Kamis, 27 November 2008

Panurata bermimpi : Air berubah menjadi minyak

Di Desa "Gemah Ripah", Panurata, seorang pemuda desa yang tampan dan cerdas ini, termasuk pemuda yang tidak pantang mundur terhadap situasi hidupnya, termasuk kesulitan keluarganya untuk mendapatkan minyak tanah. Dua hari antre di pasar, barulah ia dapat minyak 5 liter,meski dengan harga yang 3 kali lipat lebih mahal. Nah karena kesulitan itulah, Panurata berangan-angan mengubah air menjadi minyak. Isterinya, Jerawati sampai geleng-geleng kepala karena sudah satu bulan, minyak tanahnya malah sering habis tidak untuk masak, tapi untuk uji coba Panurata mengubah air menjadi minyak. Dia mencoba mencampurkan air dengan minyak...tapi tetap saja tidak bisa jadi satu, selalu saja pisah.

Jerawati pun suatu saat jengkel, "Mas, sudah tahu, air tidak bisa bercampur dengan minyak, tetep saja tiap hari dicampur campur...sampai minyak habis. Apa nggak nyadar sih, minyak kan mahal!! Kita saja kurang minyak untuk masak...eh malah buat mainan!! Sadar Mas,...Sadar...!! Dengan penuh kesabaran, Panurata menatap Jerawati, "Jeng...apa kita tidak boleh bermimpi, suatu saat terjadi penemuan yang menggegerkan jagad, air berubah jadi minyak, karena bisa bercampur.! Lalu dari pencampuran itu kan akan kelihatan...manakah unsur yang bisa membuat air bisa jadi minyak! Nah..sekarang ini saya lagi berusaha mencari unsur yang bisa mempersatukan air dan minyak...kalau unsur itu ketemu..wah...kita jadi orang kaya sedunia Jeng!! Jerawati makin cemberut,sampai maju 3 cm bibirnya maju..."Yeee...nggak usah mimpi deh...lihat kenyataan mas, nggak bakal minyak bisa bercampur dengan air, apalagi kok mau mengubah air menjadi minyak!" Panurata lalu berpangku tangan, mulai mengiyakan pendapat isterinya tercinta, "Jeng, memang benar, sampai sekarang, air tidak bisa bercampur dengan minyak, tapi apa salahnya sih aku mencoba?" Jerawati pun lalu mulai kendor ketegangannya, "Okey Mas, aku ikut mendukung percobaanmu...ehmm tapi apa kamu tidak konsultasi dengan seseorang yang bisa menjadi gurumu?" Panurata tersenyum, rasanya isteri tercinta mulai mendukung usahanya, "Okey, nanti aku cari!"

Benar, Panurata mencari seorang guru. Karena itu ia mencari seorang pinisepuh di Desanya, "Gemah Ripah". Pinisepuh itu namanya Mbah Gedhek. Simbah Gedhek menasihati Panurata katanya, "Dik Panu, saya salut dengan usahamu untuk membuat mimpimu jadi kenyataan, istilah yang bagus itu, a dream will come true! Nah, cobalah berjalan dari sini ke arah selatan menuju pegunungan Harta Karun, lalu carilah sebuah gua yang menghadap pantai selatan. Kalau kamu sudah memotong bukit itu, pasti akan ketemu pantai, tidak jauh dari situ akan ada gua yang bagus. Nah di situlah guru itu tinggal! Kira kira 50 km jaraknya!" Dengan wajah ceria penuh harapan, Panurata menanggapi petunjuk guru itu. "Mbah, saya boleh bertanya apa saja kepada guru itu?" Dengan senyum penuh wibawa, Mbah Gedhek pun geleng geleng kepala. "Tidak anakku, kamu hanya boleh bertanya satu kali saja, "unsur apa yang membuat air menjadi minyak?" Panurata pun hanya bisa mengatakan, "Baiklah kalau begitu!" Panurata lalu pamit dan berjalan dengan wajah bergairah, rasanya mimpi itu seolah olah sudah tinggal selangkah lagi!

Sepulang dari rumah Mbah Gedhek, Panurata lalu cerita kepada Jerawati. "Jeng, aku sudah tanya Mbah Gedhek. Aku harus ketemu seorang guru di gua, di balik pegunungan Harta Karun, Wilayah Provinsi Artomoro, sekitar 50 km. Dan dari jalan besar ke gua itu 25 km, hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki." Jerawati terpana, "Haah....tapi ya kalau memang sudah jadi niat dan tekadmu yang "keukeuh", aku hanya bisa mendukungmu dengan doa!". Panurata begitu bahagia malam itu, rasanya mimpi itu sudah mulai terpampang di depan matanya, seperti membalik telapak tangan.

Akhirnya pada sabtu pagi, sekitar pk 4 Panurata memulai perjalanan. Dia naik bis kota, dan sesampai di perbatasan Provinsi Artomoro yang berjarak 25 km dari desanya, dia lalu turun dan berjalan menuju gua di balik pegunungan Harta Karun. Dia melewati jalan sempit, perbukitan, kadang jalan setapak yang tepi kanan dan kirinya berupa jurang. Sabtu sore, menjelang jam 15, Panurata sampai di gua itu. Lalu masuklah, dan dengan suara keras dia menyapa, "Punteeeen..... Punteeeen...!!" Lalu keluarlah seorang gadis yang kelihatan dewasa, bernampilan rok panjang warna putih dan rambut panjangnya sebahu terurai. Gadis itu kelihatan cantik! Panurata lalu menyapa, "Maaf, apakah saya bisa mencari seorang guru yang mengajari saya segala ilmu?" Gadis itu menjawab, "Mas, dapat informasi dari siapa, kok jauh jauh mencari seorang guru sampai di sini?" Panurata pun dengan agak malu-malu menjawab, "dari Mbah Gedhek, Non!" Gadis itu, melipat tangan di dadanya, lalu menanggapi, "Ehmmm...begitu..iya benar..saya kenal beliau! Terus apa yang mau kamu tanyakan pada saya? Dan ingat, kamu hanya boleh bertanya satu pertanyaan, tidak boleh lebih." Panurata lalu menyahut, "Baik, saya akan ajukan satu pertanyaan!" Panurata masih kelihatan grogi, melihat gadis cantik yang katanya "guru" segala ilmu itu. Lalu Panuratapun mengajukan pertanyaan,."Non, apakah Anda sudah menikah?"

Begitulah cerita pendek itu berakhir, dan sampai sekarang, air tidak pernah berubah menjadi minyak, karena Panurata tidak tanya "unsur apa yang bisa membuat air jadi minyak", tetapi malahan bertanya, "Non, apakah Anda sudah menikah?"

Cerita itu memberikan pesan,
"Begitu kuat niat dan tekad untuk mengubah segalanya, tapi ketika berhadapan dengan kenyataan sesungguhnya, kita kerap kali berubah pikiran."

Tidak ada komentar: