Senin, 14 Mei 2012

DELETE

DELETE
(Sebuah Percikan Permenungan)

Sementara mengadakan perjalanan ke Pulau Bunaken, ada sms-sms berbau terror
yang menyakitkan hati. Sms-sms itu ku-save dan kadang-kadang saya baca
kembali. Hal itu saya buat berkali-kali. Ini juga yang menyakitkan. Kemudian
secara tidak sengaja, saya membaca tulisan yang tertera di palka, "Jangan
membaca berulang kali sms yang menyakitkan. Delete! Agar batin tidak
tersiksa." Pada saat itu juga, saya delete pesan singkat tersebut dan tidak
lama kemudian, saya boleh menikmati rekreasi di Pulau Bunaken dengan
gembira hati.

Menghapus, remove, delete merupakan pengalaman yang sering kita lakukan.
Kalau kita menghapus tulisan di komputer dengan mudah kita delete. Jika kita
menghapus tulisan di whiteboard dengan mudah kita erase. Dengan menghapus
tulisan atau gambar di komputer dan di whiteboard tersebut, tidak ada beban
sama sekali dalam diriku. Namun amat lain jika kita harus me-remove
nama-nama orang dalam alamat BBM, YM, e-mail maupun hand phone. Mereka
adalah nama-nama pribadi yang pernah bersahabat dengan kita dan tidak lama
lagi tidak akan ada komunikasi lagi. Setiap perpisahan pasti menyakitkan.

Putu Wijaya pernah menulis di majalah Jakarta-Jakarta tentang remove. Pada
zaman itu, orang-orang masih akrab komunikasi lewat korespondensi. Ketika
seseorang membuka buku alamat, ia mulai merenungkan nama-nama yang tertera
dalam buku tersebut. Satu per satu, ia mulai ingat kembali nama-nama orang
yang sering dikirimi surat. Ada yang enak diajak komunikasi, namun juga ada
orang yang tidak pernah membalas jika dikirimi surat. Akhirnya pemilik buku
alamat itu pun mulai ambil tip-ex dan me-remove nama-nama tersebut. Setiap
kali menghapus satu nama, ia menitikkan air mata, karena persahabatan yang
telah dialami selama ini. Ritual penghapusan nama-nama dalam buku alamat
bagaikan perpisahan yang tidak mungkin akan berjumpa lagi. Sahabat yang dulu
dikirimi surat, kini tidak akan ada lagi komunikasi.

Penghapusan pribadi juga dialami oleh Fouquet. Ia adalah menteri keuangan
dari Louis XIV (1710 – 1774) sang Raja Matahari, Le Roi Soleil. Sang raja
ini adalah pria angkuh dan arogan yang selalu ingin menjadi pusat perhatian.
Ia tidak menghendaki adanya matahari kembar. Suatu kali, Fouquet itu
mengadakan pesta yang luar biasa hebat. Ia membuat pesta itu, supaya nama
sang raja semakin besar dan semakin bersinar. Namun sangat disayangkan bahwa
pesta itu malah menjadikan sang menteri lebih popular. Tentu saja raja
langsung marah dan memerhentikan dirinya dari menteri keuangan dan dituduh
korupsi. Ia di-delete, dan mengangkat bendahara istana yang baru yakni,
Jean-Baptiste Colbert seorang yang amat kikir dan pribadinya pun tidak
menarik serta pesta-pesta kenegaraan yang ia buat paling membosankan di
Paris.

Bagaimana rasanya jika dalam hidup ini diri kita dianggap tidak ada,
meaningless dan nothing. Dalam kerumunan orang, kita tidak disapa, dalam
meeting, kita tidak dianggap ada, dalam pergaulan kita tidak dianggap
manusia. Sungguh menyakitkan. Dr Sam Ratulangie (1890 – 1949)
memperkenalkan motto-nya, "Si Tou Timou Tumou Tou", artinya: Manusia hidup
untuk menghidupi (sesama) manusia. Bila kita gabungkan kedua filsafat
tersebut, maka kita mendapatkan "Aku ada untuk Engkau!" Kita juga bisa
merujuk pemikiran Martin Buber (1878 – 1965) tentang relasi "I – Thou". Bagi
orang Jawa, relasi antarsesama itu menjadi bermakna karena merasa diri
diuwongke, yang berarti: dimanusiakan, dihargai, dianggap ada bahkan
dianggap penting. Relasi manusia yang saling menghidupkan, bukan saling
men-delete.

Bulan Maret 2011 saya singgah di di kota Tembagapura. Tembagapura merupakan
kota terpencil di pedalaman provinsi Papua yang dibangun oleh Freeport
Indonesia pada tahun 1970 – 1972. Konon, selain pembuatan film Denias –
Senandung di Atas Awan – berlokasi di Wamena, juga berlokasi di Tembagapura
ini. Saya dekati kerumunan anak-anak SD yang sementara istirahat siang.
Mereka adalah anak-anak dari para karyawan PT. Freeport Indonesia. Ketika
saya "masuk" dalam kerumunan anak-anak, mereka meneriaki salah seorang
teman mereka yang bernama James Bon. Kemudian saya bertanya, "Adakah dari
kalian yang bernama James Bon?"

Tiba-tiba, anak yang paling besar mulai membuka sebuah mop Papua. Ia
bercerita bahwa James ini adalah orang yang suka pinjam uang di warung
sekolah. Pemilik warung menulis bon, setiap kali James ini mengambil
barang-barang dagangan. Lama-lama, kertas bon itu semakin banyak dan
menumpuk. Itulah sebabnya, James dijuluki oleh teman-temannya James Bon.
Tentu saja hutang yang menumpuk itu menjadikannya sebagai beban. Ia menjadi
tidak konsentrasi dalam kegiatan belajar-mengajar. Untunglah ada seorang ibu
guru yang prihatin dengan situasi anak didiknya. Ia menemui pemilik warung
dan membayar lunas hutang-hutang James Bon itu. Setelah dibayar, ibu guru
itu lalu menyobek kertas-kertas nota bon itu. Hutangnya telah dihapus,
di-delete, di-remove. Kini James Bon sudah ringan dan kini namanya diganti
dengan nama James Delete.

Sebagai manusia, tentu kita memiliki pengalaman-pengalaman yang menyakitkan.
Banyak salah dan dosa yang telah dibuat oleh manusia. Pemazmur menulis,
"Jika Engkau, ya Tuhan mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah
yang dapat tahan?" (Mzm 130: 3). Bon kita terlalu banyak menumpuk. Tuhan
sendiri telah membayar lunas (I Kor. 6: 20).

Setelah dua hari men-delete dan me-remove dari BBM yang tidak pernah
menanggapi sms-sms ku, kini nama itu muncul lagi dan minta di-invite. Di
sini, muncullah dilema dalam hatiku. Kalau saya accept, maka fotonya akan
terpampang terus dan tidak pernah ada komunikasi dan kalau saya ignore,
tentu "tidak enak hati". Jalan tengahnya adalah pending saja. Kemudian
dalam hati saya pun berkata, "Medio tutissimus ibis" yang berarti: yang
paling aman adalah apabila engkau berjalan di tengah. Ya, pending saja!!!
Mungkin bisa satu hari, satu minggu mungkin satu bulan, satu tahun dan
bahkan selama-lamanya. Wallahualam bissawab!

Skolastikat MSC, 30 Januari 2012
Biara Hati Kudus – Pineleng
Jl. Manado – Tomohon KM. 09
MANADO – Sulawesi Utara – 95361

Markus Marlon msc

Tidak ada komentar: