KUDA HITAM
(Kontemplasi Peradaban)
Sambil minum kopi hitam, saya bermain catur dengan seseorang di Tanjung Bira – Bulukumba – Sulawesi Utara (Minggu, 18 Mei 2015). Buah-buah catur yang saya mainkan kebetulan berwarna putih. Pada akhir permainan, seorang penonton mengomentari permainanku, "Wah bahaya tuh, kuda warna putih itu bisa menjadi kuda hitam!" Dalam hati saya berkata, "Masa buah-buah catur bisa berubah warna!"
Dalam permainan catur, di antara semua perwira yang berdiri di belakang para prajurit, kuda adalah yang paling berbahaya. Meski langkahnya terbatas, namun ia menjadi sangat mengancam karena punya kemampuan melompati posisi lawan dan kawan sekaligus. Hal yang sama, tidak bisa dilakukan oleh perwira manapun termasuk perdana menteri yang memegang kendali tertinggi. Keistimewaan itu membuat kuda menjadi senjata yang sangat mematikan terutama dalam kondisi terakhir dan terjepit. Ia menjadi ancaman yang sulit diperhitungkan.
Lalu, "Bagaimana dengan kuda hitam?" Kuda hitam atau dark horse memiliki sejarah singkat. Kata dark atau hitam mengesankan sifat yang misterius dan serba tidak terduga. Sedangkan horse mengingatkan kita pada pacuan kuda. Dark horse adalah competitor yang sepak terjangnya serba gelap dan misterius, namun orang ini menyimpan bakat dan potensi yang luar biasa sehingga berkemampuan untuk menang secara tak terduga.
Dalam dunia politik, kuda hitam adalah sebutan bagi seorang calon yang tidak dikenal sebelumnya dan tidak memiliki prestasi yang menonjol, namun tiba-tiba namanya mencuat, melejit dan meroket sebagai salah seorang calon dan di luar dugaan, ia mampu memenangi suatu pemilihan. Seorang calon yang sebelumnya sama sekali tidak diperhitungkan, tiba-tiba menyodok di akhir perhitungan suara atau tiba-tiba punya hasil survey yang bagus.
Lalu kita bertanya, "Apa yang membuat posisinya di mata pemilih melejit?" Seorang calon pintar memanfaatkan opini publik yang menganggapnya bersih, lugu dan dianggap "tertindas" serta terpinggirkan. Tatkala blusukan, ia bisa meramu gaya kepemimpinan yang menimbulkan kesan "kasihan" dan bersih, tentu ia bakal menjadi kuda hitam bagi calon lainnya. Kuda hitam memang misterius, "Bagaimana dengan politikus?"
Selasa, 19 Mei 2015 Markus Marlon
Website :
http://pds-artikel.blogspot.com
Senin, 18 Mei 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar