SEMANGAT
(M o t i v a s i)
Malam hari, ketika saya hendak masuk di sebuah restoran di Jl. Malioboro – Jogjakarta, para pramusaji menyapa kami secara serentak, "Semangat Pagi!!"
Agak setengah heran dan terkejut saya bertanya kepada salah seorang dari mereka. Jawabnya, "Om, kami di sini dimotivasi oleh General Manager, agar selalu semangat. Ungkapan semangat pagi yang tadi kami katakana itu hendak menunjukkan bahwa kami memiliki semangat pagi meskipun seharian bekerja hingga malam hari"
Semangat diartikan sebagai kemauan dan gairah untuk bekerja dan berjuang, "Hendaknya diusahakan supaya semangat bekerja dan jangan sampai luntur!" Semangat ini yang dalam bahasa motivasi disebut sebagai passion.
Ada beberapa kisah tentang orang-orang yang terpuruk namun bangkit lagi karena ada semangat. Dalam buku yang berjudul 1000 Wajah Pram dalam Kata dan Sketsa ditulis, "Pada waktu setelah ditinggal Pram, kita pergi dari rumah dengan hanya baju yang menempel. Kalau kotor, cuci-kering langsung pakai lagi. Kita dibilang anak PKI-lah. Mereka menjauhi kita." Tulisanya lagi, "Tapi kita satu keluarga, setiap minggu selalu berkumpul. Kita ngobrol, harus bagaimana lagi? Lalu kita sekeluarga berpikir, kok kita mau diginiin orang? Ayo kita bangkit! Kita sampai jual kue dan macam-macam" (hlm. 94). Orang bisa menjadi semangat dan bergairah karena sudah merasakan keterpurukan hidup. Mungkin benar ungkapan yang berbunyi, "Sudah bosan menjadi orang miskin!" Maka orang menjadi semangat kerja supaya hidup lebih baik.
Semangat dan gairah karena dalam dirinya ada target yang hendak dicapai. Hal ini seperti yang dibuat oleh Yakub. Yakub harus bekerja selama tujuh tahun untuk Rahel, namun "tujuh tahun itu dianggapnya seperti beberapa hari saja, karena cintanya yang besar kepada Rahel" (Kej 29: 20). Lihat juga bagaiman seorang ibu yang banting tulang dari pagi hingga malam dan tidak merasa lelah. Ibu muda itu berkata, "Saya bekerja sepertinya kepala jadi kaki dan kaki jadi kepala – jempalitan – ini semua saya lakukan karena cinta kepada anak-anakku yang masih kecil-kecil."
Dalam buku-buku motivasi, kita sering mendengar adanya orang yang bekerja hingga lupa waktu karena sungguh-sungguh mencintai pekerjaannya. Misalnya, orang yang hobby-nya menyanyi kemudian ditawari rekaman. Orang ini merasa bahwa tarawan itu merupakan, "Pucuk dicinta ulam tiba" dan tentu saja dalam rekaman itu akan menghasilkan sesuatu yang maksimal. "Hobby yang menjadi pekerjaan" kata orang "Itu amat membahagiakan!"
Suatu malam, ketika Thomas Edison (1847 – 1955) pulang dari tempat kerjanya, istrinya berkata kepadanya, "Engkau sudah bekerja cukup lama tanpa istirahat. Baiklah engkau pergi berlibur!"
"Akan tetapi, ke mana aku harus pergi?" Tanya Edison
"Putuskan saja di tempat mana engkau lebih senang berada dibanding tempat lain di bumi ini," saran istrinya.
"Baiklah istriku!" Akhirnya ia berkata, "Aku akan pergi besok!"
Keesokan paginya ia kembali bekerja di laboratorium-nya.
(Sudah dipublikasikan di Tribun Manado, 6 Juli 2013)
Jumat, 12 Juli 2013 Markus Marlon
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Kamis, 18 Juli 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar