkannya kembali ke kelompoknya. Dan hal ini
selalu dia lakukan berulang kali, jadi, bila si domba nakal memisahkan
diri, si gembala akan mengejar dan menggendongnya untuk mengembalikan dia
ke kelompoknya.

Gembala ini begitu sabar menghadapi hal ini, tapi setelah berkali-kali hal
ini terjadi, si gembala pusing juga dan dia mulai menyampaikan hal ini
kepada Tuhan dalam doanya : "Tuhan,...Engkau adalah seorang Gembala yang
baik, Mazmur Daud pun menggambarkan Engkau sebagai Gembala yang membawa
domba-dombaMu ke padang rumput yang hijau. Sebagai seorang Gembala, aku
percaya bahwa Engkau pun mengalami hal-hal yang saya alami ini ketika
Engkau sedang menggembalakan dombaMu. Tuhan, Engkau Allah yang mengetahui
segala sesuatu, kalau Engkau ada pada posisiku, apa yang akan Engkau
lakukan dalam
menghadapi domba yang nakal ini ?"

"Patahkan kakinya", kata Tuhan. "Haa ? Patahkan kakinya..?", gembala itu
terkejut dan ragu. Tapi, kembali Tuhan menegaskan : "Patahkan kakinya".

Menyadari bahwa Allah mengetahui segala sesuatu, dia mengikuti apa yang
Tuhan perintahkan untuk dia lakukan. Maka, esok harinya, ketika sedang
menggembalakan domba dan si domba nakal kembali melakukan kebiasaannya, si
gembala mengangkatnya, sambil berkata dalam hati : "Tuhan, aku nggak tega,
tapi karena Engkau yang suruh aku untuk patahkan kakinya, maka aku akan
patahkan kakinya".

Si domba nakal merintih kesakitan dan si gembala nggak tahan mendengarnya.
Hatinya sakit sekali mendengar rintihan itu, namun dia sangat mengasihi
domba itu dan dia patuh dengan apa yang Tuhan suruh dia lakukan. Setelah
dia mematahkan kaki si domba nakal, kaki tersebut dia balut. Setiap hari
dia menggendong domba nakal itu karena dia nggak bisa berjalan. Si domba
itupun dirawat olehnya. Domba itu makan rumput di samping gembalanya karena
bila dia makan rumput dengan teman-temannya - dia akan terinjak. Bila
sedang berjalan-jalan di padang rumput, si gembala akan menggendongnya.
Inilah yang terjadi, setiap kali domba nakal ini haus, dia akan menjilat
keringat si gembala yang menggendongnya. Kepalanya selalu bersandar pada
dada si gembala dan menggosokkan kepalanya di bahu gembala bila sedang
berjalan-jalan di padang rumput.

Selama kakinya patah, domba nakal ini sangat bersikap manis dan hampir
setiap saat, dia menjilat keringat gembalanya. Dia tidak berdaya, sangat
bergantung pada gembalanya. Akhirnya, kakinya pun sembuh. Si gembala
membuka balut pada kakinya dan melepaskannya untuk bermain-main dengan
teman-temannya yang lain. Namun, hal inilah yang terjadi : dia tidak
berlari
ke kelompoknya, tapi terus merapatkan dirinya di antara kaki gembalanya,
sehingga si gembala mengangkatnya (si domba nakal masih terus menerus
menjilat keringat si gembala) dan harus meletakkan dia di kelompoknya, tapi
si domba nakal selalu berlari mengikuti dan merapatkan dirinya kembali ke
gembalanya.

Si gembala berulang kali melakukan hal ini, tapi berulang kali pula si
domba nakal kembali kepadanya. Si gembala heran dengan perilaku domba nakal
ini, dan dalam keheranannya Tuhan berkata kepadanya : "Itulah yang tidak
dimengerti oleh umatKu, ketika Aku membiarkan mereka berbeban berat atau
terluka atau Aku ijinkan sesuatu menimpa mereka, itu adalah untuk membawa
mereka mendekat kepada-Ku. Aku melakukan itu untuk membuat mereka mengerti
betapa berharganya mereka di hati-Ku, betapa Aku ingin mereka hidup
bergantung hanya pada-Ku, dekat dan intim dengan-Ku. Tapi, seringkali
mereka tidak tahu. Mereka justru semakin menjauh ketika hal-hal itu
terjadi".

Gembala itu akhirnya mengerti, mengapa Tuhan menyuruh dia mematahkan kaki
domba nakal itu.

Tidak ada komentar: