Kamis, 15 Maret 2012

MUDA FOYA-FOYA, TUA KAYA RAYA, MATI MASUK SURGA

MUDA FOYA-FOYA, TUA KAYA RAYA, MATI MASUK SURGA
(Sebuah Coret-Coret tentang Pameo-Kata
Mutiara-Pepatah-Adagium-Semboyan-Peribahasa-Jargon-Ungkapan-Pitutur)

Waktu ngangsu kawruh (menuntut ilmu) di Seminari Menengah Mertoyudan
(1982 – 1986), saya menerima surat dari ibu dan tulisan yang masih kuingat
adalah "Dalam hidup ini, kita harus berakit-rakit ke hulu, berenang-renang
ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian." Isi "surat
wasiat" itu rupanya memiliki makna yang mendalam. Peribahasa ini dikandung
maksud: kalau menginginkan sesuatu, hendaklah berusaha untuk mendapatkannya.

Dongeng, cerita rakyat dan wiracerita-wiracerita, memberikan kepada kita
kisah-kisah kebijaksanaan tentang penderitaan manusia yang pada akhirnya
berbuah manis. Cerita Cinderella-nya Charles Perrault (1628 – 1703),
dongeng The Snow Quenn-nya H.C. Andersen (1805 – 1875) dan wiracerita
pembuangan Rama dan Shinta yang didampingi Laksmana di hutan Dandaka,
hendak menunjukkan kepada kita bahwa untuk menuju kemuliaan, seseorang
perlu menderita terlebih dahulu. Dalam peribahasa Inggris, ada
tulisan-tulisan, "No pain, no gain" (iiada hasil tanpa jerih payah) atau
"Nothing stake, nothing draw." (kalau tidak membeli lotere, jangan
berharap akan menang undian). Kalau meminjam bahasa eksekutif muda, "Tidak
ada makan siang yang gratis"

Jatuh-bangun yang kita alami dalam hidup ini, meyakinkan diri kita bahwa
hidup ini adalah suatu perjuangan. Seneca (4 seb M – 65 M) menulis, "Vivere
militare" yang berarti hidup adalah berjuang. Lewat ungkapan ini, Seneca
mengajak pembacanya untuk berjuang mengatasi berbagai kesulitan dalam hidup.
Pius Pandor menyitir ungkapan Ovidius (43 seb.M – 18 M) "Dulcia non meruit,
qui non gustavit amara" yang berarti: yang tidak pernah mengecap kepahitan
tidak akan dapat pula menikmati kemanisan. Memang benar bahwa bersusah payah
itu merupakan syarat mutlak untuk mencapai kebahagiaan. Pepatah per ardua
ad astra, yang berarti: bersusah payah untuk sampai ke bintang, rupanya
tepat untuk melukiskan makna hidup ini.

Orang-orang yang telah mengukir sejarah adalah mereka yang memiliki semangat
juang yang tinggi. Bung Karno (1901 – 1970) dengan para founding fathers
memiliki impian yang tinggi untuk membangun "jembatan emas kemerdekaan."
Bung Karno harus keluar-masuk penjara demi perjuangan kemerdekaan. Ia
ditahan di penjara Sukamiskin dan dibuang ke Ende (NTT) dan diasingkan di
Bengkulu. Bung Karno wafat bukan di istana yang mewah.
Mohandas Karamchand Gandhi (1869 — 1948) yang juga dipanggil Mahatma
Gandhi (bahasa Sansekerta: "jiwa agung") adalah pejuang dengan jubah
pengemis. Film berjudul Gandhi yang dibintangi oleh Ben Kingsley
(1943 - ) melukiskan bagaimana ia membentuk gerakan perlawanan rakyat
sipil untuk memrotes monopoli garam yang diberlakukan pemerintah Inggris di
India. Gerakan Satyagraha yang dipimpin oleh Mahatma Gandhi ini bersikeras
bahwa garam merupakan kebutuhan vital bangsa India. Ia bersama-sama rakyat
yang jumlahnya ribuan berdemo untuk menentang ketidakadilan yang dibuat oleh
Inggris. Gandhi mati karena ditembak.

Martin Luther King Jr. (1929 – 1968) mencanangkan kebebasan bagi bangsa
kulit berwarna. Pidatonya yang terkenal adalah I have a dream. Perjuangan
Martin Luther King Jr yaitu adanya kebebasan. Penggalan dari pidatonya,
"Aku punya mimpi bahwa suatu hari di bukit-bukit merah di Georgia, anak-anak
dari mantan budak dan anak-anak dari mantan pemilik budak dapat duduk
bersama dalam sebuah meja". Pada puncak kariernya, tahun 1968 dia ditembak
di Lorraine Motel di Memphis, Tennessee.

Para pejuang kemanusiaan, berharap mereka gugur pada saat menunaikan
tugasnya dalam pengabdian. Bhisma, seperti yang ditulis dalam Mahabaratha,
gugur ketika sedang berperang. Lakon Bhisma Gugur mengisahkan dengan
tragis, bagaimana kematiannya beralaskan senjata-senjata dan bukan
permadani, bau anyir darah dan bukan anggur, serta tangisan keikhlasan dan
bukan penyesalan. Demikian pula, para pejuang kemanusiaan akan menemukan
kebahagiaan tatkala perjuangan dan penderitaan mereka menjadi inspirasi bagi
para penerus bangsa.

Ketika saya dan Komunitas suster-suster ADM Kutoarjo pasiar (piknik) di
Pangandaran – Ciamis – Jawa Barat (2002), ada sekelompok pemuda yang
sedang menikmati sunset menjelang magrib. Dari kejauhan saya mendengar
diskusi yang cukup menarik dan terdengar samar-samar. Mereka berbicara
tentang carpe diem, hidup harus dinikmati, hedonisme dan untuk apa
susah-susah. Kemudian tak lama kemudian seorang gadis remaja berkata,
"Hidup yang baik itu ya: muda foya-foya, tua kaya raya dan mati masuk
surga!" Seketika itu juga buyarlah permenunganku tentang "Bersakit-sakit
dahulu, bersenang-senang kemudian" Kemudian dalam hati saya berkata, "Enak
juga ya muda foya-foya, tua kaya raya dan mati masuk surga! Tapi bagaimana
caranya?????????"

Skolastikat MSC, 14 Maret 2012
Biara Hati Kudus – Pineleng
Jl. Manado – Tomohon KM. 9
MANADO – 95361
Markus Marlon msc

Tidak ada komentar: