Senin, 27 Juni 2016

BERTAHAN

BERTAHAN(Kontemplasi  Peradaban)

Banyak orang hidup seperti  gyroscop yang berputar dengan kecepatan luar biasa, tetapi tidak pernah beranjak.

Suatu hari pada suatu masa (Februari 2016), saya mengadakan  refreshing di Kutai Kartanegara (KalTim). Lantas saya menginap di rumah teman lamaku. Ketika saya masih males untuk  wake up dari tempat tidur, terdengar suara samar-samar, orang menyanyikan sebuah lagu:
Kucoba bertahan mendampingi dirimu
Walau kadangkala tak seiring jalan
Kucari dan selalu kucari jalan…

  Inti dari lagu tersebut ialah supaya kita menjadi pribadi yang mampu bertahan di tengah badai dan gelombang. Benar kata orang-orang bahwa bertahan itu lebih berat daripada memulai usaha. Lihat saja biaya maintenance pada setiap pembangunan.

Orang mampu bertahan karena memiliki daya adaptasi yang tinggi. Binatang purba seperti cicak bisa bertahan karena mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Dinosaurus binatang besar itu sudah punah karena tidak mampu bertahan melawan perubahan yang merupakan  suatu keniscayaan.

Novel yang berjudul, Gulliver’s Travels  tulisan Jonathan Swift (1667 – 1745) mengisahkan bagaimana  Gulliver tetap bertahan karena apa yang dialami itu benar. Ia telah melihat  “liliput”. Dokter dan beberapa orang menuduh Gulliver itu gila, karena sebenarnya dalam hatinya sang dokter ingin memperistri Merry,  istri Gulliver itu. Ia  tetap bertahan, sehingga menemukan kembali Merry dan putranya semata wayang, heppy ending.

     Atau dalam Mitologi Yunani, kita kenal dengan kisah  “Pencarian Bulu Domba Emas”.  Untuk menemukan bulu domba emas itu, Jason dan para argonot berjuang menghadapi cobaan dan tantangan dan cobaan silih berganti.  Namun, yang sukses adalah mereka yang bertahan.

      Atau mungkin kita pernah menonton film yang berjudul A Beatiful Mind  yang menceriterakan kisah hidup John Nash dan Alicia Lopez-Harrison de Lardé. Film ini mengisahkan kegigihan, ketelatenan dan daya tahan dari seorang Alcia. Meskipun banyak mengalami guncangan hidup dalam hidup berumah tangga, ia tetap menjaga martabanya, “bertahan”.

   Orang bisa bertahan karena dalam hidup ini memunyai tujuan. Tujuan yang kita miliki akan memusatkan usaha dan energi kita pada hal yang penting. Namun tidak jarang kita terjebak dalam hidup – sepertinya – tidak memiliki tujuan.  Aktor Amerika, Henry David Thoreau  (1817 – 1862)  mengamati bahwa banyak orang menjalani kehidupan dengan putus asa secara diam-diam. Seolah-olah dalam hidup ini kita bermain  trivial pursuit (mengejar hal-hal sepele) sehingga kita kelelahan dan tak mampu bertahan. Yok, kita bertahan dengan hidup mempunyai tujuan.

Senin, 11 April 2016  
Markus Marlon

Tidak ada komentar: