Kamis, 06 November 2008

Blessing In Disguise

Blessing In Disguise

Adalah sepasang suami-istri yang sudah lama tidak mempunyai anak. Suatu hari
sang istri ternyata hamil lalu melahirkan seorang anak laki-laki. Semua
tetangga mengatakan mereka adalah pasangan yang beruntung. Anaknya laki-laki
lagi. Kalau nanti sudah dewasa, bukankah dia bisa bekerja keras dan merawat
orang tuanya? Sungguh beruntung mereka punya anak laki-laki.

Ternyata anak tersebut sangat senang kuda. Dia sangat ingin memiliki seekor
kuda. Tapi mereka miskin sehingga tidak bisa membeli hewan tersebut. Semua
orang mengatakan bahwa mereka benar-benar sial karena miskin, sehingga
tidak bisa membeli kuda. Kalau mereka kaya, kan bisa beli kuda? Sial benar.

Suatu hari ayahnya diberi seekor anak kuda oleh pelanggannya yang sering
membeli kayu bakarnya. Jadilah anak itu punya seekor kuda. Semua orang
mengatakan mereka sangat beruntung. Ingin punya kuda, eh ada yang memberi
kuda. Beruntung sekali.

Anak itu pun belajar berkuda. Dia sering berkuda ke mana-mana. Suatu Hari,
ketika sedang berkuda. ternyata kuda tersebut mengamuk, sehingga anak itu
terjatuh dan kakinya patah. Sejak kejadian itu dia menjadi pincang apabila
berjalan.

Semua orang menyesali mengapa dia berkuda. Kalau dulu tidak punya kuda, kan
dia tidak akan jatuh. Dan kakinya tidak akan pincang. Sial. Mengapa punya
kuda? Lebih baik tidak usah punya kuda. Sial sekali.

Setelah anak tersebut menginjak dewasa, ternyata di negara tersebut pecah
perang dengan negara lain. Semua pemuda harus menjadi serdadu. Anak pasangan
suami-istri itu juga harus mendaftar. Orangtuanya khawatir kalau anak
satu-satunya ikut berperang. Semua tetangga merasa kasihan dan menyesali
mengapa dulu tidak lahir anak perempuan saja. Kalau anak perempuan kan tidak
harus berangkat berperang. Aduh, sial benar, mengapa pasangan itu dulu
melahirkan anak laki-laki?

Ketika dilakukan pemeriksaan kesehatan ternyata anak itu yang kini sudah
tumbuh menjadi seorang pemuda, tidak diterima sebagai serdadu karena kakinya
cacat. Semua orang mengatakan, beruntung sekali dia tidak harus berperang.
Coba kalau dulu tidak jatuh dari kuda, dia pasti harus ikut berperang.
Untung dulu dia punya kuda. Untung dulu dia jatuh dari kuda. Untung kakinya
pincang. Sungguh beruntung dia.

Dari cerita ini, sebenarnya untung dan sial itu apa sih? Kapan seorang
disebut beruntung dan kapan kurang beruntung? Ketika anak laki-laki yang
lahir, katanya beruntung, tapi ketika dia harus berperang, orang-orang
mengatakan mengapa dulu tidak lahir anak perempuan saja?

Ketika dia mendapat kuda, katanya beruntung, tapi ketika dia pincang karena
jatuh dari kuda, katanya sial. Orang-orang menyesali mengapa punya kuda.
Lalu ketika dia tidak jadi berperang karena pincang, kata orang dia
beruntung karena dulu pernah jatuh dari kuda. Untung dulu punya kuda. Untung
dia pincang.

Jadi, sebenarnya kapan seseorang sial dan kapan seseorang beruntung? Apakah
karena tidak sesuai dengan yang kita harapkan lalu kita katakan sial atau
kita anggap musibah? Apakah ketika sesuai dengan keinginan kita, lalu
musibah tersebut bisa berubah menjadi keberuntungan? Kapan kita menyesali
sesuatu? Kapan kita mensyukuri sesuatu? Mungkin saja apa yang dianggap sial
atau musibah hari ini, mungkin bisa berubah menjadi keberuntungan di masa
depan. Mengapa? Mungkin karena kita belum bisa melihat blessings in
disguise. Kita tidak bisa melihat berkah dibalik musibah. Apa yang dilihat
sebagai musibah hari ini, ternyata di kemudian hari baru kita sadari bahwa
hal itu mengandung berkah.

Kisah berikut ini juga mengambarkan adanya berkah terselubung. Sekali waktu
ada seorang pria buta huruf yang bekerja sebagai penjaga sebuah sekolah di
Amerika Serikat. Sudah sekitar 20 tahun dia bekerja di sana. Suatu hari
pemimpin sekolah itu dipindahkan ke tempat lain dan digantikan oleh pemimpin
baru.

Pemimpin baru ini menerapkan aturan baru. Semua pekerja harus bisa membaca
dan menulis agar mereka bisa mengerti pengumuman yang ditempel di papan
pengumuman. Penjaga yang buta huruf itu terpaksa tidak bisa bekerja lagi.

Dia sangat sedih dan berjalan pulang dengan lemas. Dia tidak berani langsung
pulang ke rumah, tidak berani langsung memberitahu isterinya. Dengan sedih
dia berjalan pelan menelusuri jalanan.

Setelah hari gelap sampailah dia di sekitar pelabuhan. Dia pun ingin membeli
tembakau. Tapi setelah mencari kemana-mana, setelah mengelilingi beberapa
blok, tidak ada satu toko pun yang menjual tembakau. Tiba-tiba, dia berfikir
"Tembakau sangat perlu. Tapi di sekitar sini tak ada yang jual tembakau. Aku
ingin jualan tembakau saja ah."

Dia pun pulang, lalu dengan penuh semangat menceritakan idenya untuk
berjualan tembakau kepada isterinya. Dia tidak lagi menyesali nasibnya yang
baru saja kehilangan pekerjaan. Kemudian dia pun membuka kios tembakau.
Ternyata tembakaunya laku keras.

Tak berapa lama, dia bisa membuka toko tembakau. Beberapa tahun kemudian dia
bisa membuka beberapa cabang toko tembakau di tempat lain. Jadilah dia
pedagang tembakau sukses.

Ketika sudah jadi orang kaya, dia pun pergi ke bank untuk membuka rekening.
Tapi karena buta huruf, maka dia tidak bisa mengisi formulir. Karyawan bank
berkata "Wah, Bapak yang buta huruf saja bisa punya uang sebanyak ini,
apalagi kalau Bapak bisa membaca dan menulis, Bapak pasti lebih kaya lagi."
Dengan tersenyum dia berkata "Kalau saya bisa membaca dan menulis, saya
pasti masih menjadi penjaga sekolah."

Waktu dia dipecat, dia merasa sedih, putus asa, dan mungkin menyesali
kejadian itu. Peristiwa itu merupakan musibah. Tapi kini, dia bisa melihat
bahwa mungkin nasibnya tidak akan berubah menjadi seperti sekarang kalau
dulu dia tidak dipecat.
Apa yang dulu merupakan musibah, ternyata kini mendatangkan keberuntungan,
menjadi berkah. Mari kita mencoba bersabar dan tabah dalam menghadapi
apapun. Berdoa supaya bisa melihat berkah di balik musibah dan selalu
bersyukur terhadap apa yang sudah diberikan DIA untuk kita.

Do not give up! See the blessings in disguise!

.

Tidak ada komentar: