Kamis, 11 Juni 2009

Belajar Memimpin

Belajar Memimpin
Diterjemahkan Oleh : Suria - DSKU

Pada awal karirku di AD Amerika Serikat, aku ditugaskan di Fort Benning,
Georgia, dan menjalani Latihan Lanjutan Penerbangan selama satu bulan.
Suatu malam, kami harus terjun payung dari sebuah helicopter, sesudah
berjalan seharian penuh. Malam itu angin berhembus kencang dan hujan. Kami
pun telah kecapaian. Aku adalah perwira senior yang turut di pesawat
tersebut. Dalam kebisingan suara mesin heli, aku memerintahkan kepada
setiap orang untuk memeriksa ulang tali statis - kabel yang dikaitkan pada
lantai, yang akan membuka parasut pada saat kami terjun. Mendekati lokasi
penerjunan, aku berteriak agar semua memeriksa kaitan kembali.

Akhirnya, seperti nenek-nenek cerewet, aku berjalan diantara
prajurit-prajurit yang berhimpitan, memeriksa langsung setiap tali. Yang
mengejutkan, ada sebuah kait yang longgar. Aku menunjukkan tali yang
longgar tersebut pada wajah orang tersebut. Dia terkejut. Orang tersebut
akan terjun dari helicopter dan akan jatuh seperti sebuah batu. Orang
tersebut menggumamkan terima kasihnya. Pelajaran tersebut jelas. Saat-saat
stress, ketidak pastian dan kelelahan adalah saat-saat dimana
kesalahan-kesalahan terjadi.. Ketika semua dalam keadaan surut, pimpinan
harus hati-hati dua kali lipat. "SELALU MEMERIKSA HAL-HAL KECIL" menjadi
salah satu peraturanku.

Dalam 35 tahun karirku di AD, aku belajar banyak tentang kepemimpinan.
Pelajaran-pelajaran tersebut terasa sangat berguna bagiku ketika aku
berpangkat Letnan Dua, dan ketika aku menjadi Pimpinan Staf Gabungan,
ranking tertinggi jabatan militer di AS. Aku yakin berpendapat bahwa
"aturan" kepemimpinan ternyata secara mengherankan adalah sama untuk setiap
orang, apakah anda pimpinan sebuah unit militer, staf perusahaan atau team
Liga Kecil (Liga Baseball Anak-anak).

========

MEMBUAT KEPUTUSAN YANG SULIT

Pada tahun terakhirku di New York City College, aku diangkat menjadi
pimpinan kelompok Pershing Rifles, bagian dari kelompok mahasiswa Reserve
Officers' Traning Corps. Tahun sebelumnya, team latihan kami telah
memenangkan kejuaran biasa dan kejuaraan trick pada kompetisi regional. Aku
telah memimpin team latihan saat itu, jadi aku mengambil team biasa dan
menugaskan John rekanku untuk memimpin team trick.

Dari awal, aku telah merasa bahwa team trick kehilangan kekuatannya. John,
biasanya seorang pemimpin yang baik, menyurut karena masalah kekasihnya.
Anggota lain mengeluh bahwa pikiran John tidak pada pekerjaannya. Aku ingin
menugaskan rekan lain untuk team tersebut, tetapi John terus menerus
mengatakan "Aku dapat melakukannya". Sayangnya John gagal. Team biasa kami
menang tahun itu, tetapi kami kalah pada kompetisi trick. Aku marah,
terutama pada diriku sendiri. Aku telah mengecewakan team dan John juga,
dengan membiarkannya terus berjalan dengan dasar yang belum siap.

Hari itu, aku belajar bahwa SEBAGAI PEMEGANG WEWENANG, BERTUGAS MEMBUAT
KEPUTUSAN, TIDAK MASALAH BETAPAPUN SULITNYA. JIKA ADA YANG SALAH, PERBAIKI.
Seorang pimpinan tidak dapat membuat pengorbanan besar dalam situasi yang
buruk hanya karena demi perasaan seseorang.

=========

JANGAN MENGHUKUM SETIAP KESALAHAN

Dalam salah satu tugas pertamaku, sebagai Perwira Muda Infantry, aku
dikirim ke Infantry ke 48 dekat Frankfurt, Jerman. Saat itu, senjata utama
kami adalah Meriam Atom 280 mm. Dikawal oleh regu-regu infantry,
meriam-merian tersebut terus menerus dipindah-pindahkan disekeliling hutan
diatas truk, sehingga pihak Soviet sulit mengetahui posisi dari meriam
tadi.

Suatu hari Kapten Tom Miller menugaskan reguku untuk mengawal sebuah meriam
tersebut. Aku memepersiapkan anak buahku, dan mengendarai jeep-ku. Aku
belum jauh ketika kusadari pistol 45 ku hilang. Aku terkejut. Di AD,
kehilangan senjata adalah masalah serius. Aku tidak punya pilihan lain
kecuali menghubungi Kapten Miller di radio dan memberitahukan kehilangan
tersebut.

"Apa ?!?" katanya tidak percaya. Dia berhenti sejenak, kemudian menambahkan
"Baiklah, teruskan misi-mu".

Ketika aku kembali, bimbang menghadapi keputusan untukku, Kapten Miller
memanggilku. "Aku punya sesuatu untukmu", katanya memberikan pistolku.
"Beberapa anak di desa menemukannya pada saat terjatuh dari kantung
pistolmu".

"Anak-anak menemukannya ?" Aku merasa terkejut sekali.

"Yeah", katanya, "Untungnya mereka hanya menembakkan satu peluru sebelum
kami mendengar suara tembakan dan mengambil pistol itu". Kemungkinan bahaya
yang ditimbulkan membuatku lemas. "Demi Tuhan, Nak, jangan membiarkan hal
itu terulang lagi".

Dia menjalankan mobilnya. Aku memeriksa magazen pistolku dan ternyata masih
penuh. Pistol tersebut belum ditembakkan sekalipun. Kemudian aku mengetahui
bahwa pistol itu terjatuh ditendaku sebelum aku berangkat. Kapten Miller
telah mengarang cerita tentang anak-anak desa agar aku khawatir dan
berhati-hati sekali. Pada saat sekarang AD mungkin akan melakukan
penyidikan, memanggil pengacara, dan kemungkinan besar akan memberikan
tanda buruk pada catatanku. Kapten Miller memberiku kesempatan untuk
belajar dari kesalahanku.

Contoh yang diberikannya untuk kepemimpinan yang rapi tidak terhilangkan
padaku. TAK SEORANGPUN NAIK KEPUNCAK TANPA PERNAH TERGELINCIR. Jika
seseorang melakukan kesalahan, aku merasa tidak perlu menendangnya sebagai
hukuman. Falsafahku adalah : Angkat mereka, bersihkan, dan gerakkan
kembali.

=========

MILIKI TUJUAN YANG JELAS

Pada pertempuranku yang pertama, aku menjadi Advisor pada suatu Batalyon
Infantry Vietnam Selatan yang berkedudukan sepanjang perbatasan Laos.
Pimpinan Batalyon, Kapten Vo Cong Hieu, membawaku dalam suatu inspeksi
tidak resmi di base camp kami pada saat aku tiba. Sebuah gunung menjulang
tepat dibelakang pos kami. Aku menunjuk pada gunung tersebut, dan Vo
berkata sambil menyeringai, "Laos". Dari sisi gunung tersebut, musuh dapat
saja menjatuhkan batu-batu ke markas kami. Aku bertanya-tanya mengapa basis
tersebut didirikan pada titik yang begitu rawan.

"Pos yang sangat penting" kata Vo meyakinkanku.

"Apa misinya ?" tanyaku.

"Pos disini untuk melindungi lapangan terbang", katanya sambil menunjuk
heli yang baru terbang.

"Untuk apa lapangan terbang disini ?" tanyaku lagi.

"Untuk memberi supply ke pos ini".

Dari latihan militerku, aku mengetahui peran kami adalah membuat kesan
"kehadiran" dan membuat Viet Cong tidak bergerak lebih jauh. Tetapi
jawaban-jawaban dari Vo adalah kenyataan langsung. Pos disini untuk
melindungi lapangan terbang, dan lapangan terbang untuk memberi supply
kepada pos. Strategi AS yang lebih luas untuk Vietnam tidak pernah lebih
jelas, walaupun bertahun-tahun kemudian, yang menyebabkan kegagalan AS di
Vietnam sepuluh tahun kemudian. PIMPINAN HARUS MEMILIKI TUJUAN YANG JELAS
DAN MENCIPTAKAN CARA UNTUK MENCAPAI TUJUAN-TUJUAN TERSEBUT, atau mereka
cuma membuang waktu, sumber daya dan tragisnya, kehidupan.

===========

BUATLAH TEAM-MU MERASA PENTING

Ketika aku menjadi ajudan batalyon dari suatu unit baru, pekerjaanku adalah
menangani personel, surat dan "semangat dan kesejahteraan". Komandan-ku
adalah Kolonel William C. Abernathy, yang menugaskan pasukan bekerja keras
tetapi juga membuat mereka bersemangat tinggi.

Suatu hari, kolonel memintaku menyiapkan suatu sistem surat "Selamat Datang
Bayi". Setiap prajurit yang istrinya melahirkan, akan menerima surat
pribadi dari Komandan Batalyon yang memberi selamat kepada mereka. Surat
kedua disampaikan kepada si bayi langsung. Abernathy memintaku bahwa
surat-surat tersebut dikirimkan pada hari bayi tesebut dilahirkan.

Tidak antusias menjalankan tugas tersebut, aku berlambat-lambat dalam
mempersiapkan sistem tadi. Ketika Abernathy mengetahui hal tersebut, dia
menegurku dengan keras. Aku kembali ke kantorku dan segera menambahkan
Laporan Populasi dalam tugasku. Betapa herannya diriku, kami mendapat
feedback yang positif dari surat-surat tersebut. Para prajurit sangat
terkesan dengan perhatian dari Abernathy. Para Ibu menulis mereka merasa
sangat dihargai dianggap sebagai bagian dari kehidupan AD suami-suami
mereka.

Sebuah pelajaran baru didapat dan dicatat. CARILAH CARA UNTUK TURUN KE
BAWAH DAN MENYENTUH SETIAP ORANG PADA SUATU UNIT. BUAT MEREKA MERASA
PENTING DAN MENJADI BAGIAN DARI SESUATU YANG LEBIH BESAR DARI DIRI MEREKA.

==========

RAGUKAN PARA AHLI

Untuk suatu waktu di Vietnam aku menjadi Komandan dari Lapangan terbang Hue
Citadel. Seorang pilot jagoan menyebarkan isu bahwa Lapangan dipimpin oleh
seorang yang bukan penerbang dan menantangku untuk terbang akrobat
bersamanya. Egoku merasa ditantang, sehingga aku menerimanya. Segera
menjadi jelas bahwa jagoan ini mencoba menjatuhkanku atau mengeluarkan isi
perutku dari pesawat. Dia melakukan rol putaran, menukik tegak lurus dan
penerbangan akrobat lainnya yang memusingkan. Akhirnya, pada saat dia
terbang datar, aku melihat kebawah dan terkejut melihat suatu tanda daerah
yang asing - rel kerata api diatas bukit.

"Kau tahu dimana kita berada ?" aku berteriak.

"Sedikit disebelah utara Quang Tri", jawabnya meyakinkan.

"Tolol kau", teriakku kembali diantara deru angin. "Terbangkan pesawat ini
kembali ke selatan, dan keluarkan kita dari sini. Kita diatas Vietnam
Utara".

Ternyata aku benar, dan aku mengembangkan aturan baru : JANGAN TERDESAK
OLEH PARA AHLI, MEREKA SERING MEMILIKI LEBIH BANYAK DATA DARI PADA
PENILAIAN.

====

JANGAN PERNAH MENGECILKAN ANTUSIASME

Saat itu Pk.01.00 suatu pagi yang dingin di bulan April. Aku adalah Letnan
Kolonel yang membawahi suatu batalyon dalam suatu latihan di Korea. Selama
seminggu, kami tidur disiang hari dan latihan dimalam hari. Latihan
berakhir, dan para prajurit yang kelelahan rebahan ditanah, menunggu
diangkut oleh truk kembali ke camp. Kemudian aku menerima berita bahwa
Divisi kekurangan BBM untuk mengangkut batalyon kembali sejauh 20 mil ke
camp. Kami harus berjalan kaki. Para prajurit dengan kesusahan berdiri dan
mulai berjalan, terlalu capai untuk mengeluh. Kami sedang melalui suatu
desa Korea, ketika Kapten Harry "Skip" Mohr melambat untuk berbicara
padaku. "Hanya tinggal 12 mil lebih sedikit", katanya bersemangat. "Jika
kita berjalan cepat, kita dapat menyelesaikannya dalam 3 jam, dan kemudian
meminta kualifikasi untuk E.I.B.".

Mohr mengetahui aku sedang mencoba memasukkan sebanyak mungkin prajurit
untuk mendapatkan Expert Infantryman Badge (Badge / Tanda Infantry Ahli),
yang biasanya didapat oleh kurang dari satu diantara lima orang infantry.
Kami telah memenuhi persyaratan latihan fisik, disamping pembacaan peta,
navigasi dan test lainnya. Rintangan yang tersisa hanya pendakian 12 mil
dalam 3 jam. Aku melihat medan yang turun naik.

"Skip, kamu bercanda" kataku padanya.

"Pak, medan relatif datar hingga 2 mil terakhir. Saya mengetahui
orang-orang kita. Mereka dapat melakukannya".

Perintah untuk berjalan sesuai irama terdengar disana sini. Dalam dua jam
kemudian, parka terbuka, keringat mengucuri wajah pada malam yang beku, dan
gerakan dan bunyi nafas dari ratusan orang terdengar seperti angin. Kami
menghadapi satu bukit curam terakhir sebelum masuk ke camp. Aku tidak
mengetahui bagaimana orang-orang tersebut akan melakukannya.

Kemudian disebelah depan atas, aku mendengar suara-suara orang menghitung
irama, hingga bukit seakan bernyanyi nyanyian batalyon. Ketika kami melalui
gerbang memasuki camp, Komandan Jenderal keluar dari ruangannya mengenakan
baju mandinya, keheranan ketika 700 orang lewat dihadapannya. Lebih banyak
prajurit yang memenuhi kualifiaski EIB dari batalyon kami dibandingkan
dengan 3 batalyon yang lain. Dan pemandangan dari prajurit yang kelelahan
yang kemudian meleburkan diri menjadi suatu kesatuan yang bersemangat
adalah sebuah kenangan yang berharga dalam hidupku.

Selama bertahun-tahun dilapangan, aku mempelajari bagaimana prajurit AS
bergerak. Mereka akan menggerutu jika diberi beban berat. Mereka akan
besumpah lebih merasa senang berada ditempat lain. Tetapi pada sore hari,
mereka akan bertanya dengan bangga : "Baikkah apa yang telah kami lakukan
?" Mereka menghormati PIMPINAN YANG MEMBERI MEREKA STANDAR YANG TINGGI DAN
MEMBAWA MEREKA HINGGA BATAS KEMAMPUAN - selama mereka meilihat adanya
tujuan yang berharga bagi mereka.

Tidak ada komentar: