Rabu, 03 November 2010

Selangkah lagi maju

Selangkah Lagi Maju, Kenapa harus Berhenti?
Oleh Gagan Gartika

"Kemajuan sering menjadi milik orang lain, karena kita tak meneruskan
pekerjaan dan berhenti ditengah jalan".

Banyak orang mundur dan berhenti ditengah jalan, ketika sedang mengerjakan
sesuatu, padahal mungkin saja selangkah lagi maju. Misalnya, kuliah
selangkah lagi lulus, tinggal skripsi. Penulisan sebentar lagi jadi buku,
tinggal bab terakhir. Usaha, sedikit lagi jalan, tinggal butuh kesabaran.
Namun karena mundur, akhirnya kuliah, buku serta usaha menjadi tak sukses.

Yang saya khawatirkan, bukan sekedar mundur atau berhentinya, namun yang
ditakutkan. Kita bisa terjangkit sifat kelembaman, dimana bila seseorang
terkena kelembaman, ia bisa terus malas, sehingga apabila tak ada orang
yang membangkitkan kembali, tujuan akhir tak tercapai.

Dalam ilmu fisika, hukum kelembaman itu, intinya, yaitu apabila benda diam
dalam satu tempat dan tidak ada gesekan atau gesekannya nol, benda tersebut
akan diam terus. Begitu juga ketika benda tersebut bergerak, dan tidak ada
gesekan, benda tersebut akan terus bergerak.

Maka, ketika suatu benda bergerak terus agar berhenti, perlu rem yang
menghentikan pergerakannya. Sebaliknya, bagi benda yang diam terus,
diperlukan energi untuk menggerakan.

Begitu juga dalam kehidupan manusia, ketika seseorang diam terus dirumah,
dan tak ada kegiatan, orang tersebut bisa semakin malas, ide-ide untuk
bekerja menjadi hilang, tak ada inovasi, tak ada kegiatan apa pun, yang ada
maunya tidur, paling banter makan. Sehingga tidur makan, tidur
makan-merupakan kegiatan sehari-hari-
yang akhirnya bisa terkena sifat lembam, apalagi tak ada yang memotivasi.

Kegiatan tersebut banyak terlihat dalam kehidupan dimasyarakat luas. Suami
meskipun sudah punya banyak anak, masih malas bekerja, karena merasa
penghasilan sudah ditopang isteri dan orang tuanya. Perusahaan berjalan di
tempat, karena pegawainya tak mau berubah. Pegawai pemerintah tetap
menjalankan birokrasi ketat, karena menurut pengetahuannya, birokrasi bisa
mengamankan peraturan yang dimanatkan undang-undang. Tukang sayur, tukang
beca, polisi, pegawai pengadilan tetap saja berprilaku seperti biasanya.
Tak ada perubahan yang berarti, ketika pola kegiatannya tak ada yang
merubah.

Kecuali pola tersebut ada yang menggerakan, misalnya, dalam perusahaan ada
pemimpin yang selalu belajar, sehingga bisa mendongkrak kemajuan. Dalam
organisasi ada organisator yang bisa memberikan penyegaran dan memiliki
visi kedepan, sehingga anggotanya mau bergerak mencapai sasaran. Dalam
pembuatan filem, ada sineas, sutradara, sebagai pembaharu, yang mampu
membuat film menjadi hidup. Dalam pembangunan, ada arsitek yang mampu
merancang suatu bangunan menjadi kuat serta memikat.

Begitu juga dalam hidup perlu teman lain, yang mampu mendorong dan
memberikan inspirasi bagi kemajuan pribadi dan peningkatan karier, serta
kemajuan lainnya.

Sehingga, kata orang bijak, kita jangan berlama-lama berdiam diri, otak
kita menjadi tumpul. Juga jangan kelamaan menganggur, ilmunya akan hilang,
serta kelamaan tak olah raga, badan keburu sakit, kelamaan merenung, malah
akan menambah stres. Karena itu, sebaiknya, kita mulai berenang, supaya
kita dapat menyelami dalamnya lautan. Mulai Bekerja sambil belajar, supaya
kita berpengalaman dan berkembang. Dan menggali terus, siapa tahu dibalik
cangkulan terakhir itu ada emas, mengamalkan ilmu walaupun satu ayat,
sehingga bisa membawa kehidupan yang lebih baik dan bermakna.

Banyak orang tak berhasil karena berhenti ditengah jalan, ketika
mengerjakan sesuatu. Misalnya, pedagang bubur berhenti karena tak laku,
begitu juga pedagang bakso berhenti berdagang karena tak kuat menghadapi
persaingan. Dokter lupa praktek, karena jadi politikus, dan bisa saja
seorang insinyur pertanian, akan lupa bertani, ketika lebih banyak bekerja
dibelakang meja, yang jarang berhubungan dengan petani.

Banyak lagi, di masyarakat yang memiliki keahlian tapi tak berguna, dan
hidupnya terlunta-lunta, menanti belas kasihan orang lain, karena ia tak
pernah mengimplementasikan ilmu. Padahal kalau ia mengamalkan, walaupun itu
sedikit, pasti akan menghasilkan. Misalnya, bisa mencangkul, atau menggali
saja kalau diamalkan akan menghasilkan uang, terlihat kuli gali banyak
bekerja pada proyek-proyek pembangunan jalan. Demikian juga jika seseorang
mampunya, hanya menggoes sepeda, ya bisa menjalankan ilmu itu, sedangkan
yang mampunya berdagang, sebaiknya berdaganglah, apalagi mempunyai keahlian
dibidang perbaikan mesin, perbengkelan mobil, perbaikan kulkas atau
barang-barang elektronik, tinggal mau mengamalkan, pasti menghasilkan. Juga
bagi keahlian lain, perlu mengamalkan ilmu agar berhasil. Bila mereka diam
saja, ilmu yang dimiliki akan menjadi lembam dan hilang.

Untuk itu agar tidak lembam, ketika pekerjaan sedang berjalan, sebaiknya
kita berusaha tak pelu berhenti dulu, tetapi perbaiki kekurangan kita,
karena bisa saja selangkah lagi maju.

Dan ketika anda berhenti juga, ini menandakan anda masih tak sabaran dalam
berusaha, belum konsisten, dalam melakukan sesuatu pekerjaan, yaitu
berhenti sebelum mendapatkan hasil. Akhirnya sering terjadi, yang menikmati
hasil, orang yang menggantikan. Sementara kita sendiri sering gigit jari,

Umumnya perusahaan yang tahan banting, biasanya mengalami kemajuan, karena
perusahaan tersebut telah mengalami berbagai perjalanan pahit, telah makan
asam garam, penuh lika-liku pengalaman. Apalagi perusahaan itu ditangani
oleh orang yang cekatan, dan mempunyai tekad untuk maju.

Banyak perusahaan yang tadinya kecil, jadi perusahaan raksasa, contoh
perusahan Toyota, awalnya perusahaan penghasil kendaraan truk dengan body
dan mesinnya masih kasar, tetapi sekarang merupakan perusahaan ternama yang
dipandang dunia. Bisa mengalahkan mobil-modil buatan Eropah. Begitu juga
kita sering melihat usaha-usaha di sekitar kita, misalnya, pembuatan kaos,
pembuatan spanduk, kursus, usaha sekolahan, semula tempat usahanya
mengontrak, karena ditekuni, tempat bisa berubah menjadi milik sendiri.

Sehingga kalau begitu, agar tak lembam serta bisa mendatangkan kemajuan,
sebaiknya kita perlu bergerak terus dan pantang menyerah dalam berjuang dan
bekerja, kalau nda begitu, keberhasilan akan jadi milik orang lain. (gg)


*) Gagan Gartika adalah Praktisi Silaturahmi Marketing (SiMark), Pengusaha
di bidang Forwarding, Transportasi dan Pengurusan Jasa Kepabeanan pada PT.
Kumaitu Cargo dan PT. Penata Logistic. Ia pemilik Lembaga Pendididikan dan
Pengembangan Bisnis (LPPB) Sinergi Indonesia. Pendidikan terakhir, S2
Manajemen dari Ibii. Selain itu pada dibidang pengajaran, mengabdi menjadi
Dosen Sekolah Tinggi Manajemen Transpor Trisakti, Jakarta.

Email: gagan@kumaitucargo.co.id

1 komentar:

Nina r mengatakan...

Menurut saya menjadi pengangguran itu emang enak. Tapi selama menjadi pengangguran itu kita bisa mengeluarkan bakat yang kita miliki dan menhasilkan hasil yang baik