Selasa, 28 Desember 2010

JALAN KEHIDUPAN

JALAN KEHIDUPAN
(Sebuah Percikan Permenungan)

Akhir dari sebuah film yang berjudul Quo Vadis yang dikisahkan dari Novel,
karya Henryk Sienkiewicz, begitu menyentak hati. (Hanya kadang-kadang ada
rasa sedikit kecewa, sebab dalam novel lebih seru daripada melihat
filmnya). Sebelum kata The End, tertulis kata-kata, "Akulah Jalan dan
Kebenaran dan Hidup" (Yoh 14:6). Kata-kata itu sebagai rangkuman, bagaimana
sang tokoh utama: Lygia dan Marcus Vinicius mempertahankan imannya di
bawah kekejaman Kaisar Nero, pembunuh ibunya dan pembunuh istrinya serta
pembakar kota Roma.

Di akhir cerita tersebut, di Jalan Appia, Petrus hendak meninggalkan kota
Roma disertai Nazarius. Namun di tengah jalan, ia melihat sinar dan Petrus
berkata, "Quo vadis Domine?". Jawab-Nya, "Aku hendak ke Roma untuk
disalibkan yang kedua kalinya." Dengan penuh kesadaran dan penyesalan,
Petrus kembali ke Roma ( Ad Roman) dan - atas kehendaknya sendiri - dirinya
tidak layak disalibkan seperti Kristus, maka ia disalibkan dengan kepala di
bawah. Inilah jalan kehidupan yang harus dilalui oleh Petrus. Sebagai
kenangan, tidak jauh dari Porta Capena kuno, sampai sekarang masih berdiri
sebuah gereja kecil berisi tulisan dengan huruf setengah timbul: Quo vadis,
Domine?

Jalan kehidupan manusia memang berbeda-beda dan tidak terduga. Sewaktu
sekolah, mungkin kita memiliki teman yang pendiam bahkan cenderung tidak
menonjol, tetapi 20 tahun kemudian, teman kita tersebut menjadi orang yang
sukses dan pembicara ulung, seperti Demosthenes. The Beatles dalam lagunya
yang berjudul "The Long and Winding Road", mengajak untuk bermenung bahwa
jalan hidup kita ini panjang dan berliku, namun penuh dengan keindahan,
kadang mengalami suka dan tidak jarang mengalami duka. Para penakluk dunia,
seperti Gengis Khan, (1162 - 1227) Alexander Agung (356 -323 BC) dan
Napoleon Bonaparte (1769 - 1821) dalam tulisan-tulisan sejarah
kadang-kadang mereka dilukiskan sebagai setengah dewa dan sejak bayi
diramalkan akan menguasai dunia. Tapi harus diingat bahwa jalan kehidupan
mereka dilalui dengan perjuangan yang dahsyat. Jalan menuju ke puncak
dilalui dengan bersimbah darah. Orang-orang besar juga mengalami "the long
and winding road"-nya sendiri-sendiri.

Paulus menemukan jalan kehidupannya, ketika menganiaya pengikut Kristus
dan mengalami kebutaan setelah melihat Kristus di Jalan Lurus (Kis 9:11).
Jules Chevalier, pendiri Tarekat MSC, juga mengalami suatu pengalaman
terindah dalam hidupnya dan dan menghayati untuk memberikan dirinya
lebih untuk berdevosi kepada Hati Kudus Yesus. Orang-orang, seperti St.
Ignatius dari Loyola, pendiri Ordo Sarekat Yesus, dengan "Latihan
Rohaninya" dan St. Agustinus (354-430) dengan "Pengakuan-Pengakuannya"
telah memberikan kontribusi kepada dunia, setelah menemukan jalan
kehidupannya.

Jalan yang baik adalah lurus. Di Amerika - menurut cerita - kebanyakan
jalan adalah lurus. Ketika hendak membuat jalan tersebut banyak yang harus
dikorbankan. Tanah-tanah yang berbukit-bukit, harus diratakan, desa-desa
yang dilalui proyek jalan itu harus dimutasikan, untuk membuat jalan lurus,
sehingga nantinya mudah untuk dilalui oleh para pengendara. Semua memang
harus berkorban jika hendak mencapai nilai yang lebih tinggi. Jalan
kehidupan kita kadang berliku, tapi ingatlah bahwa dalam diri kita ada
kesadaran untuk hidup lurus. Di Eropa - menurut cerita juga - banyak
ditemui trowongan, dengan cara melubangi gunung-gunung, supaya lebih cepat
dalam berlalu lintas dan juga untuk keamanan. Dengan jalan yang lurus,
tidak melewati tebing-tebing yang curam, kecelakaan bisa dihindari.

Kita jadi ingat orang yang lurus hati yaitu St. Yosef. Dia disebut sebagai
sincere (bhs Inggris artinya tulus dan lurus hati). Kata itu dari dua kata
yaitu sine (tanpa) dan cere (lilin). Dulu, para tukang kayu biasa melapisi
akhir perabot yang hendak dijual. Jika ada lubang dan cacat harus ditutupi
dengan lilin. Namun, lama-lama lilin-lilin itu akan meleleh dan nampaklah
kondisi aslinya. Oleh sebab itu untuk menjaga mutu produksinya akan diberi
tanda sine - cere (tanpa lilin) untuk menjamin produk buatannya itu asli,
lurus dan jujur. Tidak ada kepalsuan. Saya jadi malu, karena semua yang
kutulis tidak ada dalam diriku.

Merauke, 19 Desember 2010
(Adven IV)

Markus Marlon MSC

Tidak ada komentar: