Sabtu, 18 Juni 2016

Merawat

MERAWAT(Kontemplasi  Peradaban)

“curae piidiis sunt” – mereka yang saleh ada dalam perawatan para dewa

Awal Februari  2016, saya  mengadakan perjalan dari Samarinda ke Balikpapan dengan  travel Kangaroo, sebuah bus mini-nya cekli dan bersih. Di dalam perjalanan saya mendengar sebuah lagu nostalgia yang dipilih oleh driver sendiri: Aku berpisah di teras Saint  CarolusAir mataku jatuh berlinangBetapa sedih dan duka hatikuS’lama ini yang merawat sakitku….Sejenak lamunanku teringat pada seseorang yang merawat ketika saya sakit. Jadi klop-lah pengalaman dirawat dengan syair lagu tersebut. Lantas kita berpikir, memang sungguh tidak terbantahkan jika kita sakit, kebutuhan dasar si pasien adalah perawatan dari si kerudung putih tersebut.

Kita menyetujui bahwa keramahtamahan (hospitality) dari sang perawat itu menjadi hal yang penting. Dan pasien merasa “tenang” jika dirawat dengan “sentuhan-sentuhan hati”. Kata Inggris  maintain yang sering kita gunakan untuk pemeliharan gedung itu sebenarnya dari bahasa Prancis Kuno, maintenir  dan itu merupakan turunan dari Bahasa Latin, “manūs”  (tangan) + “tenēre” (sentuhan): disentuh dengan tangan.

Dalam bukunya yang berjudul, “Seni Merawat Jiwa – Tinjauan Filosofis” Pius Pandor CP melukiskan betapa pentingnya kita ini selalu merawat jiwa kita.  Bagi orang sakit, perawatan dan perhatian bisa mempercepat proses kesembuhan. Barangkali dalam bahasa Latin, kata  “cura animarum” – perawatan jiwa-jiwa,  itulah yang dimaksudkan.

Memahami makna perawatan, kita bisa mengacu pada sabda Yesus sendiri, “Infirmus, et visitastis me” – Ketika Aku sakit, kamu melawat Aku (Mat 25: 34 – 36). Kata “melawat” dalam bahasa Latin, “visitare” berarti: memelihara, menjaga, mendatangi, merawat.  Orang yang memiliki sikap suka merawat  – tentunya – diandaikan sebagai pribadi yang murah hati.

Kemurahan hati, itulah dasar dari semua pelayanan perawatan. Tak heranlah, ketika Florence Nightingale (1820 – 1910) – ibu perawat dunia – mendapat kehormatan dari kerajaan Inggris, ia menerima dari Ratu Victoria, sebuah bross yang bertuliskan “berbahagialah orang yang murah hatinya.”

Jumat, 22 April 2016   Markus Marlon

Tidak ada komentar: