Minggu, 11 Agustus 2013

Berani Memulai

BERANI  MEMULAI
(Kotemplasi  Peradaban)
         
Ada seorang yang memiliki ide untuk mendirikan usaha penerjemahan di belakang kampus Atma Jaya – Jakarta.  Semua yang direncanakan sudah  okey. Tetapi sudah tiga  bulan ini, usaha  –  yang telah lama diimpikan itu  – belum juga terwujud.

Setelah saya konfirmasi kepada orang yang pertama kali  memiliki ide itu, dia berkata bahwa dirinya belum berani mulai.

Memang tidak mudah memulai sesuatu. Sebagai contoh saja, seorang mahasiswa yang hendak membuat skripsi. Kata pertama untuk memulai sepertinya sulit keluar dari otak. Namun setelah menulis  – mungkin pada  halaman 5 atau 10 – kalimat demi kalimat  mengalir tidak terbendung.

Mungkin kita pernah mendengar istilah Columbus's egg – telur  Columbus. Alkisah ketika Christopher Columbus (1451 – 1506) menemukan benua Amerika, ada banyak orang yang iri hati atas keberhasilannya itu. Menghadapi keirihatian mereka, Columbus pun menantang mereka untuk menentukan siapa yang lebih baik. Katanya, "Barangsiapa bisa membuat telur rebus berdiri tegak di atas meja, maka  saya rela  menyerahkan seluruh gelar dan kekayaan kepada sang pemenang."

Satu  per satu orang-orang yang itu itu mencobanya, namun tidak ada yang berhasil karena bentuk telur yang hampir  bundar itu. Mereka pun menyerah.
         
Kini giliran Columbus. Ia mengambil telur itu, meletakkannya di atas meja sambil tetap memeganginya. Kemudian dengan tangannya yang lain, ia menekan bagian atas telur itu sehingga bagian bawahnya retak dan menjadi pipih, sehingga telur itu dapat berdiri tegak di atas meja.
         
"Ah  kalau begitu kami juga bisa melakukannya,"  ucap mereka dengan sinis. Sambil tersenyum,  Columbus  pun berkata, "Lalu mengapa kalian tidak memulainya?"
         
Memulai suatu usaha baru,  seringkali juga banyak tantangan. Apa yang menjadi  "impian"  tercampur-baur dengan hal-hal yang tidak mendukung, sehingga membuat kita kehilangan arah (disorientation).

Pengalaman  H.C. Andersen (1805 – 1875) telah mengajarkan kepada  kita. Sewaktu memulai  "pencarian jati dirinya," Andersen ingin menjadi orang terkenal. Maka, ia mulai mencoba bermain teater, menyanyi, bahkan menari. Di tengah-tengah pergumulan hidup, ia mulai menulis dongeng-dongeng  (yang  menjadi passion  sebenarnya). Melalui tulisannya itu, Andersen mulai dikenal luas. Kini, kita boleh bersyukur sebab bisa menikmati dongeng-dongengnya seperti: The Tinderbox, The Princess and the Pea, Thumbelina, The Little  Mermaid  dan The Emperor's New Clothes.
         
Untuk mencapai kesuksesan, seseorang tidak boleh  ber-leha-leha  atau santai, melainkan perlu usaha yang yang keras bahkan sampai  "berdarah-darah."  Pepatah Latin yang berbunyi,  "per ardua ad astra –  bersusah payah untuk sampai ke bintang, rupanya tepat untuk melukiskan makna  "memulai" sesuatu.  Dan untuk itu,  diperlukan usaha serta optimisme yang tinggi.  "No gain, without pain"  – Tidak ada keberhasilan yang dapat diperoleh tanpa usaha dan kerja keras.  Pencapaian-pencapaian seseorang tidak dilakukan semudah  membalikkan  telapak tangan, melainkan penuh ketekunan dan bertahan dalam kesukaran.  Seperti kata miliuner terkenal dari Amerika Donald Trump (Lahir: Queens – New York City, 14 Juni 1946), "Without passion you don't have energy, without energy you have nothing."

Senin 5 Agustus 2013  Markus Marlon
 
 

Sent by PDS
http://pds-artikel.blogspot.com

Tidak ada komentar: