Menembus Kegelapan Dan Kematian
Oleh: Gede Prama
Setiap kejadian lebih-lebih kejadian besar senantiasa membawa makna. Teropong yang sama juga saya gunakan dalam melihat nasib saya yang lahir sebagai bungsu dari tiga belas saudara. Ada teman punya teori sederhana. Anak pertama dapat mainan baru. Anak kedua dapat bekasnya. Anak ketiga hanya memperoleh cerita pernah punya mainan. Dari sini saya pernah bertanya : lantas anak ke tiga belas dapat apa ?
Untungnya, jalan-jalan pengetahuan dan kearifan membawa saya pada lorong-lorong pemahaman yang penuh rasa syukur. Dalam lorong terakhir, nasib sebagai anak ke tiga belas, mendorong saya untuk menuangkan sebanyak-banyaknya cinta ke anak dan isteri. Ada banyak cara yang saya tempuh. Salah satunya, dengan rajin mengirim pesan SMS kepada puteri semata wayang saya yang sebentar lagi berumur tujuh belas tahun. Demikian seringnya, kadang dia bosan membaca pesan SMS saya. Namun, suatu hari ketika saya berada di tempat yang jauh dari rumah, anak remaja yang wajahnya mirip sekali dengan wajah saya ini mengirimi saya pesan SMS yang berbunyi sederhana : "kegelapan bisa menyembunyikan pohon, batu, sungai, gunung dll. Tetapi ia tidak bisa menyembunyikan cinta".
Demikian bangganya saya akan pesan ini, sampai-sampai saya memperlihatkan dan menceritakan pesan terakhir ke banyak sahabat dekat. Pri Notowidigdo seorang sahabat yang menjadi head hunter terkemuka malah mencatat pesan puteri saya di atas. Dan bertutur bangga pada isterinya di rumah.
Terlepas dari apa komentar Anda terhadap pengalaman kecil di atas, tidak bisa dipungkiri, cinta memang hadir menembus ruang dan waktu, sekaligus menembus kegelapan. Bila diibaratkan bunga, mungkin ia satu-satunya bunga yang mekar tanpa bantuan sang musim. Di musim apapun, ia pasti dan selalu berbunga. Keharumannyapun menembus ruangan yang terjauh sekalipun.
Kalau ada orang yang berpendapat, bahwa iptek telah dan akan terus merubah semuanya, saya setuju. Namun, daya rubah cinta mencakup ruang dan waktu yang lebih dahsyat lagi. Hampir semua batasan yang tidak bisa dipecahkan ilmu pengetahuan bisa ditembus oleh cinta. Sebutlah batasan ruang, waktu, kegelapan, dan bahkan kematian. Dalam ilmu pengetahuan, ia menjadi teka-teki yang belum terpecahkan. Namun, cinta memiliki kekuatan untuk melampaui batas-batas tadi.
Anda bisa jadi memiliki pengalaman yang lebih menarik dibandingkan dengan saya dan saya senang kalau Anda mau membaginya. Yang jelas, lorong kehidupan saya ditandai oleh banyak sekali bekas-bekas perjalanan ribuan kaki cinta. Lebih dari sekadar meninggalkan bekas, cinta juga mencerahkan.
Saya memiliki seorang ayah yang telah almarhum, serta seorang ibu mertua yang telah melewati gerbang kematian. Karena berbagai sebab yang tidak semuanya terjelaskan, kehadiran cinta kedua orang ini menembus batas-batas kematian. Di hampir semua pojokan kehidupan saya, cinta mereka hadir mengikuti, mengiringi dan membayangi. Tentu saja terlalu merendahkan dan menghina cinta, kalau ukurannya rezeki. Dan kalau ukurannya ketenteraman, kedamaian dan pencerahan, cinta kedua orang yang tidak lagi dihitung hidup ini, menjadi jembatan hidup yang amat menentukan.
Lebih dari seribu kilo meter jauhnya dari tempat tinggal saya di Jakarta, saya memiliki dua orang ibu yang juga sering mengirim keharuman bunga cinta. Kendati hidup di desa di lereng gunung, dengan jangkauan sarana komunikasi yang amat terbatas, namun selalu saya sempatkan untuk menelpon kedua ibu ini setidaknya sebulan sekali. Sering malah saya lakukan seminggu sekali. Tidak semua pembicaraan menghadirkan persoalan dan solusi sebagaimana barometer kepentingan orang kota dalam berkomunikasi. Sebagian besar hanya berisi pembicaraan yang dilakukan hampir semua anak terhadap orang tuanya. Namun, hal-hal biasa ini ternyata membuahkan banyak hasil yang luar biasa. Tidak pada tempatnya kalau saya sebutkan satu persatu di sini.
Entah lagu apa yang Anda kagumi, saya mengagumi lagi Imagine yang dinyanyikan John Lennon. Sejauh ini, belum ada lagu cinta yang bisa lebih menyentuh dibandingkan lagunya John Lennon ini. Bayangkan, penyanyi The Beatles ini bermimpi dan bercita-cita tentang kehidupan yang tanpa negara, agama, ras. Dan hanya ada satu alat pemersatu : cinta. Sebagaimana kita tahu, disamping John Lennon sudah lama meninggal, lagu inipun diciptakan pertama kali dalam waktu yang cukup lama. Namun, suara-suara cintanya masih menyentuh banyak hati dan telinga.
Sebagai bahan ilustrasi lain, coba bayangkan diri Anda yang sedang berada di sebuah lorong yang amat gelap. Demikian gelapnya, sampai-sampai tidak ada satupun benda yang bisa dilihat oleh mata. Pertanyaan saya sederhana saja, bisakah kegelapan terakhir menyembunyikan cinta Anda pada orang lain, atau cinta orang yang amat mencintai diri Anda ?
Dari empat ilustrasi ini, tampak jelas, iptek dengan seluruh rasionalitasnya bergerak amat terbatas dalam batasan-batasan kematian, ruang, waktu dan kegelapan. Sebab, menempatkan keempat hal ini pada posisi unexplainable. Cinta, di lain pihak, bisa berjalan menembus kegelapan dan bahkan kematian. Seakan-akan mau memberi inspirasi, bahwa tanpa cinta kita hanya bisa berjalan dalam jalan yang jauh lebih pendek. Pertanyaan titipan saya buat Anda, akankah kita biarkan hidup dan kehidupan menjadi lebih pendek dan sempit semata-mata karena kita kering cinta ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar