Sabtu, 18 Juni 2016

Perbuatan

PERBUATAN(Kontemplasi  Peradaban)

“Setiap orang tergoda untuk mengubahorang lain tanpa mengubah diri sendiriterlebih dahulu (Tolstoy).

Waktu mencicipi snack  tradisional di Pasar Terapung Kuin – Banjarmasin (Medio April 2016), saya sempat terharu dengan seorang pengemis yang tidak memiliki kaki yang  nglendhot di tepian sungai. Orang-orang lalu-lalang dan anehnya tidak satupun orang menghiraukan keberadaannya.

Tidak tega melihatnya, saya dekati dia dan saya ajak makan “ikan saluwang” di tengah keramaian Pasar Terapung tersebut. Sambil “sarapan pagi”, seolah-olah di seberang sungai terdengar suara orang yang bersenandung, “Whatever you did not do for one of the least of these, you did not do for me” – Sesungguhnya segala yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini kamu tidak melakukannya juga untuk Aku” (Mat 25: 45).

Pengemis itu memang tidak berbicara (voiceless), namun sebenarnya di balik itu, ia sangat membutuhkan bantuan. Peribahasa Jawa menulis, “Lir cintaka minta warih” – seperti burung meminta air yang bermakna:  Seseorang yang sangat membutuhkan sesuatu hal atau  seseorang yang meminta dengan sungguh-sungguh. Gambaran ini memberikan pengertian bahwa janganlah menolak atau menghardik orang yang benar-benar membutuhkan tetapi tolonglah dia dan berilah dia sesuatu yang bermanfaat.

Cicero (106 – 43 seb. M) berkata, “Animus hominis semper appetite agere aliquid” – Jiwa manusia selalu ingin melakukan sesuatu. Dan sudah menjadi kodratnya bahwa setiap pribadi ingin mengaktualisasikan dirinya (self actualization). Dan dalam berelasi, seseorang tidak ingin dianggap enteng oleh orang lain. Dari situ pula muncullah kata-kata yang dicetuskan oleh Lampiridius,  “Quod tibi fieri non vis, alteri ne faceris” – Apa yang tidak kau inginkan terjadi padamu, janganlah kau lakukan kepada orang lain. Inilah yang disebut oleh Sidharta Budda Gautama (563 – 483 seb.M)  sebagai golden rule atau kaidah emas.  “Yen emoh dijiwit ya aja njiwit” – Jikalau tidak mau dicubit ya jangan mencubit.

Setiap orang ingin dihargai lewat perbuatan-perbuatan sesamanya. Seperti hukum alam, orang yang kita hargai akan menghargai kita. Marilah kita baca yang ditulis oleh Ralph Waldo Emerson (1803 – 1882), “Percayalah kepada orang lain dan mereka akan tulus kepadamu. Perlakukanlah mereka seperti orang besar dan mereka akan memperlihatkan dirinya sebagai orang besar”

Penghargaan yang tulus itu muncul dalam kata-kata bahasa Jawa, “Aja sira deksura, ngaku luwih pinter ketimbang sejene” – janganlah congkak, merasa lebih pandai dari yang lain. Sebab di atas langit masih ada langit.

Selasa, 3 Mei 2016   Markus Marlon

Tidak ada komentar: