Kamis, 29 Maret 2012

ADA UDANG DI BALIK BATU

ADA UDANG DI BALIK BATU
(Sebuah Coret-Coret tentang Pepatah-Peribahasa-Jargon-Ungkapan)

Peribahasa yang berbunyi, "Ada udang di balik batu" tentunya sudah tidak
asing lagi di telinga kita. Jika kita rujuk pada pepatah Latin, akan muncul
kata, do ut des yang berarti: aku memberi supaya Anda juga memberi.
Pemberian dan pertolongan kepada orang lain, itu memiliki maksud agar
nantinya – entah kapan – ia akan mendapatkan kembali, bahkan kalau bisa
lebih. Sri Mulyono Herlambang (1930 – 2007) dalam Wayang dan Wanita
menulis, "Tokoh Drona yang dipermalukan oleh teman lamanya, Prabu Drupada.
Drona dihajar sampai tangan dan mukanya rusak. Dengan dendam yang membara,
ia berusaha untuk mendapatkan bala-bantuan untuk menggembur kerajaan
Pancala. Bala bantuan itu adalah para pangeran Pandawa dan Kurawa, yang
adalah para muridnya" Apa yang dibuat oleh sang guru itu "ada udang di
balik batu". Dalam bertindak menggunakan filsafat "mata kail", atau
"rencong". Jika kita melempar sesuatu, maka akan datang kembali ke arah kita
lagi. Yesus juga mengritik orang yang dalam melakukan memiliki maksud
tertentu, "Ingatlah jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang
supaya dilhat mereka..." (Mat. 6: 1).

Lao Tze (± 604 – 521 seb.M) dalam Tao Teh Ching menulis, "Alam ini bekerja
tanpa mengharapkan suatu imbalan. Demikian juga para bijak." Segala sesuatu
dalam alam ini, termasuk hewan membawakan peran mereka masing-masing, tanpa
mengharapkan imbalan. Setiap pagi matahari terbit, ia tidak mengharapkan
imbalan apa pun. Alam raya di dunia ini juga memberikan ajaran kepada kita.
Danau Galilea, misalnya airnya diterima dari aliran sungai Yordan dan
setelah itu dialirkan ke sungai-sungai lain. Di sekitar danau itu tanahnya
amat subur dan ikan-ikan amat banyak. Ada ikan mirip mujair, tetapi di sana
namanya ikan petrus. Sebaliknya laut mati, adalah laut yang hanya menerima
air dari mana-mana, tetapi laut itu tidak pernah memberikan aliran airnya ke
tempat lain, sehingga tidak ada makhluk hidup sama sekali. Makanya namana
Laut Mati. Peribahasa Inggris, "Give and take is fair play" artinya:
memberi dan menerima adalah keharmonisan dan keseimbangan. Orang yang suka
donor darah juga akan sehat dan segar.

Peribahasa Jawa, "Sepi ing pamrih rame ing nggawe" yang berarti: mengerjakan
sesuatu yang tidak didasari oleh kepentingan pribadi, tetapi semata-mata
untuk kepentingan bersama, mengajak kita untuk merenungkan sikap kita dalam
berelasi dengan orang lain. Di setiap daerah ada budaya saling membantu .
Di Minahasa, ada mapalus yakni bekerja bersama-sama tanpa pamrih. Di Jawa
Tengah juga ada sambatan, membantu orang yang punya hajat tanpa imbalan
sepeser pun. Saya sering mendengar pengumuman di paroki-paroki yang
menyumbang dana atau material, tetapi ketika diumumkan tidak mau disebutkan
namanya: No Name. Yesus bersabda, "Tetapi jika engkau memberi sedekah,
janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu" (Mat.
6: 3)

Skolastikat MSC, 29 Februari 2012
Biara Hati Kudus – Pineleng
Jl. Manado – Tomohon KM. 9
MANADO – 95361
Markus Marlon msc

Tidak ada komentar: