TUNTAS (Kontemplasi Peradaban)
“Regard your work as the place where God does His Work” - Pandanglah pekerjaanmu sebagai tempatödi mana Tuhan melakukan pekerjaan-Nya (Max Lucado)
Pernah suatu kali, ketika saya masih kecil (± Tahun 1975-an), diminta menyapu halaman rumah. Ketika menyapu, memang saya bersungut-sungut, sehingga kotoran masih ada di sana-sini. Lantas, ibu saya pun berkata, “Kalau menyapu halaman rumah seperti ini, maka namanya mindhon gaweni. Nanti disapu ulang ya le”
Mindhon gaweni artinya bekerja dua kali karena tidak tuntas dikerjakan. Sebaliknya, jika seseorang bekerja sungguh-sungguh, ada rasa puas tak terkira. Bila seseorang mampu menuntaskan apa yang sedang dikerjakan ada rasa bangga di dada. Bahasa mentereng-nya adalah “sense of accomplishment” – naluri untuk menuntaskan pekerjaan.
Ingatkah kita, akan penulis buku dengan judul, Harry Potter ? Buku ini ditulis oleh Joanne Kathleen Rowling (Lahir di Yate tahun 31 Juli 1965) atau sering disingkat menjadi JK Rowling. Sebelum buku-bukunya – Harry Potter – itu laris manis, apa yang dikerjakan itu tidak tanpa perjuangan. Ia datang dari penerbit ke penerbit supaya “bakal buku” itu diterbitkan namun selalu saja ditolak.
Dengan semangat yang membara serta punya keyakinan bahwa apa yang dikerjakan itu tidak sia-sia, Rowling tidak pernah mau mundur setapak pun, “success is walking from failure to failure with no loss of enthusiasm” – sukses adalah menjalani kegagalan demi kegagalah tanpa kehilangan antusiasme.
Saya jadi teringat akan seorang penulis kandidat peraih Nobel, Pramoedya Ananta Toer (1925 – 2006). Ia tetap menulis, meskipun mengalami penolakan dan penyingkiran serta penyanderaan yang keji atas dirinya. Namun, siapa sangka bahwa akhirnya apa yang diperjuangkan itu membuahkan hasil.
Dalam hal ini barangkali benar apa yang dikatakan Eleanor Roosevelt (1884 – 1962), “People grow through experience if they meet like honestly and caurageously. This is now character is built” – Manusia bertumbuh melalui pengalaman jika mereka menghadapi kehidupan dengan kejujuran dan keberanian. Inilah bagaimana caranya karakter itu dibangun.
Orang-orang yang sedang mengerjakan karya agung atau mahakarya atau masterpiece, dimulai dari mengerjakan hal-hal kecil terlebih dahulu. Ini seperti pepatah china, “The man who removes a mountain begin by carrying away small stones” – seseorang yang akan memindahkan gunung harus pertama-tama membawa batu-batu kecil terlebih dahulu. Hal-hal kecil dirampungkan sehingga mudah merampungkan hal-hal yang besar. Di sini diperlukan orang-orang yang kuat, yang menurut Erasmus (1466 – 1536) disebut sebagai “Omnium horarum homo” – manusia segala waktu.
Rabu, 23 Maret 2016
Markus Marlon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar