Tak Sekedar Kolesterol Baik
Rabu, 03 Desember 2008 | 13:45 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta: Kolesterol, atau jenis lemak yang ada di membran sel, meruapakan salah satu yang punya peran penting bagi kesehatan. Kolesterol diproduksi oleh hati, 80 persennya diproduksi oleh tubuh kita sendiri. Dan 20 persen lainnya, berasal dari luar tubuh atau makanan yang kita konsumsi. Kolesterol dibedakan dalam dua jenis, yaitu LDL (kolesterol jahat) dan HDL (kolesterol baik).
Jika Anda berpikir dengan mengkonsumsi makanan dengan kadar kolesterol yang baik adalah cukup, ini tak sepenuhnya benar. Temuan terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal FASEB (Federation of American Societies for Experimental Biology) menuliskan, sebaiknya Anda berpikir ulang.
Dalam laporannya yang baru saja dirilis pada 1 Desember 2008, para peneliti dari University of Chicago, menjelaskan bahwa anggapan umum selama ini yang mengatakan jika kadar HDL dan LDL sudah dalam kadar yang normal, artinya orang tersebut sehat. "Padahal, kolesterol yang baik itu memiliki kadar kualitas yang bervariasi, sehingga kualitas HDL yang buruk bisa saja justru membahayakan diri kita," jelas Angelo Scanu, MD, Ketua Peneliti dari University of Chicago.
Selama ini, HDL selalu dilihat sebagai kolesterol baik. Lantas, orang pun menyamaratakannya. Dan akhirnya, persepsi yang salah justru yang terbentuk.
"Semakin banyak HDL dalam darah dianggap lebih baik. Ini tidak benar," tekan Angelo. Dari penelitian, terbukti seseorang yang memiliki kadar HDL tinggi tidak cukup untuk melindungi dirinya dari risiko penyakit jantung. Maka, periksakan ke dokter, untuk memastikan apakah kolesterol HDL di tubuh kita tergolong yang baik, atau sebaliknya jelek.
Kesimpulan yang bisa diambil dari penelitian tentang kolesterol ini, membeberkan bahwa kualitas kolesterol HDL yang berasal dari orang yang mengidap penyakit kronis semisal radang sendi, ginjal, ataupun diabetes, akan berbeda dibandingkan dengan HDL yang ada di dalam tubuh orang yang sehat.
HDL bisa dikatakan baik, jika hasil observasi terlihat normal. Artinya, HDL berfungsi normal atau bisa membantu menurunkan peradangan. Sebaliknya, kolesterol tersebut dikategorikan jelek ketika ia justru tak berfungsi sebagaimana mestinya. Ini yang harus diwaspadai.
"Jadi, ibarat menguak tabir, jika selama ini ditemukan kasus seseorang yang memiliki kadar kolesterol baik (HDL) yang tinggi tapi masih terserang penyakit jantung, inilah jawabnya," imbuh Gerald Weissmann, MD, editor pada jurnal FASEB. Oleh sebab itu, jangan langsung puas jika melihat hasil tes laboratorium menyebutkan HDL kita baik. Itu belum jadi jaminan kalau kita benar-benar sehat.
Mira Larasati
Tip
Berpantanglah mengkonsumsi makanan yang mengandung kolesterol sangat tinggi seperti kuning telur (ayam), cumi-cumi, otak sapi dan telur burung puyuh. Lalu, hindari atau aturlah menu makanan yang mengandung kolesterol tinggi seperti santan, jeroan (sapi, kambing, babi), kepiting, kerang, daging sapi berlemak, udang, mentega, susu sapi. Sedangkan makanan yang aman dikonsumsi karena mengandung kolesterol rendah adalah putih telur ayam, daging ayam (tanpa kulit), ikan air tawar, daging sapi tanpa lemak, susu sapi non fat atau pun daging kelinci.
Di samping itu perbanyaklah makan makanan berserat, seperti gandum, kacang-kacangan, sayur-sayuran serta buah-buahan. Hindari merokok dan minuman beralkohol yang bisa membuat kolesterol menumpuk di dalam aliran darah. Juga, berolah ragalah secara teratur. Disarankan olahraga berjenis aerobik dengan frekwensi 3-5 kali/minggu. Intensitasnya antara 60-80 persen DNM (atau 220-umur) dengan durasi 20-30 menit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar