Rabu, 09 September 2015

TERDESAK
(Kontemplasi  Peradaban)

“Carthago delenda” –
Carthago harus dimusnahkan.

Beberapa hari yang lalu, ada seseorang bercerita, “Tadi malam, saya dikejar anjing herder. Lantas saya memanjat tembok yang tinggi sekali. Paginya, saya melihat tembok itu dan astaga, ternyata tembok itu tingginya  ± 2 meter.” Dia heran sendiri, kenapa mampu memanjat tembok setinggi itu dan yang pasti jika tidak karena tidak terdesak atau terpojok tentu tidak mampu memanjatnya. Inilah yang  memotivasi munculnya buku yang berjudul, “The Power of Kepepet”  tulisan Jaya Setiabudi.  Kepepet artinya terpojok, terdesak sehingga mau tidak mau harus bertindak dengan cepat.
Untuk para wartawan, mungkin kenal dengan masa tenggat atau  deadline. Seringkali ketika waktu longgar, otak malah buntu, tetapi jika seorang wartawan terpojok, kepepet atau  terdesak , maka seolah-olah otak terbuka dan ide pun mengalir. Inilah yang oleh Stephen Covey (1932 – 2012) dalam bukunya yang berjudul, “The Seven Habits of Highly Effective  People”  tentang kuadran penting dan mendesak (important and urgent).  Kalau  kepepet (terdesak dan terpojok), maka kita bisa melakukan secara maksimal, seperti yang dikisahkan oleh Aesop (620 – 564 seb.M) pendongeng Yunani Kuno, “The Hare and Hound”. Anjing mengejar kelinci untuk santapan siang, namun tidak bisa menangkapnya karena kelinci bisa meloloskan diri dan masuk ke liang. Lalu, temannya berkata, “Hai sahabat, mengapa engkau kalah dengan kelinci tadi siang?” Jawab anjing, “Oh kelinci itu berlari demi nyawanya,  sedangkan saya mengejarnya untuk makan siang.”
Kemendesakan  (urgency) tentu sangat berkaitan dengan mati dan hidup. Dan ini mengingatkan saya tentang kisah Hannibal (247 – 187 seb.M ). Hannibal berpidato, “Kalian menghadapi musuh yang jauh lebih kuat. Kalian berada bermil-mil dari rumah, di wilayah musah dan tidak mungkin ke mana-mana lagi – dalam pengertian tertentu, kalian sama dengan tahanan. Pilihannya hanyalah kebebasan atau perbudakan, kemenangan atau maut.” Hannibal, seorang genius perang,  berpikir bahwa orang yang terdesak dan dalam situasi yang paling lemah akan menjadi ganas ketika kekalahan berarti maut. Namun, mereka juga memunyai kesempatan untuk bergabung dengan pasukan Kartago untuk meluluhlantakkan  bangsa Romawi yang mereka benci.
Para pebisnis atau karyawan kantor tentu memiliki target-target. Kalau ingin supaya hasilnya maksimal, baiklah jika kita menerapkan teori: Jaya Setiabudi, Aesop,  Stephan Covey, maupun Hannibal,  “The Power of Kepepet” –  Kekuatan keterdesakan.
Kamis, 27 Agustus 2015   Markus Marlon

Tidak ada komentar: