Rabu, 17 November 2010

Wirausaha Tidak Bisa Dilatih

Wirausaha Tidak Bisa Dilatih
Kamis, 18 November 2010 | 02:57 WIB

Jakarta, Kompas - Untuk menjalankan usaha sendiri, seseorang harus
mempunyai karisma di dalam dirinya. Karisma ini hanya dimiliki orang-orang
yang memiliki visi atau impian dan semangat yang luar biasa untuk
mewujudkan impiannya itu.

Oleh karena itu, materi-materi ajar kewirausahaan di sekolah, terutama di
sekolah menengah kejuruan dan politeknik, tak serta-merta akan menghasilkan
wirausaha karena mereka tidak bisa dilatih atau dididik.

Hal itu dikemukakan ekonom dan pengusaha dari Amerika Serikat, Carl J
Schramm, di Jakarta, Senin (15/6). "Kita tidak bisa melatih seseorang untuk
memiliki karisma. Ada orang-orang tertentu yang memiliki kepribadian senang
dengan tantangan serta berani mengambil risiko dan inovatif dan gigih
mewujudkan impiannya," kata Schramm yang juga Presiden dan CEO Kauffman
Foundation itu.

Yang bisa dilakukan, lanjut Schramm, adalah melatih atau mendidik seseorang
yang memiliki bekal ide dan semangat atau bahkan sudah memulai usahanya
sedikit demi sedikit untuk membuat rencana atau strategi usaha. Tujuannya,
untuk mengurangi risiko kegagalan usahanya dan memastikan keberhasilan
usaha. Jika memiliki rencana atau strategi usaha yang jelas, dipastikan
usahanya pun akan berhasil.

Sekolah-sekolah kejuruan akan sangat berguna dalam hal itu. Tidak hanya
itu. Para wirausaha yang sukses juga bisa berbagi ilmu dengan siswa di
sekolah-sekolah kejuruan.

"Jadi, belum tentu semua orang bisa menjadi entrepreneur karena masih lebih
banyak orang yang boro-boro memikirkan inovasi usaha, memikirkan mau makan
apa hari ini saja sudah susah," kata Schramm.

Menjadi seorang wirausaha yang sukses pun, kata Schramm, tidak perlu harus
memulai usaha sejak usia muda. Selama ini banyak beredar anggapan keliru
bahwa jika ingin sukses, seseorang harus memulai usaha sejak usia 19 atau
21 tahun. Jika tidak, tidak akan pernah berhasil menjadi wirausaha. "Nyatanya,
banyak orang yang memulai usaha justru ketika sudah pensiun," ujarnya.

Schramm juga mengatakan, kewirausahaan harus dilakukan, bukan sekadar
diajarkan. Pendidikan kewirausahaan memang perlu diperkenalkan di sekolah-
sekolah untuk menginformasikan kepada siswa bahwa kewirausahaan itu penting
dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi.

Schramm menambahkan, kewirausahaan juga untuk membentuk adanya keinginan di
dalam diri seseorang untuk bekerja sendiri, bukan bekerja kepada orang
lain. Sebab, negara memang butuh meningkatkan jumlah perusahaan-perusahaan
baru guna mendorong meningkatnya pertumbuhan ekonomi.

Sementara itu, Staf Ahli Kementerian Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Prof
Dr Payaman J Simanjuntak saat berbicara dalam seminar "Entrepreneurship
Solusi bagi Pengangguran dan Kemiskinan" di Universitas Katolik Widya
Mandira, Kupang, Senin, menegaskan, di era globalisasi ini
perusahaan-perusahaan besar terbukti selalu mengalami kesulitan menghadapi
persaingan yang kian tajam. Sebaliknya, kelompok usaha kecil justru mampu
menghadapinya karena lebih lincah, fleksibel, serta cepat mengambil
keputusan.

"Tantangan bagi Indonesia adalah mempersiapkan tenaga berkemampuan bekerja
mandiri yang merupakan bagian dari kelompok usaha kecil tersebut," ujar
Payaman.

Menurut dia, kewirausahaan adalah sikap dan kemampuan melihat sekaligus
memanfaatkan berbagai peluang untuk berusaha. Terkait dengan kehebatan
perusahaan kecil dan menengah, Payaman menunjuk contoh ekspor Amerika
Serikat dan Jerman yang 50 persen di antaranya merupakan produk perusahaan
kecil dengan karyawan kurang dari 20 orang.

Sebaliknya, hanya 7 persen ekspor Amerika Serikat bersumber dari perusahaan
besar yang mempekerjakan 500 orang atau lebih. (luk/eln/ans)

Tidak ada komentar: