Rabu, 14 Januari 2009

Bob Tutup Oli

Bob-Tutup-Oli
Banyak untungnya kadang-kadang ikut yang namanya, seminar, pelatihan,
kursus, Upgrading, ong-going-formation, dsb. Dapat ilmu, iya. Dapat
pengalaman, iya. Dapat kenalan, juga iya. Menarik lagi, karena orang-orang
yang dikenal kerap sudah ber-jam tinggi di dalam kehidupan.

Ada salah satu rekan kursus, yang lalu jadi kawan-kenalan. Kenalan-kawan.
Dalam ilmu, dan dalam soal kehidupan. Namanya Pak Edy. Orangtuanya, dulu
pengusaha kecap di Smg. Ketika muda, bermaksud ekspansi usaha, agar grafik
hidupnya naik. Pergilah ke kota metropolitan. Dan akhirnya bermukim di Kota
Tngrng. Usaha buat kecap tak diteruskannya. Yang digeluti adalah usaha
bengkel rancang bangun las & mesin. Mengingat di sekitar kota itu banyak
pabrik. Usaha bengkel rancang bangun ini amat berkembang. Sampailah dia pada
usia pension.

Sesudah masuk masa pension, usaha bengkel diserahkannya kepada anaknya. Dia
membebaskan diri untuk mengisi sisa hidupnya. Soal uang, sudah tak soal
baginya. Tabungannya cukup. Usaha anaknya juga lancar. Maka banyak waktu
digunakan untuk pengembangan diri, agar bisa berbuat sesuatu untuk sesama.
Ya Gereja. Ya, masyarakat.

Dipelajarinyalah soal tanam-tanaman. Dari bibit, pupuk, obat pengusir hama,
sampai penanganan pasca panen & pemasaran. Obsesi yang dia tekuni, adalah
membuat pupuk cair. Ini dipilihnya, mengingat pupuk macam ini masih amat
langka di pasaran. Sebagai perintisan dipilihnya, membeli lahan luas di
Tjkrng.

Guna menunjang usaha itu, kerap berbagai pelatihan diikutinya. Pernah salah
satu kursus pengembangan yang diikutinya, membahas tentang perjalanan karier
pengusaha Bob Sadino.

Siapa tak kenal Bob Sadino. Seorang pengusaha nyentrik. Kemana-mana hanya
bercelana-kan jeans pendek, dan baju lengan pendek yang tak dijahit. Dialah
pemilik usaha makanan 'Kem chiks'. Kini usahanya melebar sampai ekspor
sayur-sayuran ke mancanegara. Padahal, dia sendiri tak punya sawah. Juga
ladang.

Pada awal kariernya, Bob Sadino adalah penjual telur di perumahan-perumahan
daerah Kemang. Pelanggannya, para ibu-ibu rumah tangga. Aneka sifat-karakter
yang dimiliki para wanita, ibu rumah tangga. Ada yang menyenangkan. Namun
ada pula yang amat menyebalkan.

Salah satu pelanggannya adalah seorang ibu yang amat cerewet. Kerap ibu
pelanggan telur ini bikin repot. Bob muda, berpikir, bagaimana si Ibu yang
super cerewet bisa malah memajukan usaha dagangnya.

Suatu kali, secara sengaja, si Ibu super cerewet ketika beli telur, salah
satu dicampuri oleh Bob, sebuah telur busuk. Respon apa yang muncul. Dia
bilang kemana-mana. Dan ketika si Ibu ini complaint, Bob Sadino bilang dan
lalu melakukan sungguhan, 'Jika ada telur dagangannya yang busuk, satu akan
diganti tiga.....!'

Sesudah satu telur busuk, diganti dengan tiga telur, Si Ibu inipun lalu juga
bilang ke mana-mana. Ke kawan-kawan & tetangga: 'Jika beli telur di tempat
Bob, busuk satu akan diganti tiga....!'.

Memang betulan, pembeli telur semakin banyak. Padahal, yang busuk sebenarnya
hanya satu. Ya untuk yang ibu super cerewet tadi. Dalam hati, Bob membatin,
bukankah 'kecerewetan si Ibu tadi bisa untuk promosi...!'. Dus promosi
gratis.

Di sebuah spanduk pinggir jalan ada tulisan,
'Krisis Keuangan Global. Sebuah tantangan menjadi peluang !'.
Ikutilah seminar sehari. Hari ...... Tgl...... Th.... di........
Jangan lewatkan. Dst-dst.

Dalam dunia managemen memang ada frase, '
Tantangan menjadi peluang.....'
Ternyata memang demikian,
untuk bisa maju, orang mesti bisa melihat peluang.
Di mana saja. Dan kapan saja.

Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu-rahayu-rahayu.

Wasalam:
-agt agung pypm-
www.lelakuku.blogspot.com

Tidak ada komentar: