Rabu, 02 April 2014

Munafik

MUNAFIK
(Serpihan-Serpihan Kisah Yang Tercecer)
         
          Belum lama ini (Minggu, 30 April 2014), saya mendengar celotehan orang-orang yang sedang bertengkar di mikro (sebutan untuk angkutan umum di Minahasa, mungkin seperti mikrolet atau  opelet), "Eh ngana jang munafik, pura-pura suci" – eh, kamu jangan munafik, berpura-pura saleh.
          Kata munafik itu berasal dari bahasa Arab  munāfiq yang berarti  "lain mulut lain di hati."   Di depan memuji tetapi ternyata menusuk dari belakang. Itulah sebabnya dalam bahasa Inggris,  kata  "hypocrite"  berarti bermuka dua atau lidah biawak. Ngeri amat  sich!  Kemunafikan dalam penerapannya terdapat dalam pepatah-petitih yang berbunyi, "wolf  in sheep's clothing" – serigala  berbulu domba.
          Kata Munafik aslinya dari kata Yunani  hupokritēs  yang berarti: orang yang menjawab.  Kemudian hari berubah menjadi kata yang terkait secara khusus dengan pernyataan dan jawaban dalam dialog di atas panggung dan ini merupakan kata Yunani yang umum, yang artinya seorang  actor  (Bdk.  William Barclay dalam bukunya yang berjudul,  "Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Injil Matius ps. 1 – 10"  hlm. 457).
          Kemudian, artinya berubah lagi yaitu seorang  actor yang maknanya sangat buruk yakni  seorang yang berpura-pura atau orang yang bermain sandirwara atau orang yang memakai topeng atau kedok untuk menutupi perasaan hatinya yang sebenarnya.  Maka tidak heranlah, jika ada orang yang munafik akan ditegur temannya, "Kamu jangan memakai kedok yah!  Terus-terang saja jangan  plin-plan."  Atau saat ini banyak  badut politik – yang ber-pantomim  –  artinya memberi janji-janji ketika kapanye. Apa yang dikatakan – mungkin – tidak sama dengan apa yang ada di hatinya.
          Dalam syair lagu yang berjudul,  "Panggung Sandiwara"  dilukiskan bahwa setiap kita dapat satu peranan yang harus kita mainkan.  Ada peran wajar dan ada peran berpura-pura.  Barangkali peran  "yang berpura-pura" itu menurut Achmat Albar adalah orang yang  munafik.
 
Rabu, 02 April 2014   Markus  Marlon
        

Sent by PDS
http://pds-artikel.blogspot.com

Tidak ada komentar: