PUTUS ASA
Pernahkah kita melihat layang-layang yang putus talinya? Layang-layang itu melayang-layang tanpa tujuan dan tidak berdaya sama sekali. Demikian pula dengan orang yang putus cinta, kena PHK (Putus Hubungan Kerja) dan putus asa. Semua menunjukkan kesedihan dan tiadanya harapan.
Keputusasaan yang dalam bahasa Inggris adalah "discouragement" hingga saat ini merupakan pembunuh yang terhebat. Mengapa menjadi "pembunuh yang terhebat?" Karena orang yang putus asa cepat atau lambat akan menjadi lesu, letih, loyo, lelah dan lunglai dan pada akhirnya akan "terbunuh".
Pada kenyataannya, kata "dis" berasal dari Dewa Romawi yang juga dipanggil Pluto yang adalah Dewa Neraka atau Hades. Kediamannya berada bersama-sama dengan orang yang sudah meninggal.
Kata "dis" ini -kita tahu- mengawali sesuatu dengan yang tidak baik, seperti "dishonest", "dishonour", "disgrace", "disorder" dan semuanya menunjukkan pembalikan dari yang baik (positif). Maka kita bisa membayangkan bagaimana karakter dewa Dis atau Pluto itu.
Buku klasik, "The Pilgrim's Progress" tulisan John Bunyan (1628 - 1688) menggambarkan, orang yang putus asa, seolah-olah hidup dalam krangkeng (penjara). Jiwanya terpenjara dan tidak mampu berbuat apa-apa.
Memang, kalau kita sedang putus asa, seolah-olah dunia kiamat. Tetapi itu hanya sementara saja. Hidup itu kadang-kadang ada "up-down", susah-sedih, putus asa-penuh harapan dan seterusnya. Ingat kata-kata Pengkotbah, "There is a time for everything" --- Untuk segala sesuatu ada waktunya (Pkh 3: 1).
Ketika menghadapi rasa putus asa, baiklah kita berpaling pada Horatius (65 - 8 seb.M) penulis satir Romawi Kuno. Dia menulis kata-kata motivasi, "Quo circa vivite fortes adversis opponite pectora rebus" - Hiduplah dengan tegar dan beranilah menentang hal-hal yang berlawanan, dengan hati yang kuat.
--oo000oo--------------------
Buku Motivasi "Sebagai sahabat dalam peziarahan hidup" ----oo000oo--------
Senin, 28 September 2015
Markus Marlon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar