(Kontemplasi Peradaban)
Pagi hari – setelah sarapan – biasanya saya minum kopi sambil membaca harian lokal (Rabu, 15 Oktober 2013). Dalam rubrik Hot Seleb's tertulis "Luna Maya Santai Digosipkan Aborsi." Luna Maya mengaku telah difitnah dan ia tidak marah, "Siapa pun yang menyebar fitnah tentang diri saya, saya berterima kasih karena telah mengurangi dosa-dosa saya.."
Apa yang dikatakan Luna itu, membuatku termenung untuk beberapa saat. Dalam hati saya bertanya, "Apakah dengan difitnah dosa-dosaku berkurang?" Wallahualam!! Kata Fitnah itu berasal dari bahasa Arab yang berarti: penyebaran kabar bohong atau hasutan karena dengki dan iri. Kaum muslimin diperintahkan untuk tidak membicarakan orang lain di belakang-belakang atau membicarakan keburukan orang bukan di hadapan yang bersangkutan. Dalam hadis pernah dilukiskan seperti ini. Ketika para sahabatnya bertanya tentang makna memfitnah, sang Nabi menjabarkannya. Ia mengatakan bahwa mengumpat adalah "mengatakan sesuatu tentang saudaramu yang tidak dia sukai." Sang Nabi menambahkan, "Jika yang kalian katakan mengenai seseorang memang benar, maka itu berarti kalian telah mengumpatnya dan jika tidak benar maka kalian telah memfitnahnya" (Buku tulisan Christine Huda Dodge yang berjudul, "Memahami Segalanya Tentang Islam," hlm. 188). Memang benar apa yang dikatakan Kanjeng Nabi bahwa memfitnah itu sungguh-sungguh merugikan orang lain dan membawa luka di hati. Pepatah Latin menulis, "Audacter calumniare, semper aliquid haeret" – memfitnah secara gegabah selalu akan menggoreskan sesuatu yang buruk.
Dalam bahasa Inggris, kata fitnah ini memiliki beraneka ragam makna, seperti: asperse, detract, defama, slander dan calumniate. Kata "slander"- lah yang sering digunakan untuk merujuk makna fitnah. Slander dari bahasa Inggris Kuno yaitu sclandre dan kata itu berasal dari scandal dari bahasa Latin scandalum dan dari bahasa Yunani, skandalon, skandalon yang berarti "batu sandungan" (stumbling-block). Tentu saja, orang yang memfitnah itu akan menjadi batu sandungan bagi banyak orang.
Pada zaman kekaisaran Romawi – ketika kekristenan mulai menyebar di kota Roma – tuduhan fitnah bagi orang Kristen adalah mereka dituduh sebagai kanibal. Fitnahan ini dilontarkan dengan cara memutarbalikkan kata-kata yang ada dalam Perjamuan Kudus, "Inilah piala darah-Ku …..yang ditumpahkan bagimu dan bagi semua orang..." Orang-orang Kristen dituduh membunuh dan memakan anak kecil dalam perayaan-perayaan mereka (Bdk. Buku tulisan William Barclay dengan judul, "Pemahaman Alkitab Setiap Hari – Surat Yakobus, 1 dan 2 Petrus" hlm. 322). Itulah sebabnya orang-orang yang percaya kepada Kristus atau Kristen itu dikejar-kejar untuk dibunuh karena hasutan atau fitnahan. Para pemfinah itu bertindak kesetanan atau berjiwa iblis yang dalam bahasa Yunaninya adalah diabolos, diabolos yang arti harfiahnya adalah pemfitnah (slanderer).
Kita menjadi sadar bahwa memfitnah adalah tindakan yang sangat tidak terpuji. Tidak heranlah jika orang yang menyebarkan fitnah itu disebut juga sebagai iblis (diabolos). Quintus Horatius Flaccus (65 – 8 seb.M) – penulis lirik dan penulis satir Romawi Kuno – pernah menulis, "Absentem qui rodit amicum, qui non defendit alio culpante, hic niger est, hunc tu, Romane caveto!!" – yang memfitnah teman yang tidak hadir dan tidak membelanya ketika teman itu dipersalahkan, dia itu adalah orang yang berwatak jahat. Hai orang Romawi, hati-hatilah terhadap orang semacam itu!!
Jumat, 17 Oktober 2014 Markus Marlon
Website :
http://pds-artikel.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar