Senin, 21 September 2015

Berpikir Besar

BERPIKIR BESAR
(Kontemplasi  Peradaban)

Kota Tarakan (Kalimantan Utara) di waktu malam sungguh indah.  Saya tiba di kota itu pada suatu malam (Kamis, 13 Agustus 2015). Kotanya bersih dan  Bandara  “Juata” tertata bersih dan rapi. Tidak jauh dari sana, saya melihat ada tulisan seperti laiknya  baliho, “Orang yang berpikiran kecil atau  sempit atau picik membicarakan orang-orang. Orang yang berpikiran rata-rata atau sedang membicarakan kejadian-kejadian dan orang yang berpikiran besar membicarakan ide-ide atau gagasan-gagasan.”  Kata mutiara itu membuat saya tercenung sejenak dan dalam hati saya berpikir, “Yach, kebanyakan orang suka sekali membicarakan orang lain, termasuk saya!”
Dari permenungan tersebut, di atas terpikirkan untuk merenungkan bagaimana itu berpikir besar. Orang yang memiliki pemikiran besar, diandaikan mereka itu tentu legowo, berpikir positif dan tidak mudah terprovokatif dengan kata-kata orang lain. Barangkali inilah yang dikatakan James Allen dalam sebuah tulisannya, “Pemikiran mulia akan melahirkan pribadi mulia, pemikiran negatif akan melahirkan kemalangan”.
“Pemikiran mulia” menurut Kahlil Gibran (1883 – 1931) dalam bukunya yang berjudul, “Jesus the son of Man” diartikan sebagai  “Burung Rajawali takkan membangun sarangnya di pohon yang lemah. Dan singa takkan membuat sarangnya di antara tanam-tanaman.” Seorang yang berpikiran besar tidak akan “terganggu” dengan hal-hal kecil yang menghalangi visinya, “Anjing menyalak kafilah berlalu.” Inilah yang dalam pepatah Latin ditulis, “Aquila non captat muscas”  – burung garuda tidak akan menangkap lalat-lalat.
Sering kita melihat, orang-orang yang berpikiran picik banyak ber-koar-koar  tentang dirinya. Ia mengira bahwa ia adalah yang terbaik. Baiklah jika kita merenungkan apa yang didongengkan oleh Aesop, yang menulis fable tentang singa.  Pada waktu itu tikus berkata, “Lihat ini aku melahirkan sepuluh anak. Betapa bahagianya aku” Kemudian babi pun berkata, “Lihat saya melahirkan sebelas anak. Senang ada banyak keturunan.” Kemudian singa itu pun mengaum, “Lihat ini saya melahirkan satu anak saja. Tetapi ini adalah anak singa!”  orang Latin mengatakan, “non multa sed multum” – bukan banyaknya tetapi kualitasnya.
Orang yang berpikiran besar lebih mementingkan kualitas hidup. Ia tidak akan membuang-buang energi yang tidak bermanfaat. Bagaimana dengan Anda?

Rabu, 20 Agustus 2015  -  Markus Marlon

Tidak ada komentar: