WANITA (Kontemplasi Peradaban)
Wanita dijajah pria sejak dulu
Dijadikan perhiasan sangkar madu
Namun ada kala pria tak berdaya
Tekuk lutut di sudut kerling wanita
(Ismail Marzuki 1941 – 1958).
pSepenggal syair lagu itu mengingatkan kita bahwa wanita itu ditakdirkan untuk “melayani” pria dan wanita hanya sebagai “kanca wingking” – teman di belakang. Tak heranlah jika ada ungkapan, “Swarga nunut, neraka katut” – Surga ikut dan ke neraka pun terbawa. Pandangan Jawa ini sudah ditolak oleh R.A Kartini (1879 – 1904) karena konsep kultural Jawa itu menjadikan kaum wanita hanya berkutat di sumur, dapur dan kasur.
Kita lupa bahwa banyak wanita perkasa di muka bumi persada ini. Lihat saja Cut Nyak Dien (1850 – 1908) seorang tokoh yang mrantasi atau mumpuni (buku dengan judul, “Dien” tulisan Sayf Muhammad Isa). Atau kisah Ratu Shima. Kisah ini bersumber dari berita China yang menyebutkan adanya ratu His-Mo yang memerintah kerajaan Ho-Ling. Berita China ini menyebutkan Ratu His-Mo yang dinobatkan tahun 674 itu penerintahannya amat baik, keras dan adil. Barang-barang yang terjatuh di jalan pun tidak ada yang berani menyentuhnya. Kaki putranya sendiri dipotong karena secara tidak sengaja menyentuh harta orang yang terjatuh di jalan.
Dien dan Ratu Shima ini hanyalah beberapa pribadi yang mau berkorban bagi orang lain. Dan kita pun menyadari bahwa banyak wanita yang berkiprah dengan baik di kancah pelbagai bidang. Dan para wanita yang “perkasa” itu biasa digambarkan seperti sosok Srikandi.
Ketika menyaksikan wayang orang dengan judul, “Srikandi Meguru Manah” – Srikandi Belajar Memanah, kita menjadi sadar bahwa Srikandi adalah pribadi yang suka terlibat dalam kehidupan nyata dan ada pesan emansipasi.
Para wanita perkasa dalam Kitab Suci juga tak terbilang jumlahnya. Tokoh-tokoh iman seperti Debora (Bdk. Hak 5: 1 – 7) misalnya dipakai oleh Tuhan untuk menunjukkan kebesaran-Nya. Bukankah lebih terhormat jika Debora menerima tugas “keibuan” atas Israel daripada mengizinkan bangsanya diperlakukan sebagaip budak. Kedahsyatan Debora itu bagaikan Srikandi berani angkat senjata.
Kita juga mengenal Ester (Est 5: 1 – 8) yang tidak hanya cantik, menarik dan patriot sejati, tetapi disiplin. Ia mampu menahan diri ketika raja memersilakan meminta apa saja yang ia mau. Dan ketika raja mendesak agar Ester menyampaikan permintaannya. Allah mulai melaksanakan pekerjaan pelepasan-Nya yang mengherankan itu.
Namun tidak jarang bahwa kedudukan para wanita dianggap rendah atau dipandang sebelah mata. Di bawah bayang-bayang budaya patrilineal, para wanita tidak diperhitungkan, seperti misalnya dalam Alkitab ditulis, “Belum termasuk perempuan dan anak-anak” (Mat 15: 38). Bahkan Lukas pernah melaporkan bahwa kelahiran anak-anak berjenis kelamin wanita bisa disebut sebagai “bencana”. Willian Barclay dalam bukunya yang berjudul, “Injil Lukas” menulis, “Dalam doa pagi, seorang pria Yahudi bersyukur kepada Allah karena tidak diciptakan sebagai: seorang kafir, seorang budak atau seorang wanita”.
Berhadapan dengan para wanita, Yesus berbeda sekali dengan orang-orang sezaman-Nya, sebab Ia bersikap luwes terhadap kaum wanita. Ia tidak ragu-ragu mengunjungi wanita, biarpun hal itu diketahui umum dan menyembuhkan mereka. Ia mengizinkan para wanita mengikuti-Nya. Ia menyerahkan tugas tertentu kepada Maria dari Magdala (Yoh 20: 17).
Dari kisah-kisah tersebut di atas, saat ini dunia tidak bisa lagi memandang rendah peran wanita. Dalam bukunya yang berjudul, “Bagaimana Jika Yesus Tidak Pernah Lahir?” tulisan James Kennedy dilukiskan bagaimana Yesus berperan dalam emansipasi para wanita untuk bangkit dan tampil. Dari sana pula para wanita perkasa yang lahir sebagai “pengubah dunia”.
Jumat, 1 April 2016
Markus Marlon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar