Ada seorang pria yang hidup di sebuah kota kecil di White Oak ,, Georgia,
Amerika. Pria ini menikahi seorang wanita yang cantik dan baik kepadanya,
sayangnya dia tidak pernah menghargai istrinya. Dia tidak menjadi seorang
suami dan ayah yang baik buat istri dan anaknya perempuan. Dia sering
pulang
malam-malam dalam keadaan mabuk, bila keadaan mabuk, ia lalu berbuat kasar
dan sering kali ia memukuli anak dan isterinya. Satu malam dia memutuskan
untuk mengadu nasib ke kota besar, New York. Dia mencuri uang tabungan
isterinya hinga terkuras habis selama bertahun istrinya menabung. Ia lalu
naik bis menuju ke utara, ke kota besar, ke kehidupan yang dia anggap yang
baik. Bersama-sama beberapa temannya dia memulai bisnis baru.Untuk beberapa
saat dia menikmati hidupnya. Sex, gambling,drug. Dia menikmati semuanya
itu.
Bulan berlalu. Tahun berlalu. Bisnisnya gagal, dan ia mulai kehabisan uang.
Lalu dia mulai terlibat dalam perbuatan kriminal. Ia menulis cek palsu dan
menggunakannya untuk menipu uang orang. Akhirnya pada suatu saat naas, dia
tertangkap. Polisi lalu menjebloskannya ke dalam penjara, dan pengadilan
menghukum dia tiga tahun penjara. Hari demi hari ia alami di penjara
membuat
ia berpikir dan menyesali. Menjelang akhir masa penjaranya, dia mulai sadar
dan merindukan keluarganya yang ada di rumahnya. Dia sangat merindukan
keluarganya. Akhirnya dia memutuskan untuk menulis surat kepada istrinya,
untuk menceritakan betapa menyesalnya dia, yang telah dilakukan selama ini.
Jika masih diberi kesempatan ia akan menyayangi istri dan anaknya, bahwa ia
juga masih mencintai isteri dan anaknya. Dan ia berharap dia masih boleh
kembali. Namun dia juga mengerti bahwa mungkin sekarang sudah terlambat,
oleh karena itu ia mengakhiri suratnya dengan menulis, "Sayang, engkau
tidak
perlu menunggu aku.Namun jika engkau masih ada perasaan padaku, maukah kau
nyatakan? Jika kau masih mau aku kembali padamu, ikatkanlah sehelai pita
kuning bagiku, pada satu-satunya pohon beringin yang berada di pusat kota.
Apabila aku lewat dan tidak menemukan sehelai pita kuning, tidak apa-apa.
Aku akan tahu dan mengerti dengan apa yg telah aku perbuat selama ini dan
aku tidak akan turun dari bis. Aku akan terus menuju Miami. Dan aku
berjanji
aku tidak akan pernah lagi menganggu engkau dan anak kita seumur hidupku."
ia menulis surat itu dengan tidak henti2 air matanya mengalir.
Dia sangat gelisah. Dia tidak menerima surat balasan dari isterinya. Dia
tidak tahu apakah isterinya menerima suratnya atau sekalipun dia membaca
suratnya, apakah dia mau mengampuninya? Dia naik bis menuju Miami, Florida,
yang melewati kampung halamannya, White Oak. Dia sangat sangat gugup. Di
sampingnya ada yang memperhatikan tingkahnya. "Kamu kenapa? keliahatannya
kamu begitu tegang", kata seorang pria yang duduk di sampingnya. Spontan ia
menoleh, dan matanya pun mulai berkaca-kaca. Ia lalu menceritakan kisahnya
sejak ia menikah dan saat ia juga memperlakukan istri dan anaknya.
Seisi bis mendengar ceritanya, dan kebanyakan terharu dengan rasa
penyelannya. Beberapa penumpang bus meminta kepada sopir bus untuk berjalan
perlahan-lahan. "Tolong, pas lewat White Oak,jalan pelan-pelan. ..kita
mesti
lihat apa yang akan terjadi…" Hatinya berdebar-debar saat bis mendekati
pusat kota White Oak, dan para penumpang pun tidak berkedip untuk
menyaksikan hal itu. Hingga akhirnya ia tidak berani mengangkat kepalanya,
ia menutupi mukanya dengan kedua tanganya karena ia begitu terasa tegang.
Keringat dingin mengucur deras,bajunya pun sampai basah. "Lihat....disana
ada kain besar yang menutupi setiap pohon." seru seorang penumpang.
Seketika
pria itu langsung melihat yang di tunjukan oleh seorang penumpangt. Air
matanya tiba2 menetes di matanya… ternyata ia tidak melihat sehelai pita
kuning… tidak ada sehelai….. . Melainkan ada kain-kain kuning yang menutupi
semua pohon …. Ooh… seluruh pohon telah dibalut oleh kain kuning. Ketika
turun di halte, ternyata seluruh keluarga besar istrinya telah menunggu di
pohon beringin itu dengan anaknya juga. Melihat ia di smbut dengan istri
dan
anaknya serta keluarga besar istrinya, hatinya makin tak kuasa tuk menahan
haru. Ia lalu berjalan menghampiri mereka. Anaknya pun berlari sambil
memanggil papa dan ia pun memeluk ayahnya. Istrinya menyusul dan tuk
menjemput suaminya. Ia bisa lega hatinya karena istrinya bukan hanya
mengampuni tetapi juga mau memberikan kasihnya untuk dia.
Disadur dari film "Tie Yellow Ribbon"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar